Chapter 23
🎶Playlist🎶
BTS - Magic Shop
(Baca cerita ini sambil dengerin lagu ini...sweet banget deh 😊)
.
.
.
Sepasang kekasih ini masih berpelukan untuk menyalurkan semua bentuk kerinduan yang selama ini terpendam. Eunha menyaksikan mereka dengan menghela nafas lega dan ia merasa handphonenya bergetar.
Eunha menatap layar di handphonenya yang tertera nama Mingyu. Berdiam sesaat, seolah merasa ragu untuk mengangkatnya atau tidak? Tapi pada akhirnya gadis itu pun memilih untuk mengangkatnya.
"Wae?" Tanya Eunha sedatar mungkin.
"Apakah Wonwoo sudah sampai disana?"
"Hoh." Jawab Eunha singkat.
"Kau masih marah padaku?"
"Untuk apa dan kenapa harus?" Eunha balik bertanya dengan nada ketusnya.
"Ayolah jangan seperti ini. Setelah kalian sampai nanti, aku akan membicarakan masalah perjodohan kita kepada Appa."
Eunha mendesah, ia sudah tidak ingin membahas itu lagi dan Mingyu membuatnya kesal dengan mengungkit hal itu kembali dan lagi Tn. Kim tidak akan membiarkan gadis yang pernah melukai putranya itu bertunangan dengannya. Itu adalah kebodohan meskipun bagi seorang chaebol seperti mereka, bisnis adalah hal terpenting.
"Lupakan! Kau tak perlu melakukan apapun lagi. Lagi pula aku ingin menebus semua kesalahan ku kepadamu dan mereka. Bisakah kalian menganggap semua ini impas? Sehingga saat dimasa depan nanti tidak ada lagi hutang diantara kita?" Pinta Eunha, tak terdengar jawaban dari seberang dan itu cukup membuat Eunha bingung.
"Mingyu...Kau masih disana kan?" Tanya Eunha.
"Hm...Kau yakin tentang ini?" Tanya Mingyu.
"Ya, aku sangat yakin. Jadi sudah jelas kan? Kalau begitu aku akan menutupnya!"
Tutt
Lagi-lagi Eunha menutupnya secara sepihak. Kemudian pandangannya teralih kepada sepasang kekasih itu.
"Kuharap kalian akan selalu bahagia." Guman Eunha yang kemudian meninggalkan mereka berdua.
Sementara Sinb masih duduk dengan menyandarkan kepalanya di bahu Wonwoo sementara kedua tangannya masih melingkari perut Wonwoo seolah tak ingin namja itu lepas darinya.
"Tidak ada yang ingin kau tanyakan kenapa aku melakukan ini?" Tanya Wonwoo sembari menciumi dahi Sinb.
Gadis itu menggeleng. "Aku masih marah kepadamu. Kalau kau mengatakan alasanya, aku takut kau tidak akan selamat malam ini." Reaksi yang cukup unik dari seorang Hwang Sinb membuat Wonwoo tak bisa menahan tawanya.
Sejujurnya Sinb penasaran tapi rasa rindu menghianatinya, membiarkan reaksi itu lebih dominan dari rasa marah dan penasarannya tentang tindakan Wonwoo.
Melihatnya berdiri dihadapannya dengan kerinduan yang sama besarnya membuat Sinb cukup bisa menilai sebesar apa perasaan Wonwoo kepadanya tanpa repot-repot bertanya.
"Wae? Kau masih saja menakutkan seperti dulu." Goda Wonwoo dan Sinb pun tertawa mendengarkannya.
"Bahkan aku berencana untuk mengurungmu dalam pelukanku semalaman. Ingat! Kau tak bisa kabur dariku!" Ucap Sinb membuat Wonwoo semakin gemas saja.
Kedua tangannya pun menakup wajah Sinb dan menghujaninya dengan kecupan, mulai dari dahi, hidung, kedua pipi dan berakhir di bibir mungil dengan rasa cerry itu.
