Chapter 22
🎶Playlist🎶
DK - Missed Connections
Saat ini di Jerman musim semi dan selalu digunakan untuk banyak orang pergi ke berbagai tempat. Eunha beberapa kali mengajak Sinb untuk pergi ke berbagai tempat tapi gadis itu selalu menolaknya dengan alasan bahwa ia harus lebih keras belajar bahasa jerman yang sebenarnya ini masih belum bisa untuk melupakan semuanya.
Rasa rindu yang semakin hari menjadi racun dalam hatinya membuatnya terkadang menangis dalam diam, tidak pernah sebelumnya ia merasakan hal semacam ini. Sakit, jika merindukan seseorang yang bahkan kau sendiri tak tau, ia memikirkan mu atau tidak? Sinb melihat dirinya seperti sampah yang tak berarti.
Pecundang pun tak akan semenyedihkan ini bukan? Lalu, apa lagi yang harus ia lakukan? Segala upaya sudah ia lakukan untuk bertemu dengan Wonwoo hanya untuk menanyakan, kenapa ia memperlakukan dirinya seperti ini? Tapi nyatanya, Wonwoo tidak ingin menemuinya. Apa ia begitu membenci dirinya? Sinb tidak tau dan tidak mengerti!
Seharusnya setelah mendapat perlakuan seperti ini, Sinb akan membenci Wonwoo tapi nyatanya ia tidak bisa. Sungguh luar biasa bukan?
Begitu murah hatinya seorang Hwang Sinb sekarang.
Dulu, ia tidak seperti ini! Tidak akan banyak toleran kepada siapapun termasuk orang tuanya tapi Wonwoo seperti hal lain yang tidak dapat ia samakan dengan siapapun.
Lelaki itu sudah berhasil membuatnya seperti mayat hidup sekarang. Menghabiskan banyak waktu hanya untuk merenung dan bersedih. Bahkan Sinb terus menertawakan dirinya, mengingat tentang semua pemikiran naifnya yang tak mempercayai tentang sebuah cinta.
"Wah, ini seperti sebuah kutukan! Aku menganggap cinta hanya omong kosong dan sekarang apa yang terjadi? Aku seperti pemulung yang mencoba mengais cinta, sangat menyedihkan." Cibir Sinb pada dirinya sendiri.
Sinb mengacak rambutnya frustasi sambil menangis dalam diam. "Sepertinya aku tidak begitu mengenalmu Jeon Wonwoo." Lirihnya dengan tangis yang masih tertahan.
Sementara itu, Eunha diluar menyaksikan betapa terpuruknya saudara tirinya saat ini. Ia mendesah dan merasa iba, kemudian ingatan tentang bagaimana dulu saat ia begitu jahat kepada Sinb, hadir begitu saja.
Sinb, gadis keras kepala yang tak tersentuh itu.
Ternyata sama seperti dirinya dan gadis lain pada umumnya. Mungkin, penderitaannya selama ini jauh lebih banyak dari dirinya.
"Mingyu..." Panggilnya pelan dengan handphone yang menempel di telinganya.
"Hm..." Jawaban diseberang.
"Butuh berapa lama lagi?" Tanya Eunha dan terdengar desahan Mingyu disana.
"Apa kau berniat untuk kembali? Kau sudah berjanji kepadaku kan untuk menyesaikannya sampai akhir? Dengan begitu aku akan mempertimbangkan perjodohan kita lagi." Kata Mingyu yang kali ini membuat Eunha mendesah.
Eunha kecewa pada Mingyu yang memiliki pemikiran demikian, apa pria itu masih berpikir bahwa dirinya sama seperti dulu? Gadis yang terlalu terobsesi kepadanya? Eunha sudah berubah, ia tidak ingin memaksakan keinginannya kepada siapapun karena ia menyadari itu sangat buruk. Eunha ingin kembali, kembali normal menjadi gadis biasa yang mulai menikmati hidupnya tanpa memendam kebencian kepada siapapun dan ia mulai melakukannya.
"Ani, bukan itu. Aku tidak tega melihat Sinb seperti ini. Mungkin diawal aku berfikir untuk menerima tawaranmu itu tapi sekarang aku rasa lebih baik kita lupakan saja. Aku minta maaf untuk semua ulah mencengkelkan ku terhadap kalian. Baiklah, aku akan menutup telponnya dan mengirim video Sinb agar kau percaya dengan ucapanku. Jaljayo!"
