Chapter 20

Playlist
🎶Black Pink - Stay🎶

Malam terus berlalu tapi Wonwoo masih fokus pada layar laptopnya dan juga beberapa kali menerima telpon yang Sinb yakini adalah para direktur diperusahaan Wonwoo.

Sinb masih saja fokus pada beberapa rancangan presentasi yang harus ia buat dalam power point, ini tidak terlalu sulit baginya karena Sinb sudah terbiasa melakukan ini saat bergabung dalam sebuah kelompok belajar sebelum ia masuk ke Jeon Ho High School.

Ada 5 presentasi dengan metode yang berbeda dalam pemasaran produk yang harus segera Wonwoo lakukan dan Sinb sudah menyelesaikan 3 metode, masih tersisa dua. Handphonenya tiba-tiba saja bergetar dan sepertinya seseorang telah memasukkan akun wattshapnya dalam sebuah group.

🔕AGEN RAHASIA🔕

🐶DK : Oi 😎

🐻Joshua : Hapus imoji itu Dokyeom!

🐵Scoup : Eh anjing gila! Aku lebih tampan dari monyet! 😤

🐷Sinb : Babi? Kau yang babi! Bedebah! 😠

🐶DK : Tidak kah kalian merasa terlalu berlebihan? 😲

🐵Scoup : Kau yang berlebihan, aku masih marah padamu! Jangan berbicara dengan ku!😒

🐶DK : Baiklah aku akan diam 🙊🙊🙊 maafkan aku 😢😢😢 Saranghae ❤

🐵Scoup : Menjijikan!💣

🐷Sinb : KALIAN BEDEBAH SIALAN! ENYAHLAH!!! 😤😤😤

🐻Joshua : @🐷Sinb kau dimana sekarang? Apa membantu Wonwoo?

🐷Sinb : Ya, aku membuat beberapa metode pemasaan untuk presentasinya besok.

@🐶DK Hyung...Produk apa yang sebenarnya harus Wonwoo dan Mingyu pasarkan? Apakah tidak ada yang menolong Mingyu?

🐶DK : Produk kecantikan dan tugas Mingyu hanya perlu menyiapkan dana, jika salah satu dari metode Wonwoo disetujui. Jadi kita tidak perlu mengkhawatirkannya, okay 😉

🐵Scoup : Kita memerlukan Departement store atau otlite yang mampu memasarkan produk itu secara cepat. Promosi dan periklanan menggunakan dana dari Mingyu nantinya 😥

🐻Joshua : Departement store terbesar dan terbanyak di korea adalah Jung Wa Departement store dan itu adalah milik keluarga Eunha.

🐶DK : Binggo! Tapi cacing Hwang, kau pasti tidak akan mau melakukannya haha 😝

🐷Sinb : Aku tidak sudi meminta bantuannya! 😤

🐵Scoup : Tidak harus kau, masih ada Mingyu. Dia hanya perlu memberikan rayuannya dan gadis bodoh itu akan langsung menurutinya wkwk 😈

🐷Sinb : Aku bertaruh, dia tidak akan mau dan lagi haruskah kita memberitahu Mingyu? Apa dia sama seperti Wonwoo yang selalu memiliki harga diri tinggi? 😳

🐶DK : Aku setuju untuk memberitahunya, karena Mingyu pasti akan mau membantu dan Wonwoo tetap tak boleh tau. Bisa-bisa dia akan memutuskanmu karena merasa direndahkan, ingat baik-baik ini Hwang!

Chat terakhir dari DK membuat Sinb memperhatikan Wonwoo yang masih serius itu. Ia cukup paham bahwa Wonwoo sangat memiliki harga diri yang tinggi dan kekasihnya ini jelas tidak suka siapapun menolongnya dengan cara seperti ini.

"Wae? Apa kau mengantuk?" Sinb tersadar dari ketermenungannya saat Wonwoo segera bangkit dari kursi kerjanya, berjalan menuju Sinb dan duduk disampingnya.

"Tidak, aku akan membantumu menyelesaikan ini." Sinb mengetik lagi tapi tangan Wonwoo menahan tangannya, membuat Sinb kini menatapnya.

"Ani, tidur! Aku akan melanjutkannya sendiri." Wonwoo meraih beberapa helai rambut Sinb yang menutupi wajahnya. "Tidurlah, besok kau harus sekolah." Kata Wonwoo yang entah membuat Sinb hanya mampu memeluk kekasihnya ini membuat Wonwoo tersenyum.

