┈๑❝ Eyes ❞๑┈
┈ ๑❝ Eyes ❞๑┈
[ Mata ]
.
🖇️ The 8th Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.
Gojou mengantarnya menuju kelas Miss Koyou, salah satu dosen dari Jepang yang juga kenalan dari Mori Ougai. Kelasnya berada di gedung lain, cukup jauh dari gedung pertama yang [Name] tempati.
Dirinya menatap sekitar. Monster aneh banyak muncul di area sini, tapi entah kenapa, mereka perlahan menjauh seiring ia dan Gojou melangkah.
Hal itu lantas membuatnya bingung. [Name] langsung mendongak, menatap Gojou yang berdiri di sampingnya. Dirinyaa mengerjab, pria itu nampak biasa-biasa saja. [Name] tidak tahu ke mana arah pandangan Gojou sebab kacamata hitam yang dikenakannya.
“Hei, Satoru.”
“Hm? Apa?”
Gojou sedikit menunduk saat menoleh, menatap [Name] yang juga melihatnya balik.
“Kacamata mu itu ... Bukan kacamata biasa 'kan?” [Name] mulai bertanya. Ia menghentikan langkah kaki, begitu juga dengan Gojou.
“Alasannya?” Gojou malah bertanya balik.
“Hmm ... Well, kacamata hitam yang biasa itu pasti bisa tembus pandang 'kan? Tapi, milikmu tidak sama sekali,”-tangan [Name] terangkat menyentuh lensa kacamata Gojou- “kacamata milikmu benar-benar gelap total, loh. Apa aku salah?” Tanyanya di akhir kalimat.
Gojou menyunggingkan senyuman. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya.
“Kau mau mencoba memakainya?”
“Eh?”
“Tutup dulu matamu, maka pria sempurna ini akan mengabulkannya~!”
[Name] mengerjab sebentar. Lalu menutup kedua matanya.
Gojou melebarkan senyuman. [Name] menurutinya tanpa protes sama sekali. Ia melepaskan kacamatanya, menunjukkan keindahan dari iris biru langitnya. Lalu memasangkan kacamata hitam itu pada [Name].
Gojou menahan tawa saat kacamatanya terpasang pada wajah [Name]. Kebesaran. Bahkan dirinya perlu memegang kedua sisi kepala gadis itu agar kacamatanya tidak melorot, meski hidung mungil [Name] sedikit bisa menahannya.
“Wah, benar-benar gelap. Jadi, ini yang selalu kamu lihat jika pakai kacamata? Gelap total? Lalu bagaimana caramu agar bisa berjalan tanpa menabrak apapun?” [Name] bertanya. Bibir mungilnya membentuk huruf O kecil.
“Aku ini punya banyak kelebihan, loh~ Walau mataku terhalang kacamata, aku masih bisa menggunakan indraku yang lain.”
[Name] diam sebentar.
“Aku masih belum benar-benar paham sekarang. Tapi, akan kupikirkan.” Jawabnya.
Gojou menaikkan sebelah alis.
“Apa yang tidak kau pahami, huh?”
“Dibagian kamu bisa menggunakan semua panca indramu dengan baik. Bahkan jika tidak melihat.”
“Yaah, aku memang sekeren itu, sih.”
Kini Gojou yang menutup matanya. Lalu menarik kacamata hitam miliknya dari wajah [Name] dan segera memakainya. Dengan begitu, sang gadis tidak bisa melihat keindahan irisnya.
“Satoru?”
Gojou selalu merasa tergelitik dibagian perut saat [Name] memanggil namanya.
“Apaa~?”
“Boleh aku lihat warna matamu?” Ia bertanya tanpa ragu. Rasa penasaran memenuhi dirinya membuatnya seberani itu.
Gojou bungkam sebentar. Ia sedikit terkejut sebenarnya.
“Kau yakin? Mataku ini sangat berbahaya, loh~”
[Name] sadar jika Gojou menekan kata bahaya dalam perkataannya. Seberbahaya apa matanya? Baiklah, [Name] akan simpan pertanyaan itu baik-baik dalam benaknya hingga ia akan mempertanyakan itu pada Gojou suatu hari nanti.
“Aku sangat yakin. Tapi, kamu tidak mau menunjukkannya padaku?” [Name] berucap, nadanya terdengar cukup kecewa. Kini keberaniannya perlahan memudar, mungkin seharusnya ia tidak selancang ini pada orang asing.
“[Name] harus pergi ke kelasmu 'kan? Tak lama lagi waktunya, loh.” Gojou berucap setelah lama bungkam. Mengalihkan topik.
Perasaan kecewa semakin menjalar pada diri [Name]. Ia menggigit bibir bawah. Perlahan--dengan berat hati ia menganggukkan kepala.
Apa alasan Gojou mengalihkan topik ini? Ada banyak hal yang belum [Name] ketahui tentang pria misterius ini.
“Um.”
“Ya, sudah, ayo.”
Mereka kembali melangkah. [Name] benar-benar hampir melupakan kelas Miss Koyou. Jika ia terlambat, omelan akan ia dengar selama beberapa menit.
“Disini kelasnya! Masuklah sana.”
Gojou berhenti melangkah. Lalu menunjuk ke arah pintu menggunakan dagunya. [Name] menganggukkan kepala, mengucapkan terima kasih, lalu pamitan pada Gojou.
Pria Surai salju itu melambaikan tangannya. Senyuman ia pasang seiring [Name] melangkah menjauh, dan perlahan menghilang dari balik pintu.
Gojou menurunkan tangannya, senyumnya memudar. Perasaan kecewa yang berasal dari [Name] menyerangnya lewat ikatan benang. Mungkin karena masalah ia yang tidak atau belum ingin menunjukkan matanya pada [Name].
Dia menggaruk belakang kepalanya cukup kasar. Membuat rambutnya jadi berantakan. Seperti yang dirinya bilang sebelumnya, perasaan [Name] terlalu dalam. Ini juga berefek padanya.
Semakin dalam perasaan salah satu dari mereka maka akan menguatkan ikatan benang pada pasangan ini. Itu adalah salah satu alasan Gojou mengubah rencananya. Benang yang mengikatnya dengan [Name] itu kuat. Sangat. Ia jadi sulit untuk menolak.
Tapi, berdiri di samping gadis itu sudah cukup beresiko bagi keduanya. Gojou tidak bisa benar-benar menjamin keselamatan [Name]--jika membawa gadis itu masuk ke dalam dunia -nya.
Apalagi, sang gadis sudah dikenal oleh beberapa orang kenalan Gojou.
Sebagian dirinya masih ingin bebas tanpa perlu ikatan serius seperti ini. Ia tidak yakin bisa setia pada [Name], mengingat dirinya yang mudah bosan. Tapi, di sisi lain, sebagian dari dirinya tidak bisa melepaskan [Name] begitu saja. Ataupun melukainya semakin dalam.
Terlebih jika gadis itu sudah mencintainya.
Gojou terkekeh.
“Heheh, ini merepotkan.”
➷๑՞. ___________➷๑՞.
It's so cold outside~🎶
Bosan gak sih Ama cerita ini 😭😭
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top