Chapter 18
Didalam kelas saat Sinb duduk santai bersama Yuju sebelum pelajaran di mulai. Wonwoo tiba-tiba saja duduk disampingnya dan yang membuat Sinb terkejut, Wonwoo membisikkan sesuatu kepadanya.
"Nanti, aku tidak pulang bersamamu. Ada sebuah pekerjaan yang harus ku selesaikan." Bisiknya yang seketika membuat Sinb menoleh cepat dan...
Chu~
Kecupan pipi tidak sengaja terjadi, Sinb tentu saja malu tapi tidak dengan Wonwoo. Ia tersenyum senang, seolah merasa mendapatkan jackpot.
"Kau!" Pekik Sinb kesal.
"Anggap saja ini penyemangat." Katanya yang sudah berdiri, menghindari kemarahan Sinb. Yuju hanya tertawa mandangi sepasang kekasih ini.
"Aish! Memalukan!" Sinb menutup wajahnya setelah melihat beberapa temannya menertawainya.
"Biarkan saja, itu berarti nanti aku tidak perlu beralasan kepadanya kan?" Yuju duduk lagi di bangkunya dan Sinb langsung memandangnya.
"Maksudmu?" Tanya Sinb yang tak mengerti.
"Tentang alasan untuk mengecoh Wonwoo saat kau pergi menemui Woozi nanti." Sinb hampir melupakan itu dan sekarang ia mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Yuju.
"Jangan keras-keras. Tidak ada yang boleh tau tentang ini." Kukuh Sinb membuat Yuju menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk mengerti.
---***---
Jam pelajaran pun berakhir, Sinb masih diam dibangkunya sambil melirik kebelakang. Mengawasi dua namja yang sepertinya sedang sibuk mengemasi perlengkapan menulisnya.
"Aku mau pulang..." Bisik Yuju yang tak sabar tapi Sinb menarik tangannya untuk tetap duduk.
"Tunggu, kau harus menemaniku sebelum mereka berdua pergi." Mohon Sinb membuat Yuju memutar bola matanya.
Ia terpaksa menuruti permintaan sepupunya ini. Ia duduk disebelah Sinb, pura-pura sibuk memasukkan sesuatu kedalam tasnya, sampai Scoup datang menghampiri mereka berdua.
"Ayo pulang!" Ajaknya dan Yuju segera berdiri, Scoup pun sudah melangka dan Yuju mengikuti dibelakangnya sampai mereka berada diambang pintu. Scoup tiba-tiba saja membalikkan badannya dan Yuju yang menyadarinya segera berhenti, memandang kekasihnya aneh.
"Kau tidak pulang?" Tanya Scoup pada Sinb dan gadis itu hanya menunjukkan senyum anehnya.
"Aku menunggu Wonwoo." Bohongnya sambil memberikan kode kepada Yuju untuk menyelamatkannya.
"Justru ia menyuruhku untuk memberikan tumpangan kepadamu." Terang Scoup yang memandang Wonwoo yang sudah berjalan mendekati mereka. Sinb berusaha untuk tak memperlihatkan kegugupannya.
"Wae? Apa kau ingin pergi kesuatu tempat?" Wonwoo sudah duduk dibangku belakang Sinb dan gadis itu mengangguk ragu.
Mingyu sudah menyusulnya, ia duduk disebelah Wonwoo. Semakin hari kedua orang ini seperti seorang sahabat yang mulai akur.
"Apa kau ingin kencan dengan ku? Lagi pula Wonwoo sangat sibuk hari ini." Tawar Mingyu sangat terang-terangnya yang seketika membuat Wonwoo menatapnya tajam sementara Yuju dan Scoup sudah tertawa dibuatnya.
"Baiklah, kau ingin pergi kemana?" Tanya Wonwoo, Sinb meremas rok seragamnya sementara Yuju terlihat tegang. Ia tidak bisa menolong saudarinya saat ini.
"Membeli buku." Jawab Sinb asal.
"Buku apa?" Kali ini Mingyu yang penasaran membuat Sinb memutar bola matanya. Kenapa disaat seperti ini, Mingyu selalu saja memperkeruh keadaan. Sinb harus menemukan sebuah cara agar namja ini segera menutup mulutnya.
"Buku tentang bagaimana menghadapi namja tebal muka sepertimu." Ucap Sinb tanpa dapat di duga. Wonwoo dan Scoup tertawa geli, Mingyu manyun sesaat sebelum akhirnya ia tertawa juga.
"Hm...Baiklah aku marah, bye." Mingyu pura-pura merajuk dan pergi.
"Dia marah." Yuju memperingatkan Sinb.
"Ani, tidak ada seseorang yang marah memamerkan kemarahannya." Kata Scoup yang masih saja tertawa, kini menarik tangan Yuju untuk melangkah mengikutinya.
Hanya tinggal Sinb dan Wonwoo. Sinb merasa tak tenang karena pasti orang suruhan Woozi sudah menunggunya di depan pintu gerbang. Sementara disini, ia terjebak didalam tatapan penuh selidik oleh Wonwoo, kekasihnya.
Bahkan Sinb tidak sadar Wonwoo sudah berdiri dihadapannya yang masih duduk dengan berjuta pikiran. Ia berjongkok dihadapan Sinb dan menyentuh lembut tangannya.
"Mianhae, aku harus segera pergi. Diluar sopir ku sudah menunggu." Kata Wonwoo yang kini mencium tangan Sinb, meninggalkan jejak rona merah di kedua pipinya. Sinb mengangguk dengan rasa malunya apa lagi saat namja itu mendongak.
Chu~
Kecupan singkat berhasil mendarat di kening Sinb. Kemudian Wonwoo berdiri membuat Sinb segera bangkit juga.
"Sampai jumpa." Kata Sinb yang memberikan kode Wonwoo untuk segera pergi. Wonwoo seperti merasa tak rela kalau harus meninggalkan Sinb sendirian tapi ia juga tak bisa mengabaikan tanggung jawabnya. Akhir-akhir ini ia disibukkan dengan berbagai kegiatan dikantor appanya, membuat waktu kebersamaannya dengan Sinb berkurang.
"Saranghae..." Kali ini bahkan Wonwoo memeluk Sinb sebelum akhirnya pergi meninggalkan gadis itu.
Sinb masih didalam kelas, memantau dari jendela--apakah Wonwoo sudah memasuki mobilnya? Dan benar saja, namja itu sudah melaju dengan mobilnya. Sinb tersenyum, ia segera berlari keluar dari kelasnya.
Ia terus berlari sampai di depan gerbang. Ia melihat mobil sedan hitam berada disebrang. Seseorang berjas hitam muncul dari dalam mobil, mata Sinb melebar ketika mengetahui sosok tersebut.
"Itu mereka." Gumannya dan Sinb segera menyebrangi jalan untuk menghampiri mobil sedan tersebut.
Pria berjas hitam itu menyuruhnya untuk masuk. Tanpa banyak kata, Sinb memasuki mobil sedan tersebut. Selama perjalanan tidak ada obrolan yang tercipta, Sinb hanya memandang jalanan dan pria berjas hitam dengan supir itu juga diam.
40 menit kemudian, mereka telah sampai disebuah masion mewah pinggiran kota. Sinb keluar setelah salah satu pria berjas hitam itu membukakan pintunya.
"Silahkan nona." Ucapnya dan Sinb segera keluar, memasuki masion itu.
Didalam, pria itu terus membimbing Sinb untuk memasuki sebuah ruangan kerja dan disana sudah ada seseorang yang menunggunya.
Seorang pria yang Sinb sangka adalah Woozi tengah berdiri, menatapnya.
"Selamat datang nona hwang." Sapanya dengan senyum sinisnya. Sinb sedikit mengikutkan keningnya dan membungkuk memberikan penghormatannya kepada pria yang lebih tua darinya ini.
"Apa yang anda ingin bicarakan dengan saya?" Tanya Sinb dengan datar membuat Woozi tertawa.
"Kau sangat to the point. Melihat sikapmu yang sangat pemberani ini, ku pikir wajar jika mereka menyukaimu." Simpulnya yang kini berjalan mengitari Sinb dengan pandangan menilainya. Sinb diam, berusaha untuk mencerna maksud dari pria ini.
"Apa yang anda maksud Wonwoo dengan Mingyu?" Tebak Sinb dan pria itu mengangguk santai.
"Kenapa? Apa yang berusaha ingin anda tau?" Tanya Sinb yang menunjukkan mode waspadanya. Ia teringat ucapan DK yang mengatakan Woozi memiliki tabiat buruk.
"Hahaha, tentu saja tentang mereka berdua. Aku ingin menguji mereka sebelum benar-benar menandatangi kontrak dengan ku." Jawab Woozi membuat Sinb mengkirutkan keningnya tak mengerti.
"Kenapa harus seperti itu? Anda cukup menganalisa perusahaannya tanpa harus menguji mereka dengan urusan pribadi. Bukankah itu sudah melanggar kode etik dalam berbisnis?" Cibir Sinb yang lagi-lagi membuat Woozi tertawa.
"Tidak ada yang tidak bisa dilakukan dalam berbisnis." Jawab Woozi yang membuat Sinb merasa kesal.
"Jadi, apa tantangan yang kau berikan kepada mereka?" Kali ini bahkan gadis itu tak menunjukkan sopan santun kepadanya.
"Aku menyuruh mereka untuk memasarkan prodak baruku, jika mereka tidak bisa? Aku tidak akan bekerjasama dengan mereka." Jawab Woozi dan Sinb ini bukan akhir.
"Hanya itu? Aku yakin kau belum mengatakan semuanya." Sinb lelah bersopan santun dengan pria licik dihadapannya ini, tanpa disuruh sang pemilik masion, Sinb memutuskan untuk duduk.
Woozi hanya memandanginya dengan senyum dan rasa takjubnya. Gadis ini sepertinya tidak mengenal rasa takut.
"Aku akan menjual seluruh sahamku yang selama ini ku beli secara diam-diam dengan nama orang lain diperusahaan mereka." Kata Woozi membuat Sinb jelas terkejut.
"Kau gila!" Maki Sinb.
"Tapi aku bisa menukarnya." Lanjut Woozi membuat Sinb menatapnya dengan penasaran.
"Kau ingin tau?" Tanyanya yang dapat menebak ekspresi penasaran Sinb. Gadis itu tak menjawab, ia tidak mau terpencing terlalu jauh.
"Hahaha...Kau sangat berhati-hati rupanya." Katanya dengan santai.
"Baiklah, aku akan mengatakan rencana ku ini hanya kepadamu. Jadi dengarkan baik-baik." Kali ini Woozi memilih untuk duduk di kursi kerjanya.
"Aku akan menukar saham itu dengan dirimu."
MWO?
Sinb membelalak sementara Woozi merasa senang dengan reaksi keterkejutan dari Sinb.
"Ma-maksudmu apa?" Tanya Sinb gugup.
"Bukannya kau bertunangan dengan salah satu diantara mereka? Kalau pada akhirnya barter ini terjadi, aku yang akan menjadi pemilikmu."
Apa pria ini sinting? Bagaimana bisa, ia menganggap Sinb tidak lebih dari sebuah barang?
"KAU GILA!" Bentak Sinb yang sudah tersungut amarah.
"Ini metode efektif untuk membuktikan bahwa begitu munafiknya manusia yang mengagungkan cinta. Saat itu kau akan tau, bahwa semua pria itu sama. Mereka akan memilih yang lebih menguntungkan untuk dirinya dan cinta? Mereka bisa membuangnya seperti sampah!" Sinis Woozi yang membuat Sinb berdiri dan berjalan mendekatinya.
Gadis itu dengan berani mencengkram kerah baju Woozi.
"Aku tidak tau apa yang telah kau lalu dimasa lalu, tapi dari pada kau berfikir untuk mempermainkan orang disekitarmu bukankah kau terlihat menyedihkan? Kau terlalu kesepian dan tak memiliki siapapun disisimu." Cibir Sinb yang membuat Woozi tersenyum sinis sembari menatap lekat gadis dihadapannya ini. Tinggi mereka hampir sama, sehingga gadis itu dengan mudahnya meraih kerah kemeja Woozi.