Tutt
Sambungan telpon pun terputus. Eunha sengaja memutusnya tanpa menunggu jawab dari Mingyu. Entah kenapa? Hatinya sedikit sakit dengan ucapan Mingyu tapi ia juga tidak seharusnya bertingkah seperti ini bukan? Karena ia tidak berhak meminta Mingyu untuk mengerti dirinya. Segala bentuk kecerobohan akan mendapat imbalannya dan itu berlaku untuk dirinya juga.
"Aku akan melupakanmu!" Tekat Eunha.
---***---
Hari berlalu dengan cepat, saat Wonwoo dan Mingyu disibukkan dengan berbagai pertemuan, bahkan lebih dari 3 minggu mereka tak masuk sekolah bahkan malam ini mereka pun tak tidur dirumah.
Wonwoo tertidur dengan kepala bersandar pada kursi kerjanya sementara Mingyu berselanjar di sofa yang sepertinya tak sanggup untuk menampung seluruh tubuhnya, entah karena sofa itu kependekan atau kaki Mingyu yang terlalu panjang? Yang pasti, hal itu tak lantas membuat tidur Mingyu terganggu. Ia tertidur dengan tenang dan damai.
Sementara Hoshi masih sibuk dengan beberapa hal yang harus ia selesaikan malam ini juga. Ia menatap Wonwoo dan Mingyu bergantian, kemudian menghela nafas. Menyentuh beberapa huruf pada handphonenya.
"Kau tidur?"
"Bisakah kau kesini?"
"Hoh, ajak yang lain juga. Mereka tidak akan sanggup lagi. Berminggu-minggu ini mereka hanya tidur beberapa jam saja."
"Baiklah, aku akan menunggu kalian."
Tutt
Hoshi menutup telponnya dan menempelkan bahunya pada sofa, mencoba rileks untuk sementara sampai bala bantuan datang. Sesungguhnya, matanya juga sangat berat dan itu terlihat dari mata sipit itu seolah akan hilang tertelan oleh kantuk yang teramat.
"Apa yang harus ku lakukan?" Bisik seseorang membuat Hoshi tersentak, hampir terjungkal kalau saja ia tidak berpegangan pada sosok dihadapannya ini.
"Kau! Bisakah kau mengetuk pintu, jangan memperjelas bahwa kau makhluk tak kasat mata." Cibir Hoshi membuat sosok namja dihadapannya ini manyun sementara sosok namja yang berada disisinya berusaha untuk menahan tawanya.
"Wah lihatlah, bahkan mereka tak bangun dengan kegaduhan ini. Mereka berada di puncak kefrustasian di usia seremaja ini? Sungguh kehidupan yang kelam." Komentarnya membuat Hoshi mendesah.
Hoshi meraih beberapa laporan tebal dan membaginya menjadi dua bagian.
"Ini untukmu DK." Hoshi memberikan setumpuk kertas itu kepada DK .
"Dan ini untukmu juga Scoup." Hoshi memberikan tumpukan kertas kedua kepada Scoup.
"Kalian harus menyelesaikan malam ini juga karena jika besok? Semua yang kita rencanakan akan gagal." Lanjut Hoshi membuat keduanya mengangguk serius.
Ditemani secangkir kopi, ketiga anak SMA yang luar biasa keren ini, karena di usianya yang belia ini mereka sudah sangat terbiasa dengan hal semacam ini.
Hebat bukan? Chaebol memang dituntut serba bisa semenjak lahir, menjadi dewasa dengan tata krama dan sopan santun dihadapan media. Jangan salahkan terkadang saat semua protes dan ketidakadilan yang selama ini mereka pendam menjadi menumpuk dan meledak di luar dugaan saat itu mencapai batasnya. Jangan salahkan mereka sepenuhnya, salahkan herarki konyol ini dan segala tatanan yang disebut budaya dan kebiasaan yang para sebagian chaebol ini lakukan.
Dengan tanpa kesulitan yang nampak di raut wajah mereka, memulai menyelesaikan beberapa hal untuk besok.
"Bagaimana dengan saham?" DK bertanya, Hoshi memandangnya sekilas.
"Sudah ku urus, aku menyuruh beberapa patner dari luar negeri untuk membelinya dengan harga tinggi." Ucap Hoshi.
"Perusahaan asing? Bagaimana bisa?" Tanya Scoup.