"Kau ingin aku menemanimu tidur? Sinb, apa kau ingin membuat kita menikah dengan cepat?" Goda Wonwoo membuat kepala Sinb menggeleng dengan cepat dan Wonwoo merasakan itu didadanya.

"Ayo ku antar kau kekamar." Ajak Wonwoo dan Sinb dengan terpaksa menurutinya.

Mereka telah sampai di kamar Wonwoo dan Sinb sudah membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Wonwoo menungguinya sampai gadis itu benar-benar tertidur.

Handphone Sinb tiba-tiba bergetar berkali-kali membuat Wonwoo yang disampingnya penasaran. Ia meraihnya dan membuka chat itu.

🔕AGEN RAHASIA🔕

🐶DK : Aku sudah menghubungi Mingyu 😱

🐵Scoup : Bagaimana? Apa dia mau melakukannya? 😣

🐶DK : Dia lebih mudah untuk di takhlukan dari pada Wonwoo 😒

🐻Joshua : Jadi hanya perlu Mingyu merayu Eunha? Lalu bagaimana dengan saham yang kata Sinb sudah Woozi beli? Apa kita mampu mengatasi itu? 😯

🐶DK : Aku tidak tau, kita lakukan hal ini saja. Kalau Wonwoo gagal untuk memasarkan produk itu, aku akan menggunakan kartu terakhir ku.

🐷Sinb : Apa kartu terakhirmu hyung?

🐶DK : Eh, ku kira kau sudah tidur hwang? Em...Sepertinya aku akan menemuinya bersama Sowon.

🐵Scoup : Kau yakin ingin melakukan itu? 😮

🐻Joshua : Dia bukanlah seseorang yang mudah untuk kau hadapi!

🐷Sinb : Haruskah kau melakukan sampai sejauh itu hyung? Apa kau tidak mempercayai Wonwoo?

🐶DK : Tunggu, kau ini amnesia atau bagaimana? Bukannya kau menginginkan kami untuk membantunya Hwang? 😩 Apa kau sudah mengantuk? Tidur sana, biar kami yang pikirkan! 😴

🐻Joshua : Ya, biarkan kami yang memikirkannya.

🐵Scoup : Sepertinya kau sangat kelelahan, aku tidak ingin menemuimu dengan muka seram mu besok, tidur!

🐷Sinb : Dengar! Ini aku Wonwoo, Sinb sudah tertidur. Aku tidak pernah menyangka, Sinb dan kalian akan melakukan ini. Sebaiknya kalian hentikan saja dan biarkan aku yang menyelesaikannya sendiri!

🐷Sinb meninggalkan percakapan

Wonwoo mendesah dan memandangi Sinb sesaat sebelum akhirnya ia meletakkan handphone kekasihnya itu dan meninggalkannya.

---***---

Pagi hari saat Sinb terbangun karena memang dirinya biasa terbangun di pagi hari, ia sedikit bingung saat seseorang sudah berdiri dihadapannya.

Pengawal wanita?

"Selamat pagi nona, sebaiknya anda segera mandi dan sarapan pagi." Ucapnya yang segera membuat Sinb mengangguk mengerti.

"Baiklah..." Sinb pun bangkit dan memasuki kamar mandi.

Setelah beberapa menit, ia keluar dengan juba mandinya. Diatas tempat tidurnya, sudah ada seragamnya yang bersih dan harum tentunya. Sinb pun langsung memakainya karena ia ingin segera menemui Wonwoo di meja makan.

Ia pun turun saat ia sudah memakai seragam dan tas yang sudah tertata rapi. Ia melangkah memasuki ruang makan dan pengawal itu sudah menunggunya disana tapi Wonwoo tidak ada disana.

"Dimana Wonwoo?" Tanya Sinb yang hendak melangkah ke ruang kerja Wonwoo.

"Tuan muda sudah pergi nona." Katanya membuat Sinb berhenti.

"Ia menyuruh saya untuk menemani anda makan." Katanya lagi dan entah Sinb merasa sangat aneh.

"Aku tidak lapar, kalau begitu aku akan berangkat kesekolah saja." Kata Sinb dengan tidak bersemangat.

"Kalau begitu, biarkan supir Park mengantarkan anda." Sinb menggeleng dengan cepat.

"Aku akan pergi sendiri." Tolak Sinb.

"Tapi Tuan Muda memperintahkan saya untuk mengantar anda." Kukuh pengawal wanita itu membuat Sinb menghela nafas.

