day 8:parent

[Suou Tsukasa & Oukawa Kohaku x reader]
.
.
.
.
.

(Name), seorang wanita muda cantik yang baru saja menjadi guru di salah satu taman kanak-kanak.

Baik hati, penyayang, lembut, semua anak-anak menyukainya.

Tak terkecuali satu anak.

"Kohaku-kun, sedang menunggu dijemput mama?" tanya (name) ramah di hiasi senyum lembut khas miliknya sambil menududuki dirinya di sebelah Kohaku.

"Aku tidak punya mama," jawab Kohaku dingin.

"Maaf kan ibu, ibu tidak tau," (name) merasa menyesal karena ketidak tahuannya itu.

Hening, Kohaku diam, tidak berniat membalas ucapan gurunya tersebut.

Sementara (name) masih mencari topik untuk ia bahas dengan Kohaku.

"Aku sedang menunggu papa," kata Kohaku, (name) agak terkejut, karena biasanya Kohaku tidak akan memulai percakapan terlebih dahulu saat bersama dirinya.

"Papa mu pulang masih lama?"

"Iya, papa sibuk dengan pekerjaannya," Kohaku memainkan kaki nya, kedepan dan kebelakang.

"Ah iya!sebentar lagi memasuki jam makan malam, bagaimana kalau kita makan malam di luar bersama?" ajak (name).

Kohaku terlihat berfikir sejenak sampai kemudian menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, ibu akan menelfon papa Kohaku-kun dulu lalu kita berangkat." (name) memasuki gedung sekolah.

Disisi lain, Kohaku senang, dia bisa mengobrol bahkan di ajak makam malam bersama dengan gurunya.

Biasanya dia sangat acuh pada gurunya itu, ya itu hanya sebuah gengsi belaka karna dia tidak mau orang lain tau bahwa orang seperti (name) adalah sosok ibu yang di idamkan selama ini, maka dari itu dia sangat menyayangi (name) diam-diam.

"Nah Kohaku-kun, papa mu sudah mengizinkannya, dan katanya beliau juga akan ikut setelah pekerjaannya selesai ayok kita duluan," (name) menggandeng tangan mungil Kohaku.

Kohaku senang, dia tidak pernah merasakan sentuhan lembut seperti ini, bahkan dari papa nya saja dia tidak merasakan.

Bukannya tidak sayang, namun sentuhan dari seorang ibu dan ayah itu berbeda.

"Hari ini kita akan makan Yakiniku, Kohaku-kun suka kan?" Kohaku mengangguk.

"Sebelum kita ke restoran yakiniku apakah ada yang ingin Kohaku-kun beli?" tanya (name).

"Dango,"

"Baiklah mari kita cari kedai dango." mereka berdua berjalan di pinggir kota yang cukup ramai, karna memang ini jam nya orang-orang pulang kerja dan sekolah.

Bahagia, senang, gembira, itu lah yang di rasakan Kohaku, jika sudah sampai rumah nanti ia ingin meminta papa nya untuk menikahi gurunya ini dan menjadi mama nya.

Pasti sangat menyenangkan apabila (name) menjadi ibunya, ia akan di bacakan dongeng sebelum tidur setiap malam, di berikan kecupan selamat tidur, di masakan bekal, dan di peluk oleh seorang ibu, bukankah itu sangat bagus untuk jadi kenyataan.

"Nahh kita sudah sampai!" suara (name) membuyarkan semua angan-angan Kohaku.

Mereka memesan beberapa tusuk dango dan membungkusnya.

Melanjutkan tujual awal mereka, berjalan ke restoran yakiniku.

Namun alangkah terkejutnya (name) saat restoran yang ia datangi merupakan restoran yang cukup mahal.

"Kohakun!" seruan seorang pria yang langsung memeluk Kohaku, dari wajahnya Kohaku kurang suka di peluk oleh pria ini.

"Lepasin papa!malu tau!" Kohaku mencoba mendorong papa nya agar melepaskan pelukannya.

"Kohakun tidak menyayangi papa?kenapa Kohakun sangat tidak mau papa peluk?"

