┈ ๑❝ His Name ❞๑┈
┈ ๑❝ His Name ❞๑┈
[ Namanya ]
.
🖇️ The seventh Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.
[Name] melangkah memasuki universitas. Ada beberapa orang satu jurusan yang menyapanya. Ia membalas dengan senyuman, kemudian berjalan dengan cepat karena tak lama lagi kelas Mr. Levi dimulai. [Name] tidak ingin terlambat menghadiri kelasnya dan tidak ingin menerima kalimat tajam.
[Name] sampai tepat waktu. Ia segera mencari tempat duduk--kesukaannya di dekat jendela.
Tak lama, seorang pria bertubuh kurang tinggi memasuki ruangan. Levi Ackerman. Ia pria yang rupawan, matanya tajam begitu juga kata-katanya. Kelas ini seketika hening sejak ia melangkah masuk.
“Baiklah, aku akan mulai.”
Suara berat itu terdengar menggema karena keheningan ini. [Name] tiba-tiba menjadi tidak nyaman dengan suasana berat yang memenuhi seisi ruangan. Terasa semua orang seakan tertekan dengan kehadiran Mr. Levi.
Kelasnya berlangsung lancar. [Name] fokus mendengar penjelasan, mencatat hal-hal yang penting.
Ia menghela nafas, lama kelamaan ia menjadi sedikit bosan. Apalagi rasa tidak nyamannya masih terasa sampai sekarang. [Name] berharap suasana ini segera lenyap oleh sesuatu.
Gadis itu mengalihkan pandangan keluar jendela. Melihat taman universitas yang di rawat sangat baik. Pandangannya meluncur ke bawah--karena kelasnya berada dilantai dua.
[Name] mendapati segerombolan gadis yang mengelilingi sesuatu. Kemudian satu per satu para gadis itu menyingkir karena ditegur seseorang. [Name] jadi dapat melihat hal yang menarik perhatian para gadis tadi.
Itu Gojou. Bersama salah satu dosen kejam di universitas ini-- Mr. Mori Ougai. Orang Jepang juga.
Mereka terlihat berbincang. Lalu diakhiri dengan Mori yang melangkah melewati Gojou. Pria Surai putih itu menatap kepergian Mori sebentar.
Tubuh [Name] menegak kaget saat Gojou mengalihkan pandangan ke arahnya. Jantungnya berpacu kencang. Terlebih saat pria itu tersenyum lebar dan melambai padanya.
Perlahan [Name] mulai merasa nyaman. Ia membalas senyuman Gojou--meski ia yakin tidak keliatan dengan jelas. Lalu melambai juga.
“Oi.”
Suara itu mengalihkan pandangan [Name] dengan cepat. Mr. Levi menatapnya tajam. [Name] sedikit membungkuk minta maaf.
Kelas berlanjut kembali. [Name] menghela nafas lega karena Mr. Levi tidak memarahinya. Diam-diam ia kembali melirik ke arah jendela.
Gojou sudah tidak ada di sana. [Name] sedikit merasa kecewa dengan itu, pria Surai salju menghilang dari sana. [Name] kembali fokus mendengarkan penjelasan dosen.
Perasaan semangat untuk bertemu pria itu tiba-tiba merasuki dirinya. Ia ingin kelas ini segera berakhir dengan cepat agar dirinya bisa mencari keberadaan Gojou.
[Name] ingin mendengar suara Gojou lagi. Perasaannya begitu kuat hingga ia menjadi tidak sabaran.
Hal yang ditunggu-tunggunya tiba. Mr Levi mengakhiri kelasnya. [Name] segera membereskan semua barang-barangnya, lalu berlari keluar dari ruangan.
Ia menelusuri lorong dengan langkah cepat, memasuki lift dan menekan tombol menuju lantai bawah.
[Name] keluar, menoleh kanan dan kiri. Mencari keberadaan pria mencolok itu disekitaran sini. Setelah tidak mendapatkan apapun, ia kembali melangkah.
Dirinya kini berada diluar bangunan universitas. Sedikit terengah-engah karena berjalan dengan cepat. Pandangannya mengedar ke penjuru arah, mencari-cari keberadaan Gojou.
“Hei.”
