28. Keputusan Terbaik
بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
☘☘☘
Allah memberimu beberapa pilihan karena ia tahu bahwa kamu tidak akan salah memilihnya. Jika kamu hanya diberikan satu pililihan berarti Allah tahu, jika kamu memilih yang lain maka kamu tersesat.
☘☘☘
"Marvin, Marvin....." Azia mencengkram seprei dengan kuat. Ada anak di dalam perutnya, dia sangat membutuhkan ayahnya. Marvin tidak boleh lari dari tanggung jawabnya. Marvin harus membesarkan anak itu bersamanya. Haruskah berakhir seperti ini?
Azia membuka kedua matanya. Napasnya sesak, keringat berhasil membahasi tubuhnya. Ada air mata yang masih menempel di pipi. Sekiranya ia bisa menyadari bahwa baru saja mengalami mimpi buruk yang bisa dipastikan datangnya dari setan.
'Allaahumma innii a'uudzubika min 'amalisy syaithaani wa sayyiaatil ahlami.'
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada Engkau dari perbuatan setan dan dari mimpi-mimpi yang buruk."
Azia mengusap pipi yang masih basah. Karena terlalu menghawatirkan Marvin, Azia sampai terbawa mimpi. Bagaimana tidak, Marvin masih belum memberinya kabar. Seharusnya perjalanan Marvin hanya memakan waktu sebelas jam untuk sampai di sana.
Azia mengambil ponselnya. Mencari kontak untuk menghubungi mertuanya.
"Assalamualaikum, Pa..."
"Waalaikumussalam, Azia. Ada apa nih?"
"Azia pengen tanya, Pa. Marvin sudah sampai di sana?"
"Wahhh, kebetulan sekali. Marvin baru saja mau menghubungi kamu. Kamu mau bicara dengannya?"
"Iya, Pa." Azia memgambuskan napas lega.
"Assalamualaikum calon Biaaa..."
"Waalaikumussalam. Marvin, kenapa kamu nggak ngabarin aku kalau kamu udah sampai di Cairo. Kenapa kamu nggak telfon aku, kamu nggak mikirin gimana kekhawatiran aku ke kamu?"
Azia mendengar tawaan Marvin dari sana. Apa yang lucu?
"Ma syaa Allah sayangku. Maaf, jadi ceritanya begini, saat di dalam pesawat, aku ke toilet tuh. Nah saat itu ponselku tanpa sengaja jatuh ke dalam closet, alhasil ponselku rusak. Dan aku belum sempat membeli yang baru. Saat aku mau hubungi kamu di sini sudah jam sembilan malam. Aku tahu kalau di sana sudah terlalu malam. Jad aku putuskan untuk menda dulu menghubungi kamu."
Azia malah menangis. Rasanya beban yang terkepung dalam dada serasa lepas. Setidaknya kehilangan Marvin hanyalah sekadar mimpi buruk saja.
"Lho kok malah nangis."
"Aku mimpi kamu meninggal, Marvin."
"Itu artinya aku panjang umur. Udah, jangan nangis. Mau Videocall nggak?"
"Iya, mau..."
☘☘☘
"Bunda. Bunda kenapa nangis?"
Aira yang tidak tahu apa-apa merasa bingung saat melihat Haura yang terusan-terusan melamun. Ia juga tidak melihat ayahnya kembali sejak tadi siang. Padahal Aira sangat ingin ditemani ayah dan bundanya.
Haura bergeming. Dalam pikirannya hanya ada Ariel. Tentang bagaimana caranya agar Ariel tak menceraikannya.
Sebanyak-banyaknya masalah yang pernah ia lalui, baru kali ini terasa sangat berat. Raganya hidup tapi seperti tak bernyawa. Sungguh ia baru merasakan kepidihan seperti ini. Rasanya jauh lebih sakit dibandingkan dengan semua ujian yang pernah ia lalui.
Kehilangan ibu, ayah dan sempat kehilangan Rama. Rasanya memang sakit, namun sakit kali ini berkali-kali lipat lebih besar. Apa itu artinya ia sangat mencintai Ariel?
Ya, ia akui bahwa kesalahan besar yang pernah ia lalukan adalah meragukan pilihan antara Rama dan Ariel. Ia akui bahwa ia memang melampaui batas mungkin tak layak mendapatkan maaf. Lantas salahkan harapannya terlalu untuk tetap bersama dengan Ariel?
Ia terluka, Ariel terluka Rama pun pasti terluka.
Bahkan diam tak membuatnya sadar bahwa Hanum sudah masuk ke dalam kamar rawat Aira. Hanum bisa melihat tatapan Haura kosong tak ada semamgat hidup.
"Nek, bunda kok diam sih. Bunda sakit ya?"
Hanum hanya bisa memeluk Aira. Tidak menyangka kalau Haura akan mengalami hal buruk ini lagi. Kesedihan mendalam yang akan membuatnya selalu tersiksa.
'Ya Allah, Sudah lama sekali aku tidak melihatnya seperti ini. Selama bertahun-tahun dia hidup dengan Ariel. Dia selalu bahagia, tolong jangan cabut kebahagiaan itu dari dia ya Allah.'
"Aira tidur lagi ya sayang. Nenek mau bicara dulu sama Bunda."
Aira hanya menganggukkan kepala. Kemudian kembali berbaring di atas tempat tidur.
Hanum berjalan mendekati Haura.
"Ra..."
"Hmmm. Ibu? Ariel, udah datang?" Pandangan Haura mengarah ke pintu. Saat itu juga ia mendesah saat tahu bahwa Ariel sama sekali tidak datang dan menemuinya.