Bibir Wonwoo melumat lembut bibir mungil itu, merasakan semua sensasi dengan segala rasa yang selama ini dirinya dan Sinb pendam.
"Saranghae..." Guman Wonwoo saat melepaskan tautannya membuat wajah Sinb berseri-seri dan semu merah mulai tergambar lagi dikedua pipinya.
"Kau ingin pulang bersama ku kan?" Tanya Wonwoo dan Sinb mengangguk cepat membuat Wonwoo cukup senang. Ia memeluk Sinb kembali.
"Besok kita kembali ke korea." Kata Wonwoo.
"Haruskan aku berkemas sekarang?" Tanya Sinb.
"Ani, tidakkah kau dapat melihatnya? Aku ingin tidur dengan memelukmu sekarang." Pinta Wonwoo yang lagi-lagi membuat pipi Sinb merona.
"Ayo!" Wonwoo berdiri bersama Sinb dan beranjak memasuki rumah.
Pada akhirnya mereka pun tidur dikamar Sinb dengan saling berpelukan dan Sinb terbangun saat sinar mentari memasuki cela kamarnya, membentangkan kilau cahayanya.
Ia memandang dengan berbinar sosok yang terlelap dihadapannya ini. Namja tampan yang cukup menyita emosinya beberapa hari yang lalu. Sinb merasa ini seperti mimpi, ia mengingat bagaimana beberapa waktu sampai menjelang malam ia masih dirundung kesengsaraan karena namja ini tapi semua berubah seperti mimpi. Semua kesengsaraan itu hilang dan berganti dengan kebahagiaan.
Sinb pun memeluk erat Wonwoo dan menyandarkan kepalanya pada dada namja itu seolah ia tak ingin berpisah lagi dengannya.
"Kau masih ingin tetap seperti ini?" Bisik Wonwoo dengan suara serak khas bangun tidurnya. Sinb mendongak dan pandangan mereka saling bertemu. Kedua saling bertukar senyum dan lagi-lagi Wonwoo mendaratkan ciumannya pada bibir Sinb.
"Aku rindu pada mereka semua." Guman Sinb.
"Kalau begitu, ayo bangun dan berkemas. Aku juga harus menyelesaikan beberapa hal diperusahaan dan mengurus pertunangan kita." Tangan Wonwoo meraih surai hitam Sinb dan merapikannya.
"Baiklah...Aku akan mandi." Kata Sinb dan Wonwoo pun mengangkuk membiarkannya bangkit untuk menuju kamar mandi.
Wonwoo pun segera bangun, berjalan keluar kamar dan mendapati Eunha sibuk dipantry lengkap dengan memakai clemek. Sungguh Wonwoo dibuat terkejut dengan penampilan Eunha yang seperti ini.
"Apa selama ini kau yang memasak?" Tanya Wonwoo membuat Eunha yang sibuk dengan acara masaknya segera mendongak kemudian mengangguk sambil tersenyum.
"Dan Sinb yang membersihkan tempat ini?" Lanjut Wonwoo.
"Ya, ia akan membuat kacau pantry bahkan mungkin ia bisa meledakkan ini hanya untuk membuat telor mata sapi." Kata Eunha membuat Wonwoo tertawa.
"Apa selama ini ia begitu merepotkanmu?" Tanya Wonwoo dengan tawa gelinya.
Eunha mengangguk sembari menghela nafas. "Perlu kau tau, kekasih mu itu hanya pandai mendebat dan Judo. Selebihnya ia hanya seorang tuan putri." Cibir Eunha dan lagi-lagi membuat Wonwoo tertawa.
"Tapi bagaimana ini? Aku tetap menyukainya." Jawab Wonwoo membuat Eunha tersenyum.
"Ya, seperti itulah cinta. Tidak ada hal yang lebih penting dari pada perasaan satu sama lain kan?" Kata Eunha sembari menyodorkan sepotong shanwich kepada Wonwoo. "Itu sebagai pengganjal, aku yakin kalian tak akan punya banyak waktu untuk sarapan sebelum kebandara." Lanjut Eunha.
