Chapter 15

Handphone Eunha bergetar dan terdapat foto Mingyu dan Sinb berpelukan membuat gadis itu menggeram marah.

"Brengsek! Aku berniat untuk membatalkan kesepakatan ini tapi kalian melakukan ini kepada ku jadi aku tidak bisa diam lagi!" Ucap Eunha sembari mengepal tangannya.

Disisi lain, saat Wonwoo berada di dalam kamarnya, meletakkan tubuhnya sesaat sebelum menyelesaikan banyak hal yang harus segera ia selesaikan untuk acara istimewanya bersama Sinb besok. Ia mengecek handphonenya dan mendapati sebuah pesan dari nomer tak dikenal dan matanya membelalak melihat isi dari pesan tersebut. Sebuah foto yang membuat ekspresinya berubah tanpa bisa ditebak dan dahinya mengkirut seolah nampak berfikir.

"Apa yang terjadi?" Lirihnya.

---***---

Sinb dan Mingyu duduk berdampingan di halaman rumahnya, menghela nafas beberapa kali untuk menetralkan segala bentuk kekhawatirannya tapi tetap saja, hanya bayangan Yuju yang terikat dengan mulut tertutup lakban terus menggelayut dalam otaknya, mengetuk dasar pemikirannya, memompa jantungnya lebih cepat merangsang rasa gelisah yang membuatnya tak dapat berfikir jernih dan tenang.

Sungguh, Sinb ingin secepatnya lari menemui Yuju yang entah seperti apa keadaan saudarinya itu? Cukup kacau atau lebih buruk lagi? Sinb tidak bisa terus terdiam seperti ini! Ia harus bertindak! Kalau tidak? Sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi saudarinya ini.

"Aku harus kesana!" Suara Sinb meninggi yang menunjukkan ketidakstabilan emosinya.

"Bagaimana kalau itu jebakan?" Mingyu menyampaikan asumsinya.

"Tidak! Yuju pasti ketakutan sekarang. Mingyu, aku harus segera kesana!" Rengek Sinb yang masih terlihat panik.

"Baiklah! Aku akan menemanimu!" Pinta Mingyu dan sinb mengangguk mengiyakan.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk pergi menuju alamat yang tertara pada pesan pada nomer tak dikenal tersebut.

Mingyu mengantarkan Sinb menggunakan mobilnya dan seseorang mengikutinya dari belakang tanpa mereka tahu.

Sepanjang perjalan Sinb terlihat begitu gelisah dan khawatir dengan beberapa kali menggigit bibir bawahnya dan meremas-remas tangannya sendiri. Mingyu meliriknya tanpa bisa membantu Sinb untuk lebih tenang sampai akhirnya mereka sampai di alamat yang tertera bersamaan dengan foto Yuju dengan keadaan itu.

"Kau disini, aku akan kedalam sendiri!" Ucap Sinb.

"Ani! Aku akan masuk juga!" Bantah Mingyu.

"Yak! Apa kau lupa isi pesan itu? Aku harus kedalam sendiri, kalau tidak? Mereka akan melakukan sesuatu kepada Yuju!" Bentak Sinb.

"Tapi bagaimana kalau mereka hanya menjebakmu? Kali ini percayalah dengan ku Hwang Sinb...Aku punya feeling yang kuat akan ini." Kukuh Mingyu berusaha meyakinkan Sinb membuat gadis itu menghela nafas, kemudian mengangguk. Sinb tau, disaat seperti apapun! Mingyu akan terus menunjukkan kekeras kepalaannya dan Sinb tidak ingin berdebat untuk kali ini. Karena Yuju lah yang terpenting sekarang!

"Baiklah...Ayo!" Sinb dan Mingyu berjalanan beriringan dengan berlahan dan hati-hati.

"Lebih baik kau dibelakang ku!" Perintah Mingyu dan Sinb mengangguk mengerti.

Mereka membuka pagar rumah yang ternyata terdapat di kawasan yang cukup sepi meskipun gedung berdiri dengan rapat disetiap sisi. Rumah ini cukup luas dengan halaman minimalis dan cukup layak untuk dihuni.

