┈ ๑❝ Curious ❞๑┈

┈ ๑❝ Curious ❞๑┈
[ Penasaran ]
.
🖇️ The Sixth Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.

“Jadi ... Kenapa datang ke sini?”

[Name] bertanya. Gojou meletakkan secangkir minuman itu ke atas meja. Kemudian memasang sebuah senyuman.

“Aku datang untuk menemuimu.”

Jari lentik terangkat, menunjuk dirinya sendiri.
“Aku? Kenapa mencariku?”

“Hmmm ....” Gojou mengubah posisi duduknya. Satu tangannya lurus di atas permukaan sandaran sofa.

“Suguru bilang kau sering sendirian karena kakakmu main ke rumah pacarnya.”

“Lalu ...? Aku akan berpikir kalau kamu datang untuk menemaniku di sini jika jawabanmu tidak masuk akal.” [Name] berujar dengan cepat.

Gojou tertawa. Ia kembali mengangkat secangkir minuman itu. Saat bibirnya menyentuh ujung cangkir, ia segera bergumam.
“Peka.”

“Kamu bilang sesuatu?” Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya.

“Tidak, tidak. Aku tidak bilang apa-apa, loh!”

Gojou kembali minum. Lalu sekali lagi meletakkan gelas itu ke atas permukaan meja.

“Aku tidak bisa bilang alasan sebenarnya kedatanganku kemari. Tapi, yah, kalau kau mau menganggap kedatanganku sebagai obat kesendirianmu, tak apa, aku tidak masalah sama sekali.” Ia berucap dengan percaya diri.

Kini [Name] tahu sedikit sifat pria di depannya. Percaya diri, kedua dia juga playboy --kejadian  saat dikampus tadi.

“Apa tidak apa-apa? Maksudku ... Kurasa kamu punya seorang kekasih ...? Apalagi penampilanmu yang seperti itu ....” [Name] berujar dengan ragu. Takut menyinggung Gojou.

“Oh? Kekasih, ya? Tidak, aku tidak punya kekasih. Alasannya ... Yah, aku tidak ingin memiliki hubungan khusus yang merepotkan seperti itu, sih.”

[Name] tanpa sadar sedikit menggigit bibir bawahnya. Rasa sesak memenuhi dadanya dalam sekejap saat Gojou selesai mengatakan kalimat itu dengan ringan tanpa beban.

“[Name].”

“Eh? Iya?”

Sang gadis segera mengambil kesadarannya. Bersikap biasa saja. Kini netranya menatap wajah Gojou.

Iris matanya nampak melebar saat melihat ekspresi yang dikeluarkan pria Surai salju itu. Entah ia sengaja memperlihatkannya, atau tanpa sadar memasang ekspresi yang terlihat ingin marah besar.

“Hei ... Kamu baik-baik saja?” [Name] bertanya. Jujur ia sedikit terintimidasi dengan pria ini. Tapi, dia memberanikan dirinya untuk bertanya. Perasaan lain mengalahkan rasa takutnya.

Raut wajah Gojou langsung berubah drastis.
“Aku baik-baik saja! Jangan khawatir.”

[Name] perlahan menunjukkan senyumannya.
“Aku akan menyiapkan makanan. Apa kamu sudah makan?”

Gojou lagi-lagi tertawa. Entah apa yang lucu hingga menyenggol humornya.

“Aku belum makan karena buru-buru ke sini.” Jawabnya saat tawanya mulai mereda.

Buru-buru? [Name] mengerjabkan matanya.

“Oke! Aku juga akan buatkan makanan untukmu. Mungkin agak sedikit lama, apa tidak apa-apa?”

“Tenang saja. Aku bisa menunggu. Kali ini aku akan sabar.”

“Oh ... Um.”

[Name] segera pergi, sedikit berlari kecil menuju dapur. Ia kembali menggulung lengan kemeja putihnya yang panjang, lalu memakai apron kembali.

Saat ia mulai memotong beberapa bahan dengan lihai. Pikirannya kini dirasuki oleh pria yang sedang duduk manis di ruang tamunya. [Name] penasaran, Gojou bukan tipe orang yang akan datang ke rumah orang lain dengan alasan yang begitu sepele. Tidak, pasti ada maksud--atau sesuatu yang begitu penting hingga membuatnya datang bertamu ke sini.