"Kau tidak ikut pulang bersama kami?" Tanya Wonwoo yang mulai menyadari sikap Eunha yang terlihat santai.
"Tidak, aku akan benar-benar tetap berada disini sampai lulus." Jawab Eunha yang masih sibuk menata shanwich.
"Kau sudah membicarakan ini dengan Sinb?" Entah kenapa? Wonwoo merasa kurang setuju jika Eunha berada di negara asing ini sendiri. Meskipun dimasa lalu gadis itu pernah melukai Sinb tapi sekarang ia benar-benar menjaga Sinb seperti saudarinya saat ia tak ada.
"Ya, aku sudah membicarakan ini beberapa kali dengannya." Ungkap Eunha.
"Lalu bagaimana dengan Mingyu? Apa kau sudah memberitahunya? Bukankah kalian masih terikat janji?" Wonwoo merasa Mingyu pasti belum mengetahui hal ini. Mengingat saat keberangkatannya kemari Mingyu sempat menyinggung tentang perjanjian diantara mereka berdua.
"Aku tidak mengatakannya secara langsung, hanya saja kami sudah membatalkan segala bentuk perjanjian yang pernah kita sepakati karena aku rasa itu salah. Lagi pula selama ini aku memiliki banyak salah terhadap kalian." Eunha menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku ingin menjalani hidup ini dengan lebih baik. Seperti Mingyu yang bahkan mengorbankan perasaannya untuk Sinb agar dapat berbahagia bersamamu. Sepertinya melakukan hal semacam itu tidak buruk juga." Kata Eunha sambil tersenyum sementara Wonwoo mengangguk mengerti.
"Rupanya kau sudah banyak berubah." Puji Wonwoo yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Eunha.
"Sepertinya pembicaraan kalian cukup seru." Celetuk Sinb yang kini berjalan mendekat dan duduk disamping Wonwoo. Eunha pun menyodorkan secangkir latte dan sepotong shanwich.
"Siapa kira, kalian akan seakrab ini. Seperti bersaudara?" Komentar Wonwoo sembari memandang keduanya bergantian.
"Tentu saja kami memang bersaudara." Jawab Sinb dan Eunha bersamaan yang seketika terdegar gelak tawa diantara ketiganya.
---***---
Bandara Incheon
DK terlihat mondar-mandir, Scoup terlihat meneliti setiap orang yang berlalu lalang berharap itu adalah Wonwoo atau Sinb sementara dibangku penunggu sudah ada Hoshi, Mingyu serta Sowon dan Yuju.
"Aish, kenapa kau mengajak mereka? Memalukan sekali melihat mereka bertingkah seperti itu." Protes Hoshi yang tak tahan dengan tingkah berlebihan dari dua sahabatnya itu. Mingyu hanya menanggapinya dengan tertawa. Ia bukanlah tipe pengeritik model Wonwoo atau Sinb, kalau dilihat-lihat mereka berdua cukup mirip kan?
"Percayalah, kami sudah sering kali menghadapi kehebohan mereka yang berlebihan ini." Celetuk Sowon dan diangguki oleh Yuju. Membuat Mingyu terkekeh sementara Hoshi menggeleng tak percaya.
"Itu mereka!" Pekik DK heboh, bahkan namja ini berlari kearah Wonwoo dan Sinb, di ikuti oleh Scoup. Sungguh mereka terlihat seperti seorang fansite yang sedang menunggu idolnya dibandara.
"Yak! Apa yang kalian lakukan disini!" Protes Wonwoo dan DK mengabaikannya, ia lebih tertarik memeluk Sinb.
"Cacing hwang!" Pekiknya.
"Yak! Lepaskan hyung!" Protes Sinb dan ketika Wonwoo akan membantu melepaskan pelukan DK, Scoup hadir menghalanginya dengan memeluk Sinb dari belakang.