Mereka masih melangkah berlahan dan hati-hati untuk menggapai daun pintu rumah tersebut. Mingyu berlahan membukanya dan...

Ceklek

Pintu terbuka, Mingyu dan Sinb saling berpandangan seolah saling berkomunikasi dengan diam. Mereka berjalan melesat kedalam sampai, Mingyu menoleh ketika ia merasa aneh karena Sinb tak memegangi bajunya lagi.

"Hwang..." Mata Mingyu membelalak ketika seseorang berhasil membekap mulut Sinb.

"LEPASKAN DIA!" Mingyu berteriak keras dan dengan cepat berlari menghampiri Sinb tapi tanpa ia sadar seseorang di belakangnya memegang sebuah balok kayu.

DUAK

Sosok pria tinggi itu berhasil melumpuhkan Mingyu dengan menggunakan balok kayu tersebut. Mingyu terkapar di atas lantai kayu yang dingin, tak sadarkan diri? Ya seperti itu lah keadaan Mingyu.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya seseorang yang kini memopong tubuh Sinb yang masih dalam pengaruh obat bius.

"Mengikat mereka, bersama dengan gadis itu, masukkan di dalam ruangan itu. Itulah perintah yang dikatakan nona." Terang pria yang kini berjongkok mengecek keadaan Mingyu.

"Baiklah, ayo kita lakukan dengan cepat!"

Dan mereka pun memasukkan Sinb dan Mingyu kedalam sebuah ruangan kosong, disana sudah ada dua kursi yang akan dijadikan tempat untuk keduanya. Dengan cepat mereka meletakkan tubuh Sinb dahulu, kemudian mengikatnya dan melakban mulutnya, setelah itu barulah giliran Mingyu. Mereka memperlakukan Mingyu sama seperti mereka memerlakukan Sinb.

"Kunci pintunya!" Mereka segera keluar dari ruangan kosong itu dan menyisahkan Sinb beserta Mingyu yang masih tak sadarkan diri.

Setelah 5 jam lamanya saat tengah malam

Drett~drett~

Suara getaran handphone Sinb membuat Mingyu terbangun dari pingsannya, kepala Mingyu masih berdenyut dan ketika Mingyu berusaha bergerak, ia baru menyadari bahwa tubuhnya di ikat disebuah kursi bahkan ketika Mingyu ingin mengatakan sesuatu? Mingyu tak bisa karena mulutnya tertutupi lakban.

Akhirnya Mingyu memutuskan menggunakan apapun yg bisa digerakkan yaitu jari-jarinya. Mingyu berusaha menggerakkannya, ia tidak memiliki rencana apapun! Tapi Mingyu tak mau menyerah, mungkin ketika ia berusaha menggerakkan jarinya sesuatu dapat terjadi.

Duk

Kepala Sinb berbenturan dengan kepala Mingyu, membuat kepala Mingyu tambah berdenyut dibagian yang terluka akibat pukulan balok kayu tadi. Sinb terbangun, ya karena Mingyu terus menggerakkan jarinya menyentuh entah bagian tubuh Sinb yang mana?

Gadis itu mulai menggerak-gerakkan tubuhnya tak tenang, merasa panik dan bingung karena tubuhnya terikat dan mulutnya tertutupi lakban.

Duk...Duk...Duk...

Sinb berusaha berdiri tapi karena tubuhnya terikat dengan kursi yang ia bisa lakukan hanya membanting-banting kursi itu tanpa bisa melepaskan diri.

Disisi lain Mingyu berusaha menoleh dan mendorong kursinya agar mendekati Sinb dan ia berhasil saat tangannya memegang salah satu bagian kursi. Seketika Sinb terdiam dan menoleh, meskipun pandangan mereka tidak bertemu, Sinb dapat melihat gelengan kepala Mingyu yang membuatnya harus berhenti.