"Ya, aku memang kesepian karena itu aku membutuhkan dirimu, gadis yang kuat. Aku sangat terpukau saat kau datang ke pesta malam itu, melabrak dua namja itu sekaligus dan sekarang aku juga merasakan intimidasi dari seorang Hwang Sinb. Ini menyenangkan, lebih dari yang ku fikirkan." Sinb segera mendorong tubuh Woozi dan seketika gadis itu merasa pria ini benar-benar sudah gila.
"Maaf saja, aku adalah milik ku sendiri. Apa kau masih percaya dengan roman picisan yang selalu membahas tentang pengorbanan cinta? Hahaha...Aku tidak percaya bahwa fantasimu cukup menggelikan. Percayalah Wonwoo tidak akan pernah menuruti ide konyolmu itu. Dari pada kau membuang tenaga untuk melakukan hal tak penting seperti ini, bukankah lebih baik kau menghadapi masalahmu!" Kata Sinb panjang lebar dan kini berakhir dengan kepergiannya. Ia sebenarnya berbohong tentang ucapannya, bahwa ia tidak akan mengorbankn dirinya jika sesuatu terjadi kepada Wonwoo. Sungguh, Sinb akan melakukan apapun untuk Wonwoo tentunya tapi Sinb juga cukup tau Wonwoo yang juga mencintainya tidak akan membiarkan Sinb melakukan sesuatu yang membuatnya menderita.
Woozi hanya tersenyum terus menatap punggung Sinb yang mulai menghilang.
"Menarik..." Gumannya lagi.
---***---
Langit sudah menggelap saat satu persatu deretan lampion jalanan mulai menyala, Sinb berjalan dengan pikiran kacaunya. Ia mengkhawatirkan dua namja itu. Bagaimana jika yang disebutkan Woozi itu benar? Sinb mengacak rambutnya merasa frustasi sampai ia mendengar dering handphonenya.
"Wae?" Tanya Sinb malas pada seseorang disebrang.
"Kau dimana? Aku kerumahmu sekarang."
Sinb mendesah panjang, merasa bingung. Haruskah ia menceritakan ini kepadanya?
"Aku sedang sibuk, jangan menggangguku!" Kata Sinb dengan kesal yang langsung menutup telponnya.
Ia berjalan lagi dan sampai disebuah halte. Sebenarnya Sinb sangat ingin menemui Wonwoo, melihat apakah namja itu baik-baik saja? Tapi Wonwoo akan segera tau kalau dirinya saat ini panik karena Wonwoo mengenalnya seperti DK.
"Apa yang kau lakukan disini?" Sinb mengangkat kepalanya dan menjumpai Scoup dengan mobil sedannya.
"Kenapa harus bertemu dengannya disaat seperti ini?" Guman Sinb.
"Masuk! Sebelum aku menyeretmu!" Ancam Scoup seperti biasanya.
"Aish, dia benar-benar ingin ku tendang!" Cibir Sinb yang kini berjalan mendekati mobil Scoup.
Setelah masuk kedalam, Scoup melajukan mobilnya dengan kecepat sedang. Ia melirik Sinb yang menunjukkan ekspresi bad moodnya.
"Wae? Apa kau bertengkar lagi dengan Wonwoo?" Tebak Scoup dan Sinb langsung menggeleng dengan cepat.
"Apa Mingyu menjahilimu lagi?" Scoup tak berhenti menebak dan Sinb menggeleng lagi.
Kali ini Scoup yang mendesah. "Lalu kenapa mukamu seperti itu?" Tanyanya.
"Aku lapar!" Jawaban diluar dugaan muncul dari mulut Sinb membuat Scoup seketika terbahak dan langsung mengacak rambutnya.
"Ayo kita cari makan." Kata Scoup yang kini melajukan mobilnya dengan cepat.
15 menit kemudian...
Mereka sudah berada disebuah cafe modern dengan ornamen dan nuansa yang lumayan ceria. Sinb sudah memakan semangkuk jajamhyun dan Scoup hanya memperhatikan dengan gemas saat Sinb memakan dengan lahap.
"Aigo, lihatlah dirimu." Komentar Scoup yang seketika dibalas dengan tatapan tajam oleh Sinb, tapi bukan Scoup namanya jika pria itu memilih untuk menyerah. Ia pun mengutarakan pertanyaan yang membuatnya semenjak tadi penasaran.