"Baiklah, ayo kita pergi." Katanya yang melangkah terlebih dahulu meninggalkan wanita dewasa itu.

Sinb pov

Entah mengapa? Semenjak tadi pagi aku sudah merasa aneh. Suasana disana tidak sehangat tadi malam.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Wonwoo pergi tanpa berpamitan?

Aku turun dari sedan hitam milik kelurga Wonwoo dan wanita itu membungkuk sebelum pergi. Tanpa mengatakan apapun!

Astaga! Aku belum mengecek handphone ku sama sekali. Mati? Aku belum mengisinya.

"HWANG!" Aish, tak bisakah dia tak berteriak sekeras itu?

Aku menoleh dan mendapati DK hyung berlari dengan ekspresi khawatirnya.

"Wae?" Tanya ku yang keheranan melihat tingkah anehnya kali ini.

"Kau tidak berangkat dengan Wonwoo? Apa terjadi sesuatu kepadamu semalam?" Pertanyaan yang cukup ambigu.

"Yak! Apa maksudmu sebenarnya?" Aku melihatnya panik.

"Kau tidak mengecek handphonemu sama sekali?" Aku menggeleng karena memang aku tidak mengeceknya dan apa yang dilakukan namja bodoh ini?

"Mati kau! Wonwoo pasti sangat marah padamu." Dan rancauan anehnya ini membuatku semakin tak mengerti.

"Wae...wae...? Katakan dengan jelas hyung, apa yang terjadi. Aku tidak bisa mengecek handphone ku karena aku tidak mengeceknya semalam." Terang ku yang membuatnya segera menyodorkan handphonenya sambil mendesah.

Aku mulai menyentuh layar handphone itu sampai pada percakapan terakhir pada group chat tersebut.

Mungkin seperti inilah rasanya tersambar petir. Aku begitu terkejut sampai tak bisa mengatakan apapun, ketahuan dengan cara seperti ini lebih menakutkan dari pada melakukan sebuah perselingkuhan sekali pun.

Pantas saja, tadi ia tak ada. Tidak menyapa ku dipagi hari, tidak menemaniku makan atau mengantar ku sekolah. Akankah hubungan kita berakhir dengan cara seperti ini?

"Hwang..." Kini aku hanya mampu menatap DK hyung dengan pikiran kalut ku.

"Hyung...Dia pasti sangat marah, pada akhirnya ia membenciku dan memutuskan hubungan kita, ottokae?" Kalut dan panik, itu yang kurasakan sekarang.

"Coba hubungi menggunakan nomerku." Katanya dan aku segera menuruti ucapannya. Menyentuh beberapa nomer pada layar.

Aku berharap dengan segala kecemasan ku, semoga ia mau mengangkatnya. Pada nyatanya, harapan ku terlampoi sia-sia. Ia mengalihkan panggilannya dan membuat ku semakin takut saja.

DK hyung seolah bertanya dari tatapan matanya dan aku langsung menggeleng.

"Itu Yuju, coba telpon menggunakan handphonenya." Aku pun memberikan kode kepada Yuju untuk mendekat dan ia segera berjalan mendekat.

"Wae?" Tanyanya.

"Mana handphone mu, aku akan pinjam." Meskipun ekspresinya menunjukkan kebingungannya tapi ia tetap memberikan hanphonenya kepadaku.

Pada akhirnya aku tetap mendapatkan jawaban yang sama, panggilan dialihkan.

"Dia benar-benar marah hyung." Lirih ku yang hampir seperti sebuah rengekan, DK yang sangat tau dengan suasana hatiku segera memeluk ku.

"Aku ingin menemuinya dan menjelaskan semuanya." Bisik ku.

"Dia tidak akan mau menemuimu." Sepertinya DK cukup mengenalnya. Aku melepaskan pelukannya.

"Lalu, apa yang harus ku lakukan hyung?" Tanya ku.

"Menunggu..." Kata itu yang paling tidak ingin ku dengar.

Sinb pov end

---***---

Hampir setiap hari, Sinb berusaha menghubungi Wonwoo, mendatangi rumahnya bahkan kantornya tapi semua orang disana seolah berusaha untuk menghalanginya, bahkan Ny. Jeon tak mampu melakukan apapun.

Satu minggu Wonwoo tak menampakkan dirinya, Sinb merasa seperti orang gila. Seperti hari ini, ia hanya mampu duduk dengan termenung di halaman sekolah sampai sosok Mingyu datang mendekat.

"Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini?" Mingyu tak tega melihat gadis yang di sukainya menjadi pendiam seperti ini.

"Kau bertemu dengannya?" Jika Sinb bertemu dengan Mingyu, hanya satu hal yang ingin ia tanyakan yaitu Wonwoo.

"Ya, beberapa metode telah disetujui dan kami sudah mulai melakukan promosi. Jangan pikirkan apapun lagi, kami pasti bisa mengatasinya." Setiap kali Mingyu bertemu dengan Sinb, namja ini selalu berusaha menangkannya.

"Kalian tau kan? Kalau sampai gagal apa yang terjadi?" Tanya Sinb yang kali ini menunjukkan ekspresi putus asanya.

"Ya, kami tidak ingin kau sampai berakhir ditangannya." Akui Mingyu membuat Sinb menghela nafas.

"Yang lebih penting dari semua itu, ia akan menghancurkan perusahaan kalian." Lirih Sinb yang merasa sangat kesal pada dirinya sendiri, tak mampu melakukan banyak hal untuk membantu mereka berdua. Mingyu menepuk bahu Sinb sambil tersenyum.

"Apapun yang terjadi, percayakan semua kepada kami. Kami akan berhasil dan menggunakan semua cara untuk mencapai itu." Kata Mingyu dengan yakin membuat Sinb mulai berkaca-kaca.

"Tapi kenapa aku tidak boleh menemuinya? Aku merindukannya, Mingyu..." Kini air mata itu tak sanggup Sinb bendung. Mingyu memeluknya, merasa tak tahan melihat gadis yang ia sukai harus merasa sesedih ini.

"Aku tau, bersabarlah." Kata Mingyu.

Setelah hari itu--hari dimana Mingyu mengatakan kepada Sinb untuk bersabar, pria itu pun tak pernah muncul.

Hampir satu bulan dan tiba-tiba berita menggemarkan dunia bisnis itu akhirnya tercuat. Beberapa saham Jeon Ho telah di miliki oleh Woozi dan perusahan perbankan milik keluarga Kim juga mengalami kemunduran.

"Ottokae? Hyung apa yang harus kita lakukan?" Sinb sudah menunggu, membiarkan Wonwoo untuk mengatasi semuanya tapi kenyataannya apa yang ia takutkan terjadi.

Hari ini mereka berkumpul dirumah Yuju untuk mendiskusikan berita ini.

DK dan Sowon duduk dihadapan Sinb, mereka terlihat merasa bersalah kepada gadis dihadapannya ini.

"Ayo kita temui dia." Ajak Sowon kepada DK. Namja itu pun mengangguk.

"Tidak perlu karena itu sia-sia." Scoup melempar sebuah koran dan disana terlihat dua orang yang tak asing. Wonwoo dan Mingyu, berpasangan dengan seorang gadis.

"Si brengsek itu, benar-benar membuat Wonwoo dan Mingyu menjadi mainannya. Menjodohkan dengan kedua saudarinya, Xiyeon dan Kyul Kyung." Ucap Scoup yang membuat semuanya bungkam, memandang Sinb yang terlihat diam tak menunjukkan respon apapun.

"Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku akan menemuinya." DK bangkit, di ikuti dengan Sowon.

"Kau yakin?" Tanya Scoup dan keduanya mengangguk.

"Kami pergi!" Pamit DK yang hanya di jawab anggukan oleh Scoup san Yuju sementara Sinb hanya diam.

"Apakah dia begitu membenciku sampai melakukan hal seperti ini?" Lirih Sinb membuat Scoup dan Yuju saling bertatapan bingung.

"Anio, dia tidak akan seperti itu. Dia begitu menyukaimu." Kata Scoup membuat Sinb semakin sedih.

"Benarkah? Lebih dari satu bulan, aku berharap ia mau menemuiku tapi kenyataannya? Ia tidak pernah menemuiku. Tidak apa-apa jika ia hanya ingin mengatakan bahwa hubungan kita berakhir. Berlaku seperti ini dan menganggap ku bukan apa-apa, sungguh membuat ku merasa seperti sampah" Lirih Sinb yang kini beranjak pergi, meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa Wonwoo melakukan itu kepadanya oppa? Harus berapa kali lagi, ia terluka?" Yuju merasa sedih dan kasihan melihat saudarinya itu. Scoup juga merasa tidak berguna, tidak mampu melakukan apapun untuk junior kesayangannya itu.