Sinb terdiam dan memperhatikan Mingyu yang mulai bergerak
seperti seorang mangsa yang menunggu sang pemburu melakukan sesuatu kepadanya. Tentu, Sinb harus sangat ekstra bersabar, memberi kesempatan Mingyu untuk mencoba mencari jalan keluar agar mereka segera terbebas dari perangkap ini.

Tangan Mingyu yang masih bisa digerakkan telah berhasil meraba bagian tali yang mengikat kedua tangan Sinb, menyusurinya berlahan dan hati-hati untuk menemukan dimana pengkat itu saling beradu. Ya, Mingyu menemukannya dan ia mulai berusaha membuka pengikat tersebut dengan tenaga dan harapan yang tersisa. Peluh membasahi dahi licinnya, memperlihatkan keseriusan dengan kirutan.

Sejujurnya Mingyu tidak terlalu takut dengan hal semacam ini, ia juga pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini sebelumnya saat saingan Appanya berusaha menculiknya hanya untuk bernegosiasi dengan keluarnya. Mingyu, cukup santai dengan ancaman model apapun tapi hari ini? Melihat Sinb meronta dengan cemas, Mingyu tahu bahwa ia tidak bisa dan tidak akan mau mengabaikan semua hal lagi karena ia tak bisa untuk tak mempedulikan seorang Hwang Sinb!

Seorang gadis yang dengan lancang masuk kedalam hatinya tanpa ia suruh, memporak-porandakan semua doktrin yang ia buat sendiri dan selalu ia hafalkan tiap detik dalam helaan nafasnya bahwa 'Bona adalah hidupnya' saat seperti gejolak terus menekan dan membuatnya menertawakan dirinya bahwa begitu brengseknya dirinya ini yang menyukai gadis seperti Sinb dengan mudahnya.

Bahkan saat ia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menggapai gadis itu, ia harus menelan pahit rasa kecewa karena gadis itu tak pernah merasakan getaran yang sama. Getaran yang membuatnya seperti terserang aliran listrik tak terduga sepanjang waktu. Meskipun begitu? Mingyu tidak ingin menyerah, lebih baik berterus terang dari pada ia menyesal dikemudian hari.

Jika seandainya dunia menunjukkan 1001 macam cara kepadanya untuk meluluhkan hati Sinb? Maka dengan senang hati Mingyu akan mencobanya! Tidak ada yang lebih penting selain membuat gadis itu dapat melihatnya, menunjukkan perhatiannya kepadanya. Menjaga gadis itu sepanjang waktu adalah poin utama, bahkan Mingyu akan rela mengorbankan nyawanya hanya untuk Sinb. Seperti hari ini saat Mingyu melihat sisi Sinb yang begitu rapuh, namja ini merasa harus melindunginya dengan apapun yang bisa ia lakukan!

Setelah melewati waktu lebih dari 10 menit, akhirnya Mingyu berhasil membuka pengikat tangan Sinb dan membiarkan gadis itu segera melepaskan semua ikatan pada tubuhnya.

Krek

Bahkan kini Sinb telah berhasil merobek lakban pada mulutnya yang seketika membuat gadis itu meringis merasa kesakitan pada bagian sekeliling bibirnya.

"Aku akan membuka pengikat tangan mu." Bisik Sinb sangat pelan karena ia tahu bahwa tempat ini begitu sunyi, jika Sinb tidak mengontrol suaranya akan sangat terdengar jelas nantinya.

Mingyu mengangguk, membiarkan Sinb melepaskan tali mengait kedua tangannya. Meskipun dalam keadaan bebas, tidak mudah bagi Sinb untuk melepaskan tali itu karena memang cukup kuat tapi gadis itu jelas tak mau menyerah begitu saja. Mereka sudah sejauh ini dan di sana, entah dimana? Yuju menunggunya.

Akhirnya Mingyu bisa terlepas dari belenggu itu dan kini mereka saling bertatap-tatapan dengan kecemasan masing-masing.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Sinb bertanya kepada Mingyu berharap namja ini menemukan cara bagi mereka untuk segera pergi dari tempat yang misterius ini.

