::5 -Menutup Rahasia-

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

🍁🍁🍁

Hari ini, Azia hanya bisa menemani Safiya temannya untuk berjalan-jalan ke beberapa tempat. Sekarang mereka sedang berada di Al-fishawi---salah satu cafe tempat tongkrongan terpopuler di Cairo. Tidak hanya anak muda, yang tua sekali pun juga ada di sana, mereka seperti tidak ingin kalah dengan anak-anak muda.

Di sana, Azia tidak memesan apa-apa, karena selama berada di Cairo Azia memang tidak pernah makan di tempat umum, sebab tidak mungin ia membuka cadar di tepat orang ramai seperti ini.

Terlebih para pendatang di sini bukan hanya seorang muslim, non muslim sekali pun juga akan datang ke tempat ini.

Tidak lama setelah itu, seseorang laki-laki asal Hayy Tsadis datang, Marvin namanya. Di salah satu teman Sayifa yang sekarang tengah menyukai Azia. Marvin adalah lelaki kedua yang menyatakan perasaan kepada Azia. Sebenarnya dulunya dia seorang non muslim. Tapi setelah kedua orang tuanya berpisah, Marvin lebih memilih ayahnya yang bergama islam dan ikut pindah ke Cairo.

Dulu dia seperti orang bingung, hingga memilih tidak mengikuti agama salah satu orang tuanya. Tapi saat setiap kali dia melihat ayahnya salat. Dia merasa penasaran, sebab ayahnya tidak menyembah siapa pun. Semakin besar, Marvin semakin penasaram seperti apa sosok yang di sebut Allah itu.

Setelah menjadi seorang muslim, Marvin hidup bersama ayahnya hingga sekarang Marvin pun masih ingin mengenal islam lebih jauh.

Apalagi saat melihat Azia, perempuan yang dikenalkan Safiya padanya. Ini memang aneh, Azia terlihat berbeda baginya. Dari sekian banyak wanita yang ia temui bercadar, Azia satu-satunya yang membuat jantung Marvin bekerja abnormal.

"Marvin, kenapa baru sampai?"

Marvin tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Safiya.

"Tadi aku ketinggalan kereta. Jadi, terpaksa aku ikut kereta kedua."

Safiya hanya menganggukkan kepala pertanda mengerti.

Azia tidak bicara sama sekali. Sungguh ia masih sungkan dengan kehadiran Marvin. Meski sudah empat kali bertemu, tapi tetap saja Azia masih belum bisa beradaptasi apalagi dengan seorang laki-laki.

Tapi beda dengan cara Marvin memandang pertemuan mereka. Bagi Marvin, setiap kali dia bertemu dengan Azia, ia merasa ingin segera melamar Azia. Lagi pula Azia dan laki-laki Indonesia itu belum terikat apa-apa, bukan? Jadi Marvin rasa ia masih berhak untuk berharap pada Azia.

Perjodohan itu belum tentu akan terjadi selama keduanya belum sah dalam satu ikatan yang suci.

"Kamu tidak ingin menyapaku, Zia?"

"Maafkan aku."

"Tidak masalah. Kalau kamu tidak ingin menyapa duluan, biarkan aku yang melakukannya."

"Kalian berdua sangat cocok, aku lebih suka kamu berpasangan dengan Marvin daripada lelaki bernama Rama itu." Safiya berbisik pada Azia.

Marvin mengerutkan kening, ia tahu pasti temannya itu sedang membicarakan dirinya.

"Katakan padaku Azia, apa yang sudah dikatakan Safiya padamu."

"Aku tidak dengar, Marvin."

"Mana mungkin, dia berbicara sedekat itu denganmu."

"Suaranya terlalu kecil."

"Ah, bilang saja kamu tidak ingin membocorkannya padaku, kalian curang. Hmm perempuan memang selalu begitu." Marvin berkata sedramatis mungkin.

