18:: Aku Sangat Mencintainya.
بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🌺🌺🌺
Tanpa kita sadari sesungguhnya Allah selalu meniupkan kekuatan saat ujian datang ke dalam kehidupan kita. Karena sesungguhnya ujian itu adalah permata berharga bagi hambanya yang bertakwa
🌺🌺🌺
Haura turun dari atas bangsal rumah sakit. Dipegangnya perut yang terasa masih nyeri. Ia pikir bercak darah yang ada di celananya kemarin hanya hal biasa dialami oleh ibu muda di awal kehamilan. Seandainya ia lebih memperhatikan kehamilannya, mungkin bayinya akan baik-baik saja.
Beruntung Allah masih menyayanginya, mempercayainya untuk menjaga bayi itu. Meski dokter mengatakan janin itu tumbuh di luar rahim dan jika dipertahankan bisa membahayakan nyawanya sendiri. Haura tidak peduli. Yang ia tahu, ia sangat mencintai bayi yang ada di dalam rahimnya itu. Sejak mengetahui kehadirannya, Haura begitu bahagia, hatinya berkali-kali jatuh cinta dan tidak sabar menunggu pergerakan yang diberikan bayi itu nanti.
Pelan-pelan Haura berjalan keluar dari ruang inap. Ia khawatir jika terus-terusan ada di tempat ini, ia akan kehilangan bayinya. Karena bunda dan kakaknya juga sedang berusaha membujuknya untuk mau melakukan saran dari dokter.
Saat membuka pintu, Haura tidak sengaja melihat Azia sedang berjalan menuju ruangannya. Di sampingnya juga ada dokter Ariel. Laki-laki baik yang selama ini berusaha menyembuhkan penyakit yang ia derita.
Dengan langkah cepat, Haura menyelinap keluar dari ruang perawatan dan bersembunyi di balik tembok sambil mengintip kebarah keduanya yang sedang menjalin percakapan.
"Saya baru tahu kalau Haura memiliki seorang kakak."
Azia tersenyum di balik cadarnya. Entah kenapa semenjak berkenalan dengan Ariel, Azia merasa getaran aneh. Ini seperti rasa yang sempat ia rasakan dengan Rama.
"Iya, saya baru satu minggu di sini."
"Memangnya selama ini ada di mana?"
"Saya kuliah di Cairo."
"Wah, luar biasa. Sekarang sudah mendapatkan pekerjaan?"
Azia menggelengkan kepala sebagai respon.
"Di sini ada lowongan di bagian resepsionis. Barangkali, kamu berminat?"
"Serius? Apa nanti tidak dipermasalahkan? Bagaimana mereka meminta saya untuk membuka kain yang menutupi wajah saya?"
"Nanti saya akan bantu. Saya yakin kamu bisa bekerja tanpa harus membuka kain itu."
Azia hanya bisa berucap terima kasih pada Ariel. Awalnya Azia kira dia adalah dokter yang menyebalkan, karena selalu menanyakan kondisi Haura yang dianggap berlebihan. Ternyata hal itu mungkin wajar-wajar saja, sebab kata dr. Ariel, keselamatan dan setiap perkembangan kesehatan pasiennya adalah tanggung jawabnya.
Saat memasuki ruang inap Haura, Azia malah dibuat terkejut. Sebab dia sama sekali tidak menemui keberadaan Haura.
"Di mana Haura? Katanya dia masih ada di ruangannya?" tanya dokter Ariel heran.
"Saya juga nggak tau, Dok. Tadi dia di sini sama bunda."
Tidak lama setelah itu Hanum kembali sambil membawa kantong berwarna putih, di dalam itu ada beberapa obat Haura yang harus segera diminun.
"Azia?"
"Bunda, Haura di mana?"
"Lho bukannya tadi ada di ruangan ini, ya? Sebelum bunda ambil obat, dia bunda suruh tunggu di sini."
Pikiran Hanum mulai tidak karuan. Ia takut Haura kabur karena ingin melindungi bayi yang ada di dalam perutnya.
🌺🌺🌺
Sinar matahari menerobos melalui celah-celah jendela beranda kamar Rama. Hari ini dia sudah memutuskan untuk membuang jauh-jauh rasa marahnya pada Haura. Rama harus menyadari kalau kematian Rani bukan sepenuhnya salah Haura. Rama juga merasa berdosa karena sudah sempat memperlakukan istrinya itu secara tidak adil. Terlebih ada janin yang ada di dalam rahimnya.
Rama sudah mendapat kabar tentang kehamilan Haura dari Azia. Istri yang ia tinggalkan dalam mengandung anaknya. Ada hal yang membuat Rama semakin berdosa, saat ia harus mendengar kabar bahwa Haura harus segera mengugurkan bayinya sendiri.