"Membuka pintu itu, ku pikir mereka sudah pergi dan meninggalkan kita." Kata Mingyu menjawab semua kebingungan Sinb.

"Jadi dengan apa kita membukanya? Mereka menguncinya dari luar. Setelah keluar nanti, bagaimana kita mencari Yuju?" Kecemasan Sinb masih belum berakhir. Mingyu mendesah, ia juga tidak memiliki banyak cara untuk memecahkan teka-teki ini. Melihat Sinb terlihat begitu cemas, membuat Mingyu ingin sekali menghajar siapapun yang membuat yeoja yang di cintainya ini terlihat sedih.

"SIAPA BEDEBAH ITU? Aku benar-benar tidak akan memaafkannya!" Pekik Mingyu.

"Mingyu-ya...Kajja!" Ajakan Sinb yang kini meraih pergelangan tangan Mingyu dan menariknya menuju pintu, seolah memohon agar mereka segera pergi dari sini.

"Tunggu..." Mingyu meraih kursi dan menghantamnya pada pintu.

DUAK

Satu kali hantaman tidak berpengaruh apapun dan pintu itu tetap kokoh.

DUAK

Hantaman kedua, pintu itu nampak terlihat goyah tapi masih tertutup. Mingyu sudah terlihat begitu sangat kesal.

"Baiklah, ini yang terakhir." Mingyu berjalan mundur beberapa langkah masih dengan membawa kursi berat itu dan berlari maju kemudian menghantamkannya lagi pada pintu.

DUAK

BRAK

Pintu terbuka, kali ini Mingyu segera meraih tangan Sinb dan menariknya keluar dari ruangan kosong itu.

"Lalu kita kemana?" Tanya Sinb kepada Mingyu yang terlihat nampak berfikir.

"Membuka semua ruangab disini. Mungkin Yuju ada disini juga." Jawab Mingyu yang membuat Sinb tak bertanya lagi. Entah untuk hari ini, mungkin Sinb akan menjadi gadis yang sedikit menurut kepadanya. Berbeda sekali dari sebelum-sebelumnya yang selalu mereka habiskan dengan perdebatan.

Mingyu dan Sinb menyusuri setiap ruangan dan kamar. Mereka tidak menyangka ada banyak ruangan disini, padahal dari luar tempat ini terlihat begitu kecil.

Kini Mingyu dan Sinb berhenti di depan pintu sebuah kamar yang terkunci. Mingyu mengetuknya dan tidak ada reaksi apapun membuat Sinb dan Mingyu saling melirik seolah mereka berbicara dengan tatapan mereka.

Mingyu melakukan metode yang sama untuk membuka pintu tersebut. Menghantamkan sebuah kursi dengan keras kali ini ia sudah sedikit berpengalaman, dapat memperkirakan besarnya kekuatan hantaman dan berapa hantaman yang harus ia lakukan untuk membuka pintu tertutup tersebut.

DUAK...DUAK...DUAK...

BRAK...

Nafas Mingyu memburu di iringi terbukanya pintu kamar tersebut. Sinb yang semenjak tadi tak sabar ingin segera bertemu dengan Yuju berlari tanpa bisa Mingyu tahan. Karena menurut Mingyu mereka boleh saja menduga di dalam adalah Yuju tapi mereka juga harus waspada bukan?

"YUJU-YA!!!" Sinb memekik yang secara reflek membuat Mingyu sedikit berlari memasuki ruangan itu dan mata Mingyu terbelalak mendapati sosok Yuju tergeletak lemas diatas tempat tidur dengan mulut masih tertutup lakban dan kedua tangan dan kaki yang terikat. Entah gadis itu pingsan atau bagaimana? Yang jelas baik Sinb atau Mingyu sangat marah melihat saudari dan temannya diperlakukan seperti ini.

"Yuju..." Sinb segera mendekati Yuju. Sambil menangis gadis itu mendekatinya dan segera membuka lakban yang masih tertempel di mulut Yuju. Sementara Mingyu membantu melepaskan tali pengikat pada kaki dan tangan Yuju.