"Si dungu Mingyu itu berhasil membuat kesepakatan dengan perusahaan asing. Ia menghabiskan waktunya untuk membuat persentasi yang memukau dan belajar bahasa inggris terus menerus. Dia terlihat seperti orang gila saat mengajak ku dan Wonwoo berbicara bahasa inggis." Terang Hoshi yang seketika membuat keduanya tertawa.
"Jadi, besok hanya pengambil alihan?" Tanya DK.
"Ya, seperti yang kau ucapkan saat itu. Kau sudah menyiapkan beberapa pengacara terbaikmu?" Tanya Hoshi dan DK mengangguk.
"Kau butuh berapa? Tua bangka itu punya lebih dari 100 pengacara hebat. Aku sudah mengintruksi mereka semenjak 2 minggu yang lalu untuk mencari segala kekurangan perusahaan Woozi." Kata DK dengan bangganya.
"Bagaimana bisa kau membujuk abojimu untuk memberikan pengacara terbaiknya kepadamu?" Seketika Scoup penasaran dan sepertinya Hoshi tidak ingin melewatkan cerita konyol tapi menarik ini.
"Hahaha...Aku mengikutinya kemana pun tua bangka itu pergi." Ujar DK santai.
"Seriuslah sedikit!" Protes Hoshi.
DK memperbaiki posisi duduknya dan mulai terlihat serius. "Sesungguhnya, tua bangka itu cukup suka atas antusias ku dengan firma hukumnta. Hanya bertanya tentang bagaimana perkembangan firma hukum kita dan ia langsung memberiku pengacara terhebatnya. Bukankah ia begitu berharap agar aku menjadi penerusnya?" Kata DK dengan antusias.
Pletak
"Yak!" DK menoleh dan mendapati sosok Wonwoo sudah berdiri dihadapannya dengan muka suramnya.
"Kenapa kau mengajak mereka hyung?" Protes Wonwoo kepada Hoshi, menatap kesal mereka bertiga bergantian.
"Kenapa kalian berisik sekali?" Bahkan Mingyu juga terbangun.
"Bagus, kalian sudah bangun semua. Pekerjaan ini akan cepat selesai jika begitu." Kata Hoshi berusaha sekali untuk mencairkan suasana.
"Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Mingyu bergabung diantara mereka sementara Wonwoo masih berdiri dengan tatapan tajamnya.
DK dan Scoup saling melirik, kemudian mendesah bersamaan. Mereka menatap Wonwoo bersamaan.
"Wae? Apa kau masih marah kepada kami?" Tanya DK.
"Aku hanya mencemaskan kalian, begitu juga dengan Sinb. Bagaimana kau juga harus mengabarinya tentang semua ini. Sebenarnya apa yang kalian rencanakan?" Tanya Scoup menatap Wonwoo serius. Wonwoo mendesah, kini wajah seriusnya berungsur memudar. Menunjukkan wajah kelelahannya.
"Pertama...Aku tidak suka kalian membantuku sembunyi-sembunyi." Tekan Wonwoo.
"Itu karena kami takut kau tersinggung." Terang Scoup.
"Kedua...Jangan pernah libatkan Joshua dalam hal yang berhubungan dengan ku dan Sinb." Lanjut Wonwoo.
"Yak! Apa kau cemburu?" Celetuk DK.
"Terserah apa katamu!" Balas Wonwoo dengan raut wajah kesalnya.
"Sudahlah, kalian berdua tidak akan sanggup menyelesaikan ini. Kalian butuh kita dan berhenti saling menyalahkan. Kepala ku sangat pusing dan aku ingin istirahat sebentar." Kata Hoshi yang meletakkan kepalanya pada sofa.
"Baiklah...Kami akan menyelesaikan ini." Guman Mingyu yang kini menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Pagi harinya, mereka sudah siap. Menurut informasi sekarang ada rapat pemegang saham di Jeon Ho group dan terdengar bahwa akan ada menggabungan perusahaan itu dengan beberapa anak perusahaan Woozi yang bergerak di bidang yang sama.
Untuk menggagalkan itu semua, setidaknya Wonwoo harus memiliki 60% saham dan ia beserta yang lain berhasil melakukannya.
Kini Wonwoo, Mingyu dan beberapa pengacara sedang berjalan menuju ruang rapat sementara Scoup dan DK berada ruangan lain. Mereka sudah bersiap menyaksikan dengan layar yang terhubung dengan kamera yang ada didalam ruang rapat.