Safiya terbelalak kaget, dicubitnya tangan Marvin dengan keras. Hal itu membuat Azia oromatis menarik tangan Safiya. Bagaimana pun dia harus melindungi sahabatnya agar tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromnya. Azia tidak ingin dimintai pertanggung jawaban jika Safiya nanti menuntutnya lantaran tidak mencegahnya saat melakukan kesalahan.

Sebenarnya Islam itu tidak mengingat, hanya saja dalam ajaran yang Azia dapatkan sejak kecil memang begitu, selalu ada batasnya dalam bertindak.

Sesama wanita pun juga ada batasan dalam memandang dan menyentuh. Apalagi laki-laki lain.

"Jangan bersentuhan, nanti kalian berdosa."

"Hanya mencubit, Haura. Apa itu tidak boleh? Aku juga seorang muslim, tapi aku tidak sepatuh kamu."

"Kalau misalnya kamu tidak mematuhi aturan lalu lintas, kamu hanya melanggar lampu merah dengan tidak sengaja. Apa yang akan terjadi?"

"Ya bakal terjadi kecelakaan lah, Zi. Itu beda lagi kalau cuma sekadar nyubit doang."

"Lah sama aja. Gimana ceritanya tau kalau bakal terjadi kecelakaan kalau cuma langgar lampu merah doang?"

"Karena aturan berhenti saat lampu merah nggak mungkin dibikin selain untuk menghindari kecelakaan, Zia sayang."

"Itu sama sama aja, Fiya. Allah nggak mungkin ngelaramg kita lakuin sesuatu tanpa merugikan diri kita sendiri. Kita contoh saja dari kejadian Nabi Adam. Dia dilarang mendekati buah Khuldi, pasti ada sebabnya. Tapi sayangnya Dia tetap mendekatinya dan memakan buah itu, hingga Allah menjatuhkan hukuman dengan cara menjatuhkannya ke bumi sebagai hukuman. Sekarang kebanyakan kita lebih mengejar bumi hingga lupa kalau bumi sendiri adalah hukuman bagi Nabi Adam. Selain mengejar dunia, kebanyakan dari kita malah mengabaikan aturan yang sudah Allah buat. Kalau aturan manusia aja bisa kita patuhi, kenapa peraturan Allah sulit untuk kita patuhi?"

Safiya diam, dia tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Azia ada benarnya. Ternyata selama ini ia masih sering keliru. Ia akui bahwa pemahaman agamanya juga tidak sedalam yang Azia miliki. Safiya sendiri yang mengaku islam bahkan belum bisa menutup aurat dengan sempurna. Safiya hanya takut, kalau dia tidak memperlihatkan kecantikannya tidak akan ada lelaki yang mau mendekatinya. Dengan memperlihatkan wajah yang cantik saja, masih jarang lelaki yang mendekatinya, apalagi jika harus menutup aurat sepenuhnya seperti Azia.

Marvin tersenyum dalam diam. Ia semakin kagum dengan Azia. Setelah menceritakan Azia kepada Samuel---ayahnya, Samuel ikut penasaran dengan sosok wanita yang diceritakan anaknya. Dari cerita yang Marvin katakan, Samuel percaya bahwa Azia itu pasti sosok perempuan yang sangat baik. Samuel pun ingin Marvin segera membawa perempuan itu untuk dikenalkan dengannya.

"Terimakasih, Azia. Ingatkan aku kalau aku salah."

Azia menganggukkan kepala sambil mengusap punggung tangan Safiya.

🍁🍁🍁

Hanum panik setengah mati saat melihat Haura dilarikan menuju ruangan UGD saat ia mengambil hasil rontgen Fatih semalam.

Hanum mendapat kabar dari warga yang menemukan Haura bahwa kemungkinan besar Haura adalah korban pemerkosaan. Sungguh hal itu membuat dunia Hanum sangat hancur. Tubuh Haura membiru akibat medapatkan penganiayaan yang pasti bertubi-tubi.