---***---

Hari ini Sinb masuk sekolah seperti biasanya, tapi saat ia memasuki lorong menuju kelasnya, ia menemukan beberapa anak sedang bergerombol.

"Sinb..." Sosok Eunha tiba-tiba hadir dihadapannya membuat Sinb seketika menatapnya heran.

"Wae?" Tanya Sinb.

"Ikut aku!" Eunha hampir saja di berhentikan dari sekolahan ini tapi eommanya Sinb datang menemuinya dan memohon agar memaafkan anak tirinya ini. Eunha terus menarik Sinb menjauh dari lorong sampai pada pintu gerbang.

"Tunggu, kita mau kemana? Kau tidak berniat menculikku kan?" Tanyanya membuat Eunha mendengus.

"Ani, aku hanya ingin menyelamatkan mu." Jawabnya yang membuat Sinb semakin penasaran.

"Apa maksudmu?" Tanya Sinb yang tak mengerti.

"Dikelasmu, Wonwoo dan Mingyu telah kembali tentunya tidak sendiri, mereka bersama gadis itu." Mata Sinb membelalak dan segera membalikkan badannya.

"Kalau kau melangkah masuk berarti kau tidak punya harga diri." Ucapan Eunha membuat Sinb terdiam.

"Aku tidak menyukaimu tapi aku tidak suka kau dipermainkan seperti ini. Anggap saja ini balas budiku karena kau melepaskan ku saat itu." Lanjut Eunha membuat Sinb membalikkan badan lagi, menatap Eunha berusaha menelusuri wajah nan seriua itu.

"Kemana pun kau mau, aku akan menemanimu." Tawar Eunha dan Sinb mengangguk.

Pada akhirnya mereka pergi bersama menggunakan mobil Eunha yang sudah terparkir di depan.

"Ini..." Eunha tiba-tiba menyodorkan sebuah lembaran kepada Sinb.

"Itu dari eomma." Lanjut Eunha yang kini membuat Sinb memandanginya. Sesuatu yang aneh terjadi pada gadis ini.

"Wae?" Eunha yang merasa risih di tatap seperti itu oleh Sinb.

"Kau memanggilnya eomma?" Kali ini Sinb memperjelas pertanyaannya. Eunha mengangguk dengan malu-malu.

"Mianhae...Sepertinya selama ini aku salah. Eomma mu begitu baik, bolehkah aku memanggilnya eomma?" Sinb mengangguk dan tersenyum.

"Gomawo karena telah menerima eommaku." Balas Sinb.

"Jadi, apakah kau mau meneruskan pendidikan bersama ku di Jerman?" Tanya Eunha yang membuat Sinb kini membaca selebaran di tangannya ini.

"Disini, kau akan terus kesakitan melihatnya sama seperti ku. Aku tau, ini seperti bentuk pelarian tapi semua percuma jika hanya kau yang berjuang." Perkataan Eunha ada benarnya juga. Sinb tak yakin bisa bersikap biasa saja ketika menghadapi Wonwoo dan gadis yang akan selalu bersamanya.

"Jika kau setuju, eomma akan mengurusnya dan kau tak perlu menyiksa dirimu untuk terus datang kesekolah dan melihatnya." Kata Eunha lagi.

"Beri aku waktu untuk memikirkannya Eunha."

Semua benar-benar seperti sebuah hembusan angin yang datang dan pergi begitu saja. Meskipun dasarnya kehidupan akan berjalan seperti ini, Sinb masih tidak bisa menerima hubungannya dan Wonwoo berakhir menyedihkan seperti ini. Tapi, ia juga tidak bisa memaksanya--memaksa berjuang sendiri dan akhirnya ia yang terluka lebih parah.

Sungguh, jika jatuh cinta dan mencintai sesakit ini? Sinb akan berpikir dua kali untuk mulai mencintai dan membuka hatinya lagi karena rasanya sakit, tidak mudah di atasi meskipun meminum obat penghilang rasa sakit.

Mungkin saat ini, hidup dengan tanpa mencintai atau menjalin kasih adalah cara aman bagi hatinya. Melupakan dan merelakan, kata itu seperti sebuah racun mematikan tapi kenyataan terkonyolnya Sinb harus menjalaninya.

-Tbc-

Hi...Ada yang menunggu FF ini? 😁

Tolong jangan menangis ya 😂😂😂
Resapi saja soalnya yang nangis, aku wajibin VOTE + KOMEN 😂😂😂

Thanks and Thanks
🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top