"Kami juga akan ikut dalam rapat ini." Ucap Wonwoo yang membuat beberapa Direktur nampak terkejut.
Wonwoo cukup yakin, satu diantara beberapa Direktur ini ada yang bersekongkop dengan Woozi.
Woozi yang duduk ditengah, paling ujung nampak tersenyum tenang sampai tangannya mengintruksikan Wonwoo untuk duduk. Tidak ada Presdir disini, karena Appa Wonwoo sangat sibuk dan disisi lain ada beberapa invenstor asing seperti yang dikatakan oleh Hoshi saat itu.
"Apa ini benar? Jika Presdir tak ada, seharusnya siapa yang mewakilinya?" Kata Wonwoo.
"Tuan muda, anda tidak pantas mengatakan itu." Bahkan pengacara kepercayaan perusahaan Tn. Hwang yang merupakan calon ayah mertuanya berusaha membela Woozi?
Satu bedebah telah ia temukan!
Wonwoo tersenyum dengan manisnya. "Paman tenang saja, aku yang berhak mengambil keputusan karena Appa sudah menyerahkan haknya kepada ku dengan surat kuasa ini."
Brak
Wonwoo melemparkan sebuah dokumen diatas meja dan beberapa orang memeriksanya. Mata mereka melebar dengan ekspresi ketidak percayaannya.
"Tn. Jeon memang melimpahkan tanggung jawab ini kepada Putranya." Ucap salah seorang yang membaca dokumen itu.
"Tapi apa kau tau seberapa besar saham yang kini dimiliki oleh keluargamu?" Woozi bertanya dengan senyum miringnya.
"Kami memiliki 60% saham disini." Jawab Wonwoo yang membuat Woozi tertawa.
"Kau yakin?" Tanyanya dengan tatapan mengejeknya.
"Sangat yakin. Mingyu, tunjukkan kepadanya semua bukti yang kita punya." Kata Wonwoo dan Mingyu pun maju bersama beberapa pengacara disampingnya.
Tn. Hwang pun baju, untuk memerikaa keabsahan bukti itu. Ia cukup tercengang dengan apa yang di lihatnya, menatap Woozi penuh arti.
Plok
Plok
Plok
Woozi memberikan tepuk tangannya pada Wonwoo untuk rencana briliannya ini.
"Daebak! Aku tak menyangka kau bisa membaca rencanaku." Katanya dengan tenang membuat Wonwoo bertambah was-was.
Apakah Woozi menyusun rencana baru lagi?
Wonwoo dan Mingyu saling melirik, berusaha untuk saling menebak permainan Woozi yang masih ia sembunyikan.
"Kau memang sudah berhasil mengambil kembali perusahaanmu tapi bagaimana dengan sesuatu yang berharga lainnya?" Kata Woozi penuh arti membuat Wonwoo mengeram marah.
"Jangan membuat keributan disini, loyalitasmu akan menurun dan ia sengaja menjebakmu agar semua orang tau bahwa kau tak layak sebagai penerus disini." Nasehat Mingyu dan Wonwoo mengangguk paham.
"Benarkah? Sepertinya kau selalu selangkah lebih baik dariku hyung. Mari kita lupakan semuanya dan bekerjasama untuk masa depan perusahaan." Kata Wonwoo diluar dugaan membuat beberapa orang menunjukkan beberapa reaksi.
"Ah begitu, baiklah kita akan bicarakan ini nanti. Aku akan pergi dari ruang rapat ini dulu, karena aku tidak akan mengganggumu." Katanya yang melenggang pergi di ikuti kerut dari beberapa direktur.
"Baiklah...Aku hanya mengatakan ini sekali sebelum aku bertindak cukup jauh. Siapapun disini yang terlibat dengan akuisisi saham dengan perusahaan Woozi hyung dihadapkan memberikan surat pengunduran diri, aku akan menunggunya sampai besok! Jika tidak? Aku akan mengerahkan semua pengacaraku untuk menjebloskan kalian ke penjara!" Kata Wonwoo dengan serius.
"Mengenai krisis keuangan dan segala bentuk keluhan akan diselesaikan. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan isu PHK karena kami tidak akan pernah melakukan itu kecuali yang sengaja mengkhianati perusahaan ini. Perusahaan akan kembali normal dalam waktu beberapa bulan kedepan, kuharap kalian mengeluarkan semua kemampuan kalian untuk mengatasinya bersama!" Kata Wonwoo dan semuanya mengangguk mengerti.