"Kita harus segera membawa Yuju kerumah sakit." Usul Sinb yang masih mengeluarkan air matanya. Ia tidak dapat membendung kesedihannya kali ini.

"Iya, tapi mana handphonemu? Tadi bukannya bergetar? Sepertinya mereka mengambil handphoneku tapi aneh? Kenapa mereka tak mengambil hanphone mu?" Mingyu nampak berfikir keras.

"Ah, sudahlah. Kita harus segera menghubungi Wonwoo." Lanjut Mingyu yang membuat Sinb mengangguk.

Mingyu menyentuh layar handphone touch screen itu dan menyentuh sebuah nama untuk menyambungkannya.

"Wonwoo meneleponmu semenjak tadi, apa dia tahu kalau terjadi sesuatu padamu?" Sinb menggeleng bingung dan Mingyu juga memilih tak melanjutkan perkataannya, memilih fokus pada panggilan nada yang masih berusaha menyambungakannya dengan Wonwoo.

"Yuju..." Sinb masih berusaha membangunkan Yuju yang masih tak sadarkan diri.

"Yeoboseob...Wonwoo..." Sepertinya handphonenya sudah tersambung dengan Wonwoo. Sinb terlihat begitu lega sampai matanya berhasil menangkap sosok lain yang dengan cepat mendekat dari pintu.

"MINGYU!!!"

DUK

Tubuh Mingyu terjatuh ke tempat tidur. Untuk kedua kalinya mereka memukul Mingyu dengan memakai balok kayu lagi.

Sinb terlihat begitu marah. Meninggalkan tubuh Yuju begitu saja dan tanpa rasa takut, ia melangkah mendekati dua pria yang telah mengunci dirinya dan Mingyu diruangan tertutup.

"BRENGSEK! SIAPA YANG MENYURUH KALIAN???" Bentak Sinb.

"Hwang..." Panggil Mingyu yang masih sadar tapi berlahan ia menutup matanya. Melihat Mingyu pingsan Sinb semakin begitu marah.

"Ckck...Kau berusaha menggretak kami gadis kecil?" Kata salah satu pria berbadan gemuk.

"Kau tak perlu tau siapa yang menyuruh kami. Cukup menjadi gadis penurut sampai beberapa jam ke depan dan dengan itu kau akan selamat tanpa terluka." Pria yang lebih kurus tersebut seolah memberikan penawarannya yang membuat Sinb semakin geram.

"Haha...Kalian pikir aku akan tertipu? Kalian sudah membuat Yuju dan Mingyu tak sadarkan diri, bahkan mungkin kalian bisa saja melakukan hal yang sama kepada ku seperti mereka!" Bentak Sinb yang seketika membuat dua pria itu tertawa.

"Baiklah, jika itu mau mu! Kami akan melakukan tindakan yang sedikit kasar, jadi bersiaplah!" Pria gemuk itu segera mendekati Sinb dan gadis itu sudah bersiap. Melihat tubub besarnya, mungkin Sinb tidak akan bisa membantingnya tapi pasti ada cara lain bukan? Ya, cara itu adalah menendangnya dibagian bawah vital. Sinb bisa mengandalkan tendangannya karena Sinb memiliki kemampuan itu.

"AYO KEMARILAH!" Teriak Sinb dan pria itu datang dengan kesal. Berusaha menangkap Sinb tapi sebelum itu, ia tidak tahu bahwa Sinb sudah menyiapkan tendangannya.

DUK

"Arggghhhh!!!" Lengkuh pria gemuk itu memegangi sesuatu yang berada dibawah perutnya, meringkung diatas lantai dengan ekspresi menahan sakitnya.

"Kau! Ayo maju!" Sinb menyuruh pria yang lebih kurus untuk maju. Pria itu mencebikkan mulutnya sebelum melangkah mendekati Sinb hendak menyerang gadis itu tapi saat ia hendak meraih tangan Sinb? Gadis itu dengan cepat membanting tubuhnya.