"Hey, ada apa dengan kalian berdua sebenarnya?" Tanya Wonwoo kesal.
"Aku hanya ingin memeluk anak gadisku." Guman DK.
"Eh cacing hwang, apa kau tak merindukan kami?" Tanya Scoup.
"Tentu saja aku merindukan kalian tapi lepaskan dulu pelukan menggelikan ini!" Pinta Sinb dengan kesal.
Mereka pun melepaskannya dan Mingyu, Hoshi, Sowon serta Yuju sudah berada dihadapan mereka.
"Eonni...Yuju..." Sinb berhambur memeluk dua yeoja itu bergantian penuh rindu.
Mingyu memandanginya dengan senyum kelegaannya.
"Syukurlah...Ku pikir kau akan tetap berhati batu seperti sebelum-sebelumnya." Cibir Mingyu membuat yang lain tertawa sementara Sinb memutar bola matanya.
"Sudahlah, sepertinya kehebohan ini harus segera berakhir. Mereka juga pasti sudah lelah." Kata Hoshi dan disetujui oleh mereka.
Akhirnya rombongan ini pun segera memasuki mobil mewah masing-masing. Sungguh terlihat seperti parade dan itu cukup menyita perhatian.
Sinb dan Wonwoo, memasuki mobil Mingyu, Hoshi menyetir mobilnya sendiri dan dua pasangan yang lain berada dalam mobilnya sendiri-sendiri.
"Apa kau tak merasa ada yang kurang?" Wonwoo membuka pembicaraan, mengajak bicara Mingyu yang serius menyetir.
Sinb yang terlihat kelelahan, lebih memilih diam dan menyandarkan kepalanya pada bahu Wonwoo. Posisi yang cukup membuat Mingyu kesal karena ia terlihat seperti sopir sekarang tapi sepasang kekasih ini tidak ambil pusing dengan protes Mingyu beberapa waktu lalu.
"Wae? Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?" Tanya Mingyu yang tidak terbiasa dengan Wonwoo yang berbasa-basi.
"Apa kau tak ingin bertanya kenapa Eunha tak ikut bersama kami?" Dan akhirnya Wonwoo berkata langsung pada intinya. Sinb yang tadinya memejamkan matanya segera membukanya dan terlihat menunggu reaksi apa yang akan dikeluarkan oleh Mingyu.
"Aku tidak tau tapi aku sudah menduganya saat ia mengatakan ingin membatalkan perjanjian itu." Ungkap Mingyu dengan ekspresi seriusnya. Tidak terlihat senang atau pun lega karena yeoja itu tidak akan mengganggu hidupnya lagi.
"Apa seperti itu reaksi senangmu?" Cibir Wonwoo.
"Aigo...Kau benar-benar tak pandai menyembunyikannya." Olok Sinb membuat Mingyu mendengus.
Entah kenapa? Ia merasa sepasang kekasih ini menyebalkan semenjak tadi. Kalau saja Mingyu tau bahwa mereka akan berperilaku seperti sebuah tim yang menjengkelkan seperti ini, ia tidak akan pernah berfikir untuk membantu mereka untuk bersama kembali.
"Tutup saja mulut kalian atau aku akan menurunkan kalian ditengah jalan!" Ancam Mingyu yang membuat Wonwoo dan Sinb tertawa.
"Baiklah Tuan Mingyu kami tidak akan mengatakan apapun lagi." Goda Sinb sambil tertawa.
"Aish, tempramen burukmu itu! Kapan kau akan berhenti?" Keluh Wonwoo.
---***---
Pagi ini langit nampak begitu cerah dengan semilir angin bercampur dengan hawa panas musim panas.
Sinb dan Wonwoo sudah berada di dalam mobil menuju sekolahannya. Wonwoo sedang fokus menyetir dan Sinb masih sibuk memeriksa tasnya, bahkan gadis itu mengeluarkan seluruh isi tasnya begitu saja.
Wonwoo beberapa kali menoleh dan menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan kekasihnya ini.