Tampak laki-laki itu tengah mengemasi pakaiannya dan bersiap-siap untuk pulang, ia sudah tak kuat menahan gejolak rindu lagi pada Haura.
"Kamu sudah siap untuk pulang?"
Rama mengangguk menanggapi pertanyaan sahabatnya itu. Selama berada di sini, Rama jauh lebih tenang, banyak nasehat yang ia dapatkan. Terlebih mengenai hubungannya dengan Haura.
Seharusnya Rama menjadikan Rasulullah sebagai teladannya dalam membangun biduk rumah tangga. Padahal selama ini ia selalu bercita-cita ingin memiliki sifat seperti Rasulullah yang pandai mengendalikan emosi. Terlebih jika harus berselisih dengan sang istri, sekali pun ia tidak pernah meninggikan suara.
"Sudah. Saya juga harus meminta maaf padanya. Dan ustaz tau? Istri saya sedang mengandung."
"Ma syaa Allah. Barakallah, Rama. Saya ikut senang. Semoga ibu dan utunnya sehat-sehat."
"Aamiin. Syukron, Ustaz."
"Nah, untuk kedepannya harus lebih sayang istri. Jangan pernah meninggalkan dia sendiri. Apalagi setelah dia memberi kita keturunan. Kalau saja kita merasakan gimana sakitnya melahirkan, mungkin kita akan berlomba-lomba untuk membahagiakan istri kita masing-masing."
Rama hanya menganggukkan kepala sebagai respon. Ia berjanji tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini lagi. Jika nanti Haura akan memukulnya sekali pun, ia tidak akan peduli. Ia memang sudah keterlaluan.
"Tapi saya bingung, Ustaz. Saya harus bagaimana."
"Bagaimana apanya?"
Terdengar helaan napas berat dari bibir Rama.
"Saya senang, istri saya mengandung. Tapi saya juga mendengar kabar kalau istri saya mengalami kasus kehamilan yang tidak sempurna. Janin yang ada di dalam perutnya tumbuh di luar rahim. Saat saya mendapat kabar dari ipar saya, saya harus membujuk istri saya untuk mau melakukan pengangkatan janin. Dalam artian saya harus memaksa istri saya untuk mengugurkan kandungannya. Apa saya berdosa jika saya melakukan hal itu?"
Sang ustaz tambak berpikir sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepala.
"Bismillah ..., saya akan mencoba menjelaskan. Syari’at Islam itu diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk mewujudkan keselematan bagi seluruh manusia, untuk menjaga agama, jiwa, harta, kehormatan dan keturunan. Janin yang sudah diberikan ruh oleh Allah Azza wa Jalla memiliki hak hidup yang diakui syari’at Islam. Oleh karena itu, semua pelaku tindakan yang menyebabkan sang janin kehilangan hak hidup, berhak mendapatkan hukuman."
Rama hanya diam sambil mendengarkan solusi yang sebaik-baiknya.
"Syaikh Shalih Fauzân hafidahullâh mengatakan : Apabila ruh telah ditiupkan ke dalam kandungan (janin); kemudian janin itu mati karena aborsi, maka itu salah satu bentuk pembunuhan terhadap jiwa yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla dengan tanpa alasan yang dibenarkan syari’at. Jadi, hukum asal dari aborsi yaitu haram dilakukan pada berbagai usia janin. Namun ...," tampak sang ustaz sedang menjeda ucapannya.
"Hukum asal ini bisa berubah, ketika ada kondisi darurat, misalnya nyawa ibu terancam atau berbagai kondisi lainnya. Hal ini bisa mengubah hukum aborsi. Salah satunya jika jika sang Janin sudah mati
Syaikh Muhammad bin Ibrâhîm rahimahullah mengatakan dalam Majmu' Fatâwa beliau (11/151) : Tentang usaha menggugurkan kandungan, maka itu tidak boleh dilakukan selama sang janin belum terbukti sudah mati. Namun jika sang janin sudah dipastikan mati, maka boleh digugurkan. Kedua Apabila kandungan itu sudah berbentuk ‘alaqah (segumpal darah) atau mudhghah (segumpal daging), maka tidak boleh digugurkan, sampai ada tim dokter yang bisa dipercaya menetapkan bahwa jika membiarkan kehamilan berlanjut akan membahayakan keselamatan sang ibu. --Misalnya-pent-- dikhawatir akan menyebabkan kematian sang ibu. Jika ada tim ahli yang menetapkan seperti itu, maka kandungan tersebut boleh digugurkan setelah menempuh segala upaya untuk menghindari bahaya tersebut. Jadi dalam artiannya kamu dan istrimu harus berusaha mencari jalan lain agar menghindari aborsi. Lagipula Allah tidak akan sejahat itu pada hambanya jika hambanya bersungguh-sungguh dalam meminta pertolongan."
Rama menganggukkan kepalanya mengerti. Sebelumnya Rama juga sempat menanyakