32. Akhir Cerita Cintanya
بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
☘☘☘
Sekiranya itu sepenggal kisah cinta tentang ayah dan bunda. Aku yang tidak mengenal banyak tentang sosok bunda, tapi aku sangat mencintai bunda. Kasih sayang yang singkat namun tulus kurasa. Terkadang benar adanya, pertemuan yang amat singkat lebih banyak menyimpan kenangan yang berarti.
Dalam kisah ini, aku menuliskan bahwa Takdir itu tidak selamanya baik-baik saja. Tergantung kepada kita bagaimana menerima takdir yang dihadirkan dalam hidup kita. Aku sangat berterimakasih pada ayah, dia benar-benar menjagaku dengan sepenuh hidupnya. Memberikan segala yang terbaik untukku, bukan hanya sekadar yang aku butuhkan. Jika suatu saat kelak aku menikah, aku menginginkan lelaki seperti ayah. Yang bisa mencintai pasangannya walau sudah tiada.
Aku pernah memintanya untuk menikah lagi, namun berulang kali ayah menolak. Alasannya hanya satu, dia hanya mencintai Almarhum bundaku. Ma syaa Allah, mendengar kalimat itu membuat perasaanku tak menentu. Antara bangga, bahagia dan sedih. Aku sangat menyayanginya, aku berjanji akan menjaganya semenuh hidupku, memberikannya kebahagiaan hingga akhir usianya. Mengabdikan hidupku seperti dia mengabdikan hidupnya untuk menjagaku.
Teruntuk bundaku yang berada di surga. Bunda, tidak ada satu hari pun yang aku lewatkan tanpa merindukan bunda. Rasa pedih karena kepergian bunda masih kentara aku rasakan, aku ingin sedikit bercerita, bun. Kala itu aku melihat teman-teman sepantaranku membagi kisah tentang bundanya, hidupku langsung menerjang rasa hampa. Cerita mereka yang penuh suka cita membuatku bermuram durja mengingat kepergian bunda. Aku ingin memeliki impian kecil seperti mereka, namun hasilnya nihil. Aku sangat menyadari bahwa rasa ini hanya sekadar harapan yang tak pernah berakhir temu. Bunda, aku mengerti. Mungkin aku begitu egois saat mengharapkan bunda kembali walau hanya sebentar saja. Aku ingin merasakan hal seperti dulu, dipeluk bunda, disayang oleh bunda, paling tidak melihat bunda hadir dalam mimpiku. Tapi, sayangnya. Hal itu tidak pernah terjadi. Jujur hatiku seakan dibakar kobaran api sangat besar, yang membuat dada ini terasa panas sayangnya aku tidak punya pilihan lain selain pasrah atas takdir ini. Bunda, ada satu hal yang harus bunda tahu, bunda tidak perlu khawatir, di sini kami tetap mencoba bahagia walau hanya dengan mengenang bunda. Aku harap, suatu saat kita bisa bertemu. Kembali bersatu selamanya.
Aira menutup buku berkulit cokelat miliknya. Buku yang memiliki tulisan-tulisan yang abadi. Aira tidak pernah menyesal apa yang sudah terjadi dalam hidupnya, sebab kesedihan yang Allah berikan tidak sebanding dengan kebahagiaan yang ia dapatkan.
Dua puluh tahun sudah berlalu, Aira pun tumbuh menjadi gadis baik berkat didikan Ariel. Setidaknya saat melihat Aira, Ariel merasakan kehadiran Haura di sampingnya, melihat Haura untuk kedua kalinya. Aira tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik, mewarisi wajah mendiang ibunya.
"Aira. Kenapa kamu belum beristirahat? Bukankah besok kita akan menempuh perjalanan yang jauh?"
Aira tersenyum pelan. Besok ia akan kembali ke Indonesia, bertemu dengan nenek yang selama ini ia rindukan. Tidak hanya itu, Aira juga merindukan Bia-nya.
"Iya, Ayah. Sebentar lagi."
Aira melihat pancaran kesedihan dari wajah sang ayah. Ia bisa mengerti, bahwa untuk kembali ke Jakarta tidak mudah bagi ayahnya. Pasti ayahnya akan diingatkan dengan berbagai macam kenangan yang ada.
"Ayah percaya sama aku. Kita pasti bisa melewatinya."
Ariel tersenyum menatap putrinya. Bagaimanapun Ariel harus melawan segala rasa pedih yang ada.
"Yasudah. Cepatlah tidur, ayah tidak ingin kamu lelah dan jatuh sakit."
Aira menganggukkan kepala pelan.
"Baik, ayah."
Aira melihat sang ayah ke luar dari dalam kamarnya. Sekarang ia bisa melihat bagaimana akhir dari kisah cibta kedua orang tuanya. Walau tak happy ending tapi dilandasi kesetiaan yang sejati. Bundanya sangat beruntung memiliki suami seperti ayahnya.
☘☘☘
Ariel memegang foto Haura. Dua puluh tahun tanpa kehadiran Haura bukanlah satu hal yang mudah ia lewati. Semua kenangan tentang Haura masih membekas jelas di benaknya.
"Ariel, kamu tahu? Pernikahan kita itu ibarat secangkir teh hangat. Kamu teh-nya dan aku gula-nya. Saat mereka disatukan oleh air panas, mereka tidak akan pernah terpisah lagi. Begitupun dengan kita. Air panas itu ibarat takdir, baik atau buruknya kiga berdua harus sama-sama siap menerimanya. Jadi jangan pernah khawatir, kita akan tetao bersatu layangnya gula, teh dan air."
Ariel tersenyum pelan.
"Kamu bisa saja. Kamu tahu? Ngemil apa yang paling enak?"
"Ngemil gorengan sambil minum teh?"
"Bukan. Ngemilikin kamu selamanya."
Pipi Haura memerah mendengar kalimat itu.
"Sayang, kamu mau tau satu hal?"
"Apa itu?"
"Aku tahu, mungkin aku tidak bisa memberi kamu kebahagiaan yang sempurna. Tapi aku bisa pastikan, kalau kamu tidak akan pernah kehilangan cinta dari aku."
"Benar?"
Ariel mengangguk pelan.
"Pernikahan itu ibaratkan kita membawa sebuah kapal. Kita boleh mengarungi lautan sesuka hati kita. Tapi kita harus bisa menjaga kapal itu agar tidak dimasuki oleh air. Sebab jika itu terjadi, maka kapal itu akan karam di tengah laut dan tidak akan pernah berlayar dengan selamat. Begitupun dengan kita, sebesar apa pun masalah yang kita hadapi nanti, kita harus bisa menjaga rumah tangga kita agar tidak berakhir dengan kehancuran. Sebab, keluargayang hancur tidak akan pernah kembali utuh seperti semula. Aku tidak ingin hal itu terjadi, terlebih melihat anak-anak kita nanti hidup dalam kehancuran."
Haura tersenyun pelan. Tidak ada yang bisa ia katakan selain rasa syukur yang tak terkira.
"Aku akan ingat janji kamu."
Ariel memejam kan mata. Kalimat indah yang dulu pernah ia janjikan nyatanya tidak pernah benar-benar ia penuhui. Keegoisan ternyata sudah menghancurkan kapal yang sudah ia bawa secara hati-hati. Sayangnya ia sendiri yang membiarkan perlayarannya karam ditengah lautan. Hingga membuatnya merasakan penyesalan luar biasa. Kesendirian yang selama ini ia rasakan cukup membuatnya sadar akan kesalahan itu.
"Terimakasih dan sampai jumpa. Aku akan selalu mencintaimu hingga Allah menyuruhku kembali pulang."
☘☘☘
Hanum memeluk erat tubuh Aira. Sudah lama sekali ia ingin bertemu dengan sang cucu. Perasannya tak menentu saat melihat wajah Aira yang nyaris seperti Haura. Saat melihat Aira tersenyum Hanum seakan melihat Haura hidup kembali. Ternyata ia tidak benar-benar kehilangan sosok Haura.
"Aku sangat bersyukur. Sampai saat ini nenek baik-baik saja dan terlihat begitu sehat."
"Nenek yang seharusnya bersyukur. Karena samoai detik ini, nenek masih diberikan umur yang panjang untuk melihat kamu tumbuh dewasa."
Aira menganggyk, kemudian pandangannya beralih pada Azia. Bia yang tak kalah ia rindukan.
"Bia gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, Bia sehat sayang."
"Oh iya, Nadwa mana Bia?"
"Dia dalam perjalanan ke sini."
Aira menganggukkan kepala. Rasanya tidak sabar bertemu dengan adik sepupunya itu. Karena selama ini ia hanya mengenal sang adik lewat telfon saja.
Detik demi detik mengantarkan waktu. Keluarga yang selama ini jarang berkumpul kini saling menunjukkan kebahagiaan. Azia sangat yakin, Haura pasti sangat bahagia saat keluarganya sudah kembali bersatu.
Setelah dua puluh tahun, ini kali oertamanya Aira menginjakkan kembali kakinya di tempat peristirahatan sang bunda.
"Bunda, maafin Ai ya. Ai baru bisa datang sekarang. Tapi, bunda pasti tahu kan? Ai tidak pernah berhenti berdoa untuk bunda."
Kedua lutut Aira bertumpu di atas tanah. Tangan sebelah kanan bergerak untuk menyentuh batu nisan bertuliskan nama bundanya.
"Kakak nggak usah sedih lagi ya. Walau pun kakak nggak bisa ngerasain pelukan bunda Haura. Kita masih punya Bia."
Aira menganggukkan kepala. "Makasih, Nadwa."
Setelah dirasa cukup melepas rindu, mereka kembali pulang. Tapi tidak dengan Ariel. Ia meminta untuk ditinggalkan sendiri di sana.
"Sayang, sebenarnya aku ingin menghabiskan seluruh tenanga ini untuk menangis. Tapi aku tidak bisa melakukan itu di depan putri kita. Kamu tabu Haura? Kamu begitu hebat sayang. Sangat hebat hingga bisa membuatku tersiksa selama puluhan tahun. Kamu berhasil membuat aku tidak bisa melupakan segalanya."
Seluruh tubuh Ariel bergetar. Dadanya terasa sesak sekali. Ini yang membuatnya tidak mampu datang ketempat ini, hati itu terasa begitu perih.
"Sayangnya aku tidak pernah menyesal karena tidak bisa berhenti mencintai kamu. Karena benar, cinta sejati tidak selamanya menetap di bumi yang salam. Dengan menjalani cinta seperti ini, aku pun bisa memutuskan bahwa kamu cinta sejatiku."
Ariel mengecup pelan batu nisan milik Haura. Sampai kapan pun tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi wanita itu di hatinya.
☘☘☘
T A M A T
Ma syaa Allah terimakasih sudah mengikuti hingga sejauh ini. Sungguh tanpa support teman-teman semua aku belum tentu mampu menyelesaikan cerita ini hingga akhir. Sekali lagi terimakasih dan sampai jumpa.
Aku ingin dengar bagaimana tanggapan teman-teman selama baca ini, semacam minta testimoni gitu 🤗🤗
Salam hangat Dimchellers_17
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top