"Wae? Apa yang kau cari sebenarnya?" Tanya Wonwoo.
"Aku lupa tidak membawa alat tulis." Jawab Sinb sedikit panik.
"Tidak biasanya kau seceroboh ini?" Wonwoo menatap heran Sinb.
Sinb pun menghentikan aktifitasnya dan menatap Wonwoo cemberut.
"Aku tidak ingin masuk hari ini tapi kau memaksaku! Aku tidak siap secara fisik dan mental, disaat seperti ini kau masih mencibirku?" Kesal Sinb yang membuat Wonwoo gemas.
Wonwoo pun tertawa dengan satu tangannya melayang dan menyentuh surai hitam nan lembut milik Sinb.
"Mianhae....Aku sudah memaksamu untuk tetap masuk. Aku hanya merindukan masa-masa dimana kita bisa berangkat sekolah bersama, bergandengan tangan saat melewati lorong kelas dan berbincang diruang musik bersama mereka." Kali ini Wonwoo meraih tangan Sinb dan menciumnya. "Sungguh aku merindukan semua itu." Guman Wonwoo membuat Sinb berkaca-kaca karena Sinb mulai mengingat semua hal menyakitkan yang terjadi kepadanya beberapa waktu lalu.
Ketika ia merasa seperti bongkahan batu yang tampak namun tak bernilai dan tak memiliki kegunaan dimatanya. Bersamaan dengan itu pula, Sinb merasa dunianya telah berubah. Semuanya menjadi sepi dan sunyi, ia hanya terfokus dengan rasa sakit atas penyabaian yang Wonwoo lakukan kepadanya, membuat air matanya menetes kali ini.
Wonwoo yang melihat Sinb menangis, menepikan mobilnya dan memeluk erat gadisnya.
"Mianhae...Pasti sulit bagimu selama ini kan?" Lirihnya dan tangis Sinb semakin menjadi.
"Aku tidak pernah bermaksud meninggalkanmu, tidak sedikit pun! Semua itu hanya sebuah rencana agar Woozi tidak macam-macam denganmu." Kata Wonwoo dan Sinb masih menangis dalam diam.
"Setiap malam saat aku tidak bertemu denganmu, aku selalu tersiksa karena merindukanmu. Namun aku menahan semuanya, mungkin untuk beberapa saat aku marah karena kau tidak mempercayai ku dapat menyelesaikan masalah ku dan kecemburuan ku karena kau meminta bantuan Joshua juga membuatku tak berfikir jernih. Hingga membuat ku beberapa saat berfikir untuk menjauh darimu tapi dihari berikutnya aku mulai merasa sedih karena merindukanmu tapi rencana Woozi untuk mengambilmu membuatku tak bisa berbuat apa-apa selain menjauhkanmu darinya." Wonwoo melepaskan pelukannya dan memandang Sinb dalam.
"Aku berjanji, tidak akan meninggalkanmu lagi." Ucapnya dengan sungguh-sungguh.
"Ya kau harus berjanji. Percayalah kalau kau mengingkarinya lagi, aku akan menghukummu dengan mati dihadapanmu!" Ancam Sinb membuat Wonwoo terkejut.
"Yak! Kenapa kau mengatakan hal semacam itu?" Wonwoo tidak suka dengan kata-kata Sinb.
"Aku harus mengatakan apa lagi? Aku tidak bisa hidup tanpamu." Lirih Sinb membuat Wonwoo segera menarik gadis itu lagi dalam dekapannya.
"Maafkan aku karena membuatmu seperti ini. Aku berjanji...Setelah ini hanya akan ada kebahagiaan!" Itulah janji Wonwoo.
-Tbc-
Hi...Aku back bawa ff ini 😉
Mau di End nin apa nggak? 😁
Minta scene yang kek gimana?
Request boleh kok...mumpung lagi baik 😂
Bulan puasa perlu banyak amal 😂 tapi disini banyak dosanya ya haha
Jangan lupa Vote + Komen ✔✔
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top