"Aku hanya ingin menyampaikan ini dan sekarang rapat aku tutup!" Katanya lagi dan semuanya mengangguk.
Wonwoo dan Mingyu pun meninggalkan ruang rapat, berjalan bersama menuju ruangan.
"Aku pikir ia mengancammu tentang Sinb." Duga Mingyu.
"Hm...Aku sudah menduga itu tapi tenang saja. Eomma sudah berbicara dengan keluarga Eunha. Eomma Sinb memilik hak asuh mutlak untuknya jadi jika paman Hwang berusaha untuk merebutnya, itu akan sangat sulit." Mingyu tersenyum.
"Ah, kita memang tim yang hebat. Saling menutupi kekurangan satu sama lain." Guman Mingyu senang.
"Aku melakukan ini untuk diriku sendiri. Aku tidak akan membiarkanmu mendekatinya lagi." Cibir Wonwoo membuat Mingyu terbahak.
"Kau cukup percaya diri rupanya. Aku sudah merelakannya untukmu karena kalian sudah banyak menderita selama ini." Kata Mingyu tanpa ekspresi marahnya, malahan namja ini menepuk kedua bahu Wonwoo mencoba untuk menyemangatinya.
"Wow...Apa ini Mingyu yang ku kenal?" Goda Wonwoo dengan tawa tertahan.
"Aish, sudahlah...Kapan kau akan menjemputnya?" Pertanyaan Mingyu membuat Wonwoo nampak berfikir.
"Wae? Apa lagi yang kau risaukan? Semua masalah sudah selesai, jangan membuat dia terus merasakan sakit." Mingyu hari ini benar-benar menunjukkan sisi dewasanya.
"Malam ini, apa aku bisa melakukan penerbangan untuk malam ini?" Tanya Wonwoo.
"Kapan pun kau mau, selama kau memiliki kemauan untuk menemuinya." Mingyu memberikan semangat kepada Wonwoo.
"Baiklah...Aku akan menemuinya." Wonwoo pun meninggalkan Mingyu.
"Sampaikan salam ku kepadaanya. Katakan Mingyu masih menyukainya!" Teriak Mingyu.
"Bedebah kau!" Balas Wonwoo tanpa menoleh tapi cukup membuat Mingyu tertawa.
---***---
Semilir angin malam menusuk kulit dengan dinginnya, namun tak membuat Sinb segera bangkit untuk melindungi tubuh mungilnya dari dinginnya malam.
Ia masih duduk ditaman dengan segala keresahannya. Sesekali menengadah kelangit, melihat semburat bintang yang nampak berkelip dengan cemerlang.
"Aku iri pada kalian."
Sinb, semenjak berada ditempat ini memiliki sebuah kebiasaan baru yaitu berbicara dengan banyak benda. Seolah tidak ada satu manusia pun yang dapat ia tanyai.
Sesungguhnya, ada banyak pria yang ingin berteman tepatnya menyukainya tapi sepertinya hatinya tak bisa menerima itu.
"Siapa yang membuatmu iri?" Sinb diam, ia terlihat berfikir. Merasa sangat familiar dengan suara itu.
Ia menoleh dan mendapati sesosok yang begitu ia rindukan selama ini.
Jeon Wonwoo!
Pria itu ada dihadapannya, tersenyum dengan senyum yang sama. Menatapnya dengan binar yang sama.
Wae? Kenapa ia masih membayangkan namja itu disini?
"Apa kau hanya akan berdiam diri? Aku datang kemari untukmu dan kau tak ingin datang memelukku?" Lagi Wonwoo bersuara membuat air mata Sinb mengalir lagi.
Gadis itu berdiri dan berlahan mendekati Wonwoo, tangannya menyentuh pelan wajah Wonwoo dan pria itu memejamkan matanya, mencoba menikmati sentuhan Sinb.
"Benarkah ini nyata?" Lirih Sinb membuat Wonwoo membuka matanya dan menarik Sinb dalam dekapannya.
"Ya, aku nyata dan aku datang untukmu." Guman Wonwoo dan seketika tangis Sinb pecah.
-Tbc-
Hi...FF yang satu ini adakah yang menunggu?
Tanpa revisi jadi jika ada typo mohon maklum 😅😅😅
Yuk...
VOTE × KOMEN
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top