Kemudian ada apa dengan ekspresi marahnya tadi? Ia tiba-tiba marah begitu saja tanpa ada alasan yang jelas, kemudian dengan cepat tergantikan raut ceria yang sangat keliatan dibuat-buat oleh Gojou. Untuk menyembunyikan sesuatu.

[Name] berpikir, mungkin Gojou tipe pria yang tidak dewasa. Meski begitu, dilihat dari penampilan dan cara berpikirnya--lewat perkataanya-- dia pasti pria yang penuh perhitungan.

Kemudian ada sesuatu yang membuatnya semakin penasaran dan bertanya-tanya. Kacamata hitam itu. Gojou keliatannya selalu memakai kacamata hitamnya. Dan [Name] yakin itu bukan kacamata hitam yang hanya dilapisi satu lensa saja. Pasti berlapis-lapis.

Ia berhenti memotong, kemudian menghela nafas panjang. Dalam sekejap Gojou berhasil memenuhi isi otaknya.

Ada perasaan lain--yang [Name] tidak bisa sangkal saat pria itu bertamu--. Ia merasa sangat senang dengan kedatangan Gojou ke sini, saking senangnya, [Name] malah tanpa sadar menutupkan pintu untuk Gojou tadi beberapa saat yang lalu.

Ini terdengar aneh dan terlalu cepat. Perasaan yang seakan mengikat keduanya mungkin yang menjadi pemicunya. Tapi, ikatan apa ini? Kenapa dia dapat merasakannya hanya pada Gojou?

[Name] menggelengkan kepala. Kemudian dengan segera melanjutkan kegiatan memotongnya.

“Ah, [Name].”

Kedua bahunya naik, kaget, ia meringis. Tiba-tiba suara Gojou terdengar memanggilnya dari arah belakang dan begitu dekat. [Name] segera membalikkan tubuh, dan segera mencondongkan tubuhnya ke belakang saat wajah Gojou berjarak beberapa senti darinya.

“Apa aku menganggumu?” Gojou bertanya. Tanpa merubah posisi. Sengaja.

[Name] menggelengkan kepala. Tersenyum canggung.
“Um ... Apa kamu butuh sesuatu?” Ia dengan cepat menguasai dirinya sendiri.

Gojou menegakkan tubuhnya kembali.
“Maaf, tapi aku harus pergi. Ada sesuatu yang penting yang harus kuurus.”

“Oh ... Baiklah.”

Aneh. Rasanya ia tidak ingin pria ini pergi sekarang.

[Name] mengantarnya sampai di depan pintu. Ia memberikan senyumannya pada Gojou saat pria itu menatap ke arahnya.

“Dadah!!!”

“Um, bye-bye!”

Gojou segera berlalu, meninggalkan [Name] yang masih berdiri di depan pintu.

Setelah pria itu hilang dari pandangan, [Name] menunduk ke bawah. Perasaan aneh ini benar-benar membuatnya bingung. Ia tidak ingin Gojou pergi secepat itu.

Dia menggelengkan kepala. Kemudian masuk ke dalam penthouse.

.

.

Gojou bersandar setelah memasuki lift. Ia sendirian di dalam sini.

“Suguru sialan! Kenapa dia menggangguku, sih?!”

Gojou mendapat telepon dari Getou jika ada sesuatu yang penting. Karena hal dadakan ini, waktunya bersama [Name] jadi terganggu.

Gojou sadar dengan ekspresi sedih yang gadis itu berusaha sembunyikan saat ia bilang akan pergi. Perasaan senang terbesit di dadanya.

Perasaan ingin menyentuh hampir menguasainya. Apalagi saat gadis itu tadi seolah berada di kungkungannya. Aromanya menguar hingga ke penciuman Gojou. Mengalahkan aroma sedap masakannya.

“Vanilla dan mawar, ya?”

Kombinasi yang aneh. Tapi, itu aroma yang Gojou hirup dari tubuh [Name].

➷๑՞. ___________➷๑՞.

Agak panjang chapter ini.
Wait-- kalian gak bingung kan dengan chapter ini???

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top