Brug

Tubuh pria kurus itu terbanting ke lantai dan merintih. Mereka berdua akhirnya terkapar, Sinb berjongkok menggerakkan ujung jarinya pada pria gemuk dihadapannya yang masih memegang sesuatu dibawah perutnya.

"Siapa yang menyuruhmu ajussi!" Tanya Sinb tapi pria itu masih saja bungkam! Akhirnya Sinb menambah satu tendangan lagi yang berhasil membuat pria itu mengerang dan tak sadarkan diri setelahnya. Sinb melirik pada pria kurus yang menatapnya dengan waspada.

"Kalau kau berusaha melawan! Kau akan berakhir sama sepertinya!" Ancam Sinb membuat pria itu bungkam. Akhirnya Sinb berinisiatif untuk melakukan hal yang sama kepada kedua pria itu yaitu mengikat dan melakban mulut mereka pada kursi. Hampir sama seperti ketika ia dan Mingyu.

Nafas Sinb tersengal-sengal, ia terlihat kelelahan karena melakukannya sendiri, gadis ini seperti gadis yang kerasukan hantu dan ekspresi marahnya masih tertahan cukup jelas. Ia berusaha mencari handphone dua pria itu untuk mencari tahu siapa yang melakukannya tapi tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Segera Sinb meraih handphonenya yang tadi tersambung dengan Wonwoo yang tergeletak disamping Mingyu, kali ini ekspresi Sinb berubah panik. Matanya membelalak ketika mengetahui semenjak tadi handponenya masih terhubung dengan Wonwoon.

"Wonwoo..."Sinb mulai menangis.

"ASTAGA KENAPA KAU MENGABAIKAN TELEPON KU! KAU DIMANA SEKARANG!!! APA YANG TERJADI???" Teriak Wonwoo yang terdengar frustasi.

"Di alamat....Aku bersama Yuju dan Mingyu, mereka tak sadarkan diri. Tolong kami!" Mohon Sinb sambil melirik Mingyu dan Yuju yang masih memejamkan matanya. Sinb mulai mengkhawatirkan mereka berdua yang tak segera sadarkan diri dan rasa panik itu kian menyerangnya.

"Kau baik-baik saja kan?"

"Ya, tapi Yuju dan Mingyu? Aku tidak tahu. Aku takut, takut terjadi sesuatu pada mereka dan mungkin saja mereka akan segera datang!" Kata Sinb sedikit tidak jelas, mungkin karena perasaannya campur aduk sekarang? Ia merasa panik, gelisah dan cemas.

"Tenangkan dirimu, aku sudah melacak nomermu...Tunggu disana dan kunci pintu sebelum aku datang."

"Ya...Aku akan menguncinya." Kata Sinb yang segera pergi merabah saku para pria itu dan menemukan kunci yang ia cara dan melupakan handphone kedua pria itu, yang lebih penting sekarang adalah mengamankan tempat ini. Berbeda dengan pintu pada rumah korea pada umumnya yang menggunakan password untuk masuk, disini masih mempertahankan gaya lama, bahkan isi perabotan rumah ini juga terkesan classic.

"Jangan tutup telponnya ku mohon." Sinb masih saja terus menangis.

"Tentu saja tidak..."

"Wonwoo, bagaimana ini...Aku takut! Aku ingin segera membawa mereka kerumah sakit tapi aku tidak bisa melakukannya." Ungkap Sinb.

"Sebentar lagi, aku akan sampai dan kau harus tetap tenang."

Sinb menunggu diluar, tepatnya dekat pintu dan ia mendengar suara-suara diluar sana.

"Wonwoo, apa itu kau di luar?" Tanya Sinb.

"Aku masih di dalam mobil dalam perjalanan..."

Tuk...Tuk...

"Kalian dengar aku! Buka pintunya!" Yang seketika kepanikan Sinb menjadi-jadi.

"Otttokae?" Lirih Sinb kebingungan.