Demi Allah, jika Hanum bertemu dengan orang yang sudah tega menodai anaknya, ia pasti akan membunuh orang-orang itu dengan tangannya sendiri.

Tidak akan ada seorang ibu pun di dunia ini yang rela anaknya diperlaukan nista seperti itu. Walau pun ia hanya sekadar ibu tiri, sungguh Hanum sangat menyayangi Haura. Ini bukan main-main.

Bagaimana dia harus mengabarkan berita ini pada Fatih? Suaminya itu pasti akan sangat terkejut dengan kabar buruk ini.

Air mata Hanum terus menetes, itu adalah salah satu bukti betapa ia menyayangi Haura. Bagaimana Haura menghadapi hidup selanjutnya? Hanum tidak yakin Haura bisa menerima kejadian buruk yang sudah menimpanya ini.

Tidak lama setelah itu, dokter keluar dari ruangan UGD, Hanum segera mendekati wanita paruh baya itu.

"Dokter, bagaimana anak saya."

"Dari hasil pemeriksaan, anak ibu memang mengalami kekerasan seksual."

Hanum memegang dadanya sesak. Ia berjanji akan mencari orang-orang itu.

Tunggu, laki-laki yang dekat dengan Haura adalah Arga. Apa itu artinya dia yang melakukan? Kalau ia, Hanum berjanji akan mencari kemanapun Arga bersembunyi.

Dokter menyarankan agar Hanum melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib, biar mereka yang akan menyelidiki kasus ini hingga tuntas.

Tidak lama setelah itu Hanum kembali ke dalam kamar rawat Fatih dengan mata yang masih sembab. Fatih mengerutkan kening, kenapa tiba-tiba Hanum kembali dalam keadaan seperti itu?

"Hanum, kamu Kenapa?"

"Nggak pa-pa, Mas."

"Apa terjadi sesuatu dengan jantungku? Apa kondisiku semakin parah?"

"Bukan, Mas. Aku begini karena aku terlalu terharu, karena aku tahu, kamu hari ini bisa pulang."

Hanum memaksa bibirnya untuk tersenyum, meski berat, Hanum harus menutupi rahasia ini dulu, setidaknya sampai kondisi Fatih membaik hingga bisa menerima kabar buruk ini.

🍁🍁🍁

"Assalamualaikum, ada apa, Bunda?"

"Azia...," terdengar isakan dari sang Bunda. Tentu hal itu membuat Azia kaget.

"Bunda, Bunda nagis? Ada apa, Bunda?" Suara Azia tampak cemas, ia takut jika bundanya dilukai lagi oleh Haura.

"Azia, adik kamu, Haura." kata Hanum sambil terisak. Ia tidak bisa menghentikan tangisannya yang kian mengencang.

"Ada apa, Bunda. Kenapa sama. Haura?"

"Haura menjadi korban pemerkosaan. Sekarang dia ada di rumah sakit. Ayah kamu belum tahu masalah ini. Ibu khawatir jika ayah kamu tahu, jantungnya tidak kuat. Ibu harus gimana, Azia."

Azia membuka mulutnya, ia sangat terkejut dengan.kabar yang barusan disampaikan ibunya.

"Ya Allah, Haura....," terdengar isakan pelan dari mulut Azia. Kaget sekali pun tidak percaya. Bagaimana mungkin Haura bisa mengalami hal ini semua?

"Ibu harus gimana, Azia. Kalau ibu menutupinya, ibu takut ayah kamu marah."

Azia masih diam. Ia sendiri juga tidak tahu harus membuat keputusan seperti apa. Azia hanya bisa menangis, ikut terpuruk karena kejadian yang menimpa adiknya itu.

🍁🍁🍁

Bersambung

Kubang, 1 November 2019 / 4 Rabiul Awal 1441 H

Publikasi ulang, 02 Maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top