"Bagaimana kau bisa berada didaerah ini dan berakhir dengan kelaparan?" Kali ini Sinb menghentikan makannya dan memandangi Scoup dengan bimbang. Seolah ia sedang menimbang untuk menceritakannya pada Scoup atau tida?
"Tapi pertama-tama kau harus jujur padaku." Kata Sinb yang mulai terlihat serius dan Scoup seketika mengangguk.
"Tentu saja, sekarang katakan apa yang terjadi?" Scoup sudah siap mendengarkan semua yang akan diceritakan oleh gadis itu.
Sinb menghembuskan nafas kasarnya.
"Aku bertemu Woozi."
"MWO? Wae? Apa kau berusaha mencari tahu sesuatu? Sinb, ini bukan sesuatu yang harus kau ketahui. Ini hanyalah masalah bisnis, biarkan Wonwoo dan Mingyu mengatasinya. Jangan kau berulah dengan ini, Woozi hyung adalah orang yang sangat sensitif. Hanya jika ia tidak menyukainya meskipun hal bagus, maka ia tidak akan memberikn kontrak apapun." Omel Scoup yang tidak tau menahu tentang apa yang terjadi sebenarnya.
"Dia yang memanggilku." Kata Sinb yang membuat mulut Scoup terbuka lebar.
"Aku memang ingin mengetahuinya tapi jika Wonwoo dengan suka rela mau memberitahuku. Seharusnya dari awal kalian mendengarkan ucapan DK hyung." Kata Sinb yang hampir terdengar seperti lirihan.
"Wae? Kenapa kau berfikiran seperti itu? DK memang tak menyukainya karena Sowon adalah gadis yang Woozi suka. Ku pikir masalah pribadi tak bisa dilibatkan dalam berbisnis."
Apa Sowon? Jadi pria aneh itu menyukainya? Jadi ceritanya hampir mirip dengan Sinb, Wonwoo dan Mingyu? Sinb terdiam, masih berfikir.
"Aku memang tidak tau tentang hal ini, tapi percayalah kepadaku hyung. Dia tak sebaik dari kelihatannya. Mungkin karena pernah mengalami hal itu dimasa lalu membuatnya menjadi seperti sekarang?" Tanya Sinb.
"Seperti apa maksudmu?" Scoup tak mengerti dengan ucapan Sinb.
"Patah hai dan menjadikannya licik seperti sekarang. Dia berbahaya hyung, aku perlu bantuanmu untuk menangani ini. Kau harus mempercayaiku karena pria itu telah memberitahuku tentang rencananya." Kata Sinb yang jelas membuat Scoup bertambah bingung.
"Rencana apa?" Tanyanya.
"Menghancurkan perusahaan Wonwoo dan Mingyu." Kata Sinb dengan jujur.
"Hah? Bagaimana bisa?" Scoup melotot tak percaya.
"Dan jika mereka tak menginginkan hal itu terjadi, maka Wonwoo harus rela melepaskan ku. Ia akan menjadikan ku syarat agar perusahaan Wonwoo dan Mingyu tak bangkrut. Bukankah dia cukup mengerikan?" Kata Sinb yang kini menunjukkan muka cemasnya sementara Scoup masih terlihat shock.
"Ba-bagaimana bi-sa?" Tanya Scoup terbata-bata.
"Aku tidak tau, kurasa kita harus merencanakan sesuatu agar hal mengerikan itu tidak terjadi." Saran Sinb dan Scoup terlihat memijat keningnya yang tiba-tiba merasa berdenyut.
"Aku akan memikirkan sebuah cara dan kau jangan bertindak apapun sebelum aku berhasil menemukan cela dirinya." Kata Scoup dan Sinb mengangguk mengerti.
"Baiklah, sebaiknya kita pulang saja. Ini sudah malam." Scoup berdiri dan Sinb juga berdiri. Mereka jalan beriringan keluar dari Cafe tersebut hendak merencanakan sesuatu.
-Tbc-
Annyeong...Adakah yang masih menunggu FF ini? Ff terlama setelah DS yang uda end 😂
Ya uda VOTE ya kalau pengen updatenya cepet 😉
KOMEN HARUS DUNK!
Baca yang laennya ya😉
Gomapta
(Kek lagu mereka yang baru 😂😂😂)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top