Ia terkejut. Sebuah suara familiar memasuki telinga kanannya dari arah belakang. [Name] segera menoleh, mendapati wajah Gojou yang berjarak beberapa senti darinya.
“Gojou ....” panggil [Name]. Masih terkejut.
Pria itu membeku selama beberapa saat. Lalu menegakkan tubuhnya. Ia menyentuh dagu dengan tangan kanannya.
“Hmm ... Aku merasa aneh karena kau memanggil margaku.”
Gojou kembali membungkuk, mengingat tinggi [Name] hanya sebatas pundaknya--jika tidak memakai high heels. Gadis itu memakai sepatu Kets dengan pakaian yang kasual.
“Panggil Satoru aja gimana?”
[Name] sedikit mundur ke belakang. Menjaga jarak dari Gojou. Pria itu terlalu dekat hingga ia dapat merasakan hembusan nafasnya.
“Aku merasa tidak enak memanggil langsung namamu.” Ucapnya. Wajahnya sedikit memerah tipis. Menggemaskan.
Perasaan ingin menyentuh kembali merasuki Gojou. Tapi, ia menahan diri.
“Tak apa. Aku yang memintamu, loh. Siapa yang akan marah?” Ia berucap. Masih tetap pada posisinya.
“Satoru.”
Gojou kembali membeku saat suara lembut itu mengucapkan namanya. Ini cukup mengejutkan, ia tidak menyangka [Name] akan memanggil namanya secepat seperti yang ia minta. Tanpa ragu sama sekali.
“Iyaaa~?” Jawabnya kemudian.
[Name] mengembangkan senyuman. Kekehan kecil keluar dari bibir mungilnya. Respon Gojou setelah dirinya memanggil namanya benar-benar lucu. Itu menyenggol humornya.
Gojou melebarkan senyumannya. Tangannya terangkat, hendak menyentuh puncak kepala [Name], tapi gerakannya terhenti di udara, kemudian ia menurunkan kembali tangannya.
“Apa kau sudah selesai kuliah hari ini?” Tanya Gojou.
[Name] menghentikan tawa. Meski sedikit terkekeh, ia menggeleng kan kepala.
“Belum. Aku masih ada mata kuliah di kelas Miss Koyou. Bagaimana denganmu?”
“Tidak ada. Sebenarnya aku masuk sore hari ini.”
“Eh? Lalu ... Kenapa datang sekarang? Kamu punya urusan penting di sini? Dan juga ... Kita 'kan beda jurusan?”
Gojou mengusap belakang lehernya. Ia bungkam selama beberapa detik.
“Aku memang datang untuk urusan penting, sih.” Jawabnya.
“Ah, umm, kalau begitu aku pergi dulu, ya? Kelas Miss Koyou gak lama lagi akan mulai. Bye-bye!” [Name] melambaikan tangan sebentar. Lalu tanpa mendengar balasan Gojou, ia mulai berjalan.
Raut Gojou mendatar melihat kepergian [Name]. Ia tidak bisa mengatakan jika urusan penting yang membuatnya harus datang pagi ini adalah karena ingin melihat wajah [Name]. Itu cukup memalukan dan menggelikan.
“Oh tidak!”
Gojou menaikkan sebelah alis saat melihat [Name] berhenti berjalan. Tak lama, gadis itu membalikkan tubuhnya, memasang senyuman canggung.
“Emm ... Satoru, apa kamu tau di mana ruangan Miss Koyou ...? Aku lupa ....” Suaranya mengecil diakhir kalimat.
“Apa ini pertama kalinya kau masuk kelasnya?” Gojou berjalan mendekat.
[Name] menggeleng.
“Tidak. Hanya saja ... Well, aku tidak punya ingatan yang baik untuk mengingat arah jalan ... Dan beberapa hal lainnya.”
Kini Gojou tahu kalau [Name] itu pelupa.
“Boleh. Aku akan mengantarmu ke sana.”
“Maaf merepotkanmu.”
“Tidak apa-apa. Santai saja!”
➷๑՞. ___________➷๑՞.
Maaf hilang tiga hari tanpa kabar ...
Aku kalo kek gitu berarti kehabisan kuota 😭😭
Ini aja masih pake hotspot😭
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top