"Jangan di buka! Masuk kedalam kamar dan kunci pintunya!"

"Pintunya rusak!" Menyadari itu, Sinb mulai panik dan bertambah panik lagi tatkala seseorang dari luar berusaha membuka pintu.

"Wonwoo...Mereka punya kuncinya! Ottokae???"

"Masuk kedalam kamar! Halangi pintunya dengan apapun! Kau mengerti kan?"

Tanpa menjawab, Sinb berlari ke kamar dan kedua pria tersebut terlihat bingung memandangi Sinb yang mulai menutup pintu dan menggeser sebuah meja dan beberapa perabotan sebagai penghalang mereka untuk masuk, kemudian gadis itu meringkuk disamping tempat tidur dengan meraih handphonenya kembali.

"Apa kau sudah melakukannya?"

"Ne, kau dimana? Cepatlah! Aku takut Wonwoo!" Lirih Sinb.

"BUKA PINTUNYA!" Sinb terperanjat ketika menyadari mereka sudah berhasil membuka pintu luar dan kini menggedor-gedor pintu kamar ini.

Duk...duk..

"Dobrak pintunya!" Samar-samar Sinb mendengarkan seseorang memerintahkan orang lain untuk mendobrak pintunya. Tangannya semakin mencengkram erat ujung bajunya.

"Aku sudah sampai..."

Tutt~

"Andwae!" Pekik Sinb saat Wonwoo menutup sambungan telponnya.

BRUG...

Satu kali dobrakan dan Sinb semakin ketakutan.

BRUG...

"Lakukan bersama-sama!" Perintah seseorang dari luar sana.

BRUUUGGGG...

BRAK...

PRANG...

Benda yang Sinb taruh diatas meja sebagai penyanggah pintu berjatuhan membuat dan terlihatlah seseorang mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit karena terhalang meja.

"Aku dapat melihatnya!" Pekik salah seorang.

"Dorong, agar meja itu jatuh!" Suara seseorang yang terus memerintah mereka.

Sinb masih meringkuk dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia terlihat pasrah saat meja itu roboh dan beberapa orang pria masuk. Sinb diam, memendamkan wajahnya tak mau melihatnya

"Mingyu!" Seru seseorang yang membuat Sinb segera mengangkat wajahnya, seolah mengenali suara itu. Matanya membelalak ketika mengenali sosok itu.

"Jung Eunha!" Panggil Sinb dengan suara pelan karena ia sudah kehabisan tenaga.

"Yak! Apa yang kalian lakukan kepada Mingyu ku!" Eunha tak mengubris panggilan Sinb, ia malah melangkah mendekati Mingyu yang sudah pingsan, menatapnya khawatir sementara Sinb masih terlihat shock tak bisa mempercayai bahwa dihadapannya ini adalah Eunha, orang yang merencanakan penculikan ini, tapi kenapa?

"Maafkan kami nona..." Kata kedua penculik yang kini telah dilepaskan ikatan dari tubuhnya dan lakban dari mulutnya oleh pengawal yang Eunha bawa.

"Aku tidak akan memaafkan kalian!" Geram Eunha. "Ajussi, tolong bantu aku membawa Mingyu! Sementara kalian tetap disini, awasi mereka!" Perintah Eunha yang hendak pergi mengikuti dua pengawalnya yang membawa tubuh Mingyu dan Sinb menatap nanar Eunha.

"JUNG EUNHA!" Seseorang berteriak dari arah pintu. Menatap tajam Eunha yang kini menelan air liurnya dengan ekspresi ketakutannya.

"I-itu bukan aku...Ini rencana Bona!" Ucap Eunha terbata-bata.

"Bereskan semuanya! Jangan sampai ada yang kabur!" Perintah sosok itu yang tak lain adalah Wonwoo.

Wonwoo melangkah, mendekati Sinb dan memeluknya.

"Wonwoo..." Lirih Sinb yang masih menunjukkan keshockannya dengan apa yang menimpa dirinya.

"Seharusnya kau memberitahuku dari awal." Kata Wonwoo yang kini menatap Sinb khawatir.