"Ra. Wajah kamu itu sudah pucat sekali. Kalau kamu terus-terusan begini, kamu bisa sakit."
"Bunda. Aku mau ketemu sama Ariel." Haura berucap dengan suara bergetar. Semangat hidupnya seperti tidak ada tanpa Ariel. Ini semua memang kesalahannya, salah karena tidak pernah mensyukuri kebahagiaan yang sudah ada di depan mata.
"Aku mau ketemu Ariel." Air mata Haura tumpah kembali. "Ariel nggak boleh ceraiin aku, Bunda."
"Ariel menceraikan kamu?"
Haura mengangguk pelan.
"Astagfirullah..."
"Hati aku sakit, Bunda. Sakit banget."
Hanum yang tidak tahan langsung membawa Haura ke dalam pelukan. Membiarkan Haura menangis sekuatnya dalam pelukan itu.
"Aku tau aku udah salah. Iya aku tau, aku tau aku egois, aku tau kalau aku labil, aku tau kalau aku ini nggak punya pendirian, aku tau." Segala bentuk emosi dan penyesalan yang tersimpan di dada kini dikeluarkan. Jika awalnya ia yang berniat meninggalkan Ariel, kini justru laki-laki itu yang meninggalkannya.
"Dia mau balas dendam sama aku, Bunda. Dia mikir kalau aku nggak cinta sama dia, padahal aku udah cinta sama dia."
Dipeluknya Haura lebih erat. Jeritan Haura seperti itu sangat menyiksanya. Pandangan Hanum beralih pada Aira yang menatap bingung bundanya. Ia yang masih terlalu kecil belum cukup mengerti arti perceraian orang tuanya. Apakah hubunhan rumah tangga Ariel dan Haura akan berakhir begitu saja?
Tapi, ada yang janggal dalam beberapa saat Hanum memeluk Haura. Tubuh Haura melemah, matanya tertutup dan sadarkan diri.
"Haura?!"
☘☘☘
Irwan mencegah kepergian Ariel yang memutuskan untuk menerima pemindahan dinas di rumah sakit yang ada di luar negri. Karena dalam pikiran Ariel hanya dengan cara itu ia bisa melupakan segalanya, termasuk kenangannya bersama Haura.
Rasanya untuk memaafkan Haura sangat berat. Walau hanya satu kesalahan tapi kenapa hatinya sangat sakit? Ariel ingin sekali bersyukur karena bagaimanapun ia masih bisa mempertahankan Haura, ia masih bisa untuk kembali, ia masih bisa hidup bersama dan merawat Aira hingga dewasa. Tapi itu semua tidak ada artinya lagi, hatinya sudah hancur lebur tak bisa mensyukuri itu, justru ia lebih condong untuk memaki.
Irwan yang berada di sana berusaha sekuat tenaga untuk mencegah Ariel pergi.
"Ariel. Om tegasin kamu sekali lagi. Jangan ambil keputusn ini, Ariel. Bercerai dengan Haura itu tidak baik, apalagi kamu berniat pergi sejauh ini."
"Saya tau om peduli dengan saya, tapi om tidak berhak memaksa saya untuk tetap mempertahankan rumah tangga saya dengan Haura."
"Om tau, Ril. Om memang tidak berhak. Tapi Om melakukan ini karena Om peduli dengan kamu, Om peduli sama Haura, Om peduli sama Aira. Lagipula apa yang kamu harapin dari sebuah perpisahan? Kamu hanya akan menyakiti dua wanita penting yang ada dalam hidup kamu. Apa keuntungannya kalau kamu berpisah dari Haura, apa untungnya kamu menyakiti dia, apa itu bisa membuat kamu puas? Tidak Ariel. Tidak! Kamu akan menyesal nantinya. Kamu tidak memikirkan Aira? Dia itu butuh kamu dan Haura. Kamu sudah tahu banyak tentang hidup Haura. Bagaimana saat ia tumbuh tanpa ibu kandungnya. Apa kamu ingin membuat Aira tumbuh tanpa ayah kandungnya sendiri? Tolong Ariel! Pikirkan masadepan putrimu."
Ariel hanya bergeming.
"Tadi, Hanum menghubungi Om. Dia bilang Haura dirawat karena stres dan terus memikirkan kamu selama berhari-hari. Dia tidak mau makan dan bicara pada Aira. Kalau kamu terus membiarkan hal ini terjadi, berarti kamu siap menyiksa anak kamu sendiri, karena semua itu akan berimbas pada Aira."
Ariel masih diam seakan enggan meladeni pamannya sendiri.
"Sekarang terserah kamu, Ariel. Kalau kamu memang ingin pergi silakan."
"Aku tetap pada keputusanku. Kalau Haura tidak bisa merawat Aira. Maka saya akan memperjuangkan hak asuh Aira agar dia bisa ikut bersamaku."
Irwan mengembuskan napas. Sia-sia ia membujuk Ariel untuk mengubah keputusannya. Ariel jauh lebih keras kepala dibandingkan yang ia duga.
☘☘☘
Bersambung
Dudududu, Azia hanya mimpi. Siapa yang ketipu 🙈🙈🙈
Mon maap yaa pemirsa, Author nggak sejahat itu sama Azia. Dia terlalu baik untuk disakitin. Gimana enggak, masa dua kali ngelepasin laki-laki yang dicintainya untuk Haura nggak boleh bahagia 😅
Nah, coba komenannya yang bawel lagi. Kalau komenan nurun dari bab kemarin, auto sedih penulisnya 😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top