"Aku sudah besar papa,"

"Tapi kamu di mata papa tetaplah seorang anak kecil Kohakun," Kohaku kesal dengan papa nya, tapi dia tidak membencinya, dia hanya sebal dengan papa nya yang terkadang overprotectif terhadap dirinya dan kadang sangat lebay.

"Ah ngomong-ngomong, anda pasti gurunya Kohakun,"

(Name) yang sedari tadi menjadi orang ketiga di antara ayah anak ini membuka suaranya.

"Benar, aku gurunya Kohaku-kun, aku (full name),"

"Salam kenal (last name) sensei, aku adalah papa Kohakun, Suou Tsukasa,"

Suou?kenapa marganya berbeda dengan Kohaku-kun?batin name bertanya-tanya.

"Terimakasih karna telah menjaga Kohakun ku yang manis selama ini,"

"Ah itu sudah kewajiban ku sebagai guru,"

"Kalau begitu ayok kita masuk." Tsukasa dan Kohaku memasuki restoran terlebih dahulu sementara (name) masih ragu.

Memang benar, tuan Suou ini orang kaya dan dia juga berniat membayarkan makan malamnya tapi dirinya merasa sungkan.

Dengan ragu-ragu (name) masuk ke dalam restoran dan menuju ke meja di mana Kohaku dan Tsukasa duduk.

(Name) duduk di depan Tsukasa dan Kohaku dan tak lama seorang pelayan mengantarkan buku menu ke mereka.

Mana (name) hampir saja lepas dari tempatnya, dompetnya menangis, ginjal dan ususnya pun menangis melihat harga Yakiniku yang tertera di buku menu.

"(Last name) sensei, anda ingin memesan apa?" Tsukasa menegur (name) yang sedari tadi diam.

"Ah ... itu ... aku akan menyamakan pesanan ku dengan tuan Suou saja,"

Pelayan yang tadi pun pergi sambil mencatat pesanan mereka.

"Sebelumnya terimakasih karna sudah mau mentraktir saya tuan Suou,"

"Ah tidak apa-apa, ngomong-ngomong apakah Kohakun menjadi anak baik selama di sekolah?"

"Kohaku-kun sangat baik, dia juga merupakan anak yang cerdas, dia juga sangat manis saat tersenyum, walaupun dia jarang menunjukkan senyumannya, hanya saja saya rasa Kohaku-kun cukup sulit berinteraksi dengan teman-temannya,"

"Maafkan saya, Kohakun memang sedikit sulit untuk mencari teman, tapi Kohakun adalah anak yang baik,"

"Itu tidak masalah, hanya saja saya merasa sedih saat melihatnya bermain sendirian,"

"Aku tidak ingin berteman, niat ku kesekolah bukan untuk mencari teman dan bersenang-senang," Tsukasa elus dada, Kohaku mirip dia saat masih muda, batin Tsukasa.

"Itu tidak masalah jika memiliki satu atau dua orang teman bukan?kau tidak kesepian saat sendirian?" Kohaku menggeleng.

"Baiklah, kalau begitu ibu akan menjadi teman pertama mu, kau mau?"

Kohaku merasa heran, kenapa gurunya sangat ingin dekat dengannya, ya tapi tidak bisa di sangkal bahwa Kohaku menyukainya.

Kohaku mengangguk kecil.

"Kalau begitu papa juga akan menjadi teman Kohakun, bagaimana?"

"Dengan senang hati aku menolak,"

"Kohakun kenapa sangat jahat sama papa?sini papa peluk!" Tsukasa bersiap ingin memeluk Kohaku dan tentu saja Kohaku tidak ingin menerima peluk kan dari papanya.

Dan malam itu, menjadi malam paling membahagiakan untuk Kohaku, mungkin juga Tsukasa.

.
.
.
.
.

Tsukasa dan Kohaku baru saja mengantarkan (name) pulang.

"Guru mu orang yang baik ya," kata Tsukasa masih fokus menyetir.

"Kalau begitu menikahlah dengannya," jawab Kohaku enteng.

"Bicara memang mudah,"

"Kurasa dia juga menyukai papa, aku juga menyukainya,"

"Kau sudah siap mempunyai ibu baru?"

Kohaku mengangguk, dan hari-hari berikutnya akan menjadi sebuah pendekatan antara (name) dan Tsukasa untuk menjadi orang tua Kohaku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top