"Yuju...Kita harus membawanya. Dia tidak membuka matanya semenjak tadi." Kata Sinb sambil terus menangis.

"Iya, mereka akan menanganinya. Ayo, kita pergi dari sini." Ajak Wonwoo yang terlihat berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan kekhawatirannya dihadapan Sinb. Percayalah beberapa jam lalu, namja ini seperti orang gila terus menghubungi Sinb puluhan kali bahkan ia mengerahkan seluruh pengawal yang dimiliki keluarganya untuk melacak keberadaannya, menyewa beberapa detektif swasta bahkan seorang ahli hacking untuk memeriksa seluruh CCTV untuk menemukan lokasi keberadaan Sinb.

Wonwoo akan menjadi gila hanya dengan menghilangnya Sinb beberapa jam saja, apa lagi ditambah foto yang entah siapa yang mengirimnya? Wonwoo, tidak akan mempercayai foto itu begitu saja, foto yang memperlihatkan Sinb berpelukan dengan Mingyu. Malahan namja ini menebak pasti ada sesuatu yang terjadi sampai mereka bertingkah seperti itu? Percayalah Wonwoo sangat mengenali Mingyu yang meskipun dia menyukai siapapun, ia tidak akan bersikap curang. Mingyu akan dengan lantang mengatakan bahwa ia menyukai Sinb dan menunjukkannya dengan cara yang terbuka pula. Sinb, percayalah gadis itu bukanlah gadis yang mudah jatuh dalam pelukan seorang namja, Wonwoo cukup tau itu.

Dan semua perkiraan Wonwoo benar, ini jebakan! Wonwoo akan menangani ini semua tapi nanti, ada yang lebih penting dari itu yaitu menenangkan gadisnya.

Wonwoo melihat Sinb masih belum bisa tenang. Bahkan gadis ini masih memeluk Wonwoo sepanjang perjalanan menuju rumah sakit mengantar Yuju dan Mingyu. Sebenarnya Wonwoo ingin sekali membawa Sinb pulang untuk beristirahat tapi, Sinb bersikeras ingin menemani Yuju dengan keadaannya yang juga tidak baik. Wonwoo tidak memiliki pilihan kecuali menuruti permintaan Sinb, yang ia bisa lakukan adalah berada disampingnya, menjaganya dan melindunginya.

"Mereka akan baik-baik saja kan?" Wonwoo mengusap air mata pada kedua pipi Sinb dengan tangan kanan menggunakan sapu tangannya sementara tangan kirinya masih mendekap Sinb.

"Tentu saja! Yuju dan Mingyu adalah sosok yang kuat. Jadi ku mohon sekarang kau istirahatlah, aku akan membangunkanmu nanti jika sampai di rumah sakit." Pinta Wonwoo sambil mengecup kening Sinb yang seketika membuat Sinb memejamkan matanya, gadis ini terlihat sangat lelah secara fisik dan fikiran.

Wonwoo memandang Sinb dengan sedih. Andai saja, rasa sakit yang Sinb alami bisa ia alihkan kepadanya? Maka Wonwoo akan melakukannya! Ia tidak tega melihat gadisnya rapuh seperti ini. Wonwoo berjanji akan membalas setiap rasa sakit yang Sinb alami dan tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti gadisnya.

-Tbc-

Annyeong...Author balik ini bawa satu ff yang mungkin banyak yang nantiin 😂 kok author PD banget sih 😅😅😅

Jangan lupa ya...yg ngerasa belum follow akun Author Follow ya entar pasti Author follback-janji ✌
"Vote pastinya dunk 😆
"Komen harus dunk 😆

Jangan lupa baca cerita yang lain juga ya 😆😆😆

Banyak ya? 😂😂😂
Kalau longgar nggak da kerjaan baca...Seandainya nggak seru? Diseru-seruin aja ya wkwkwk 😂😂😂

Thanks 😉
Sekian terima cogan Wonwoo 😘 Mingyu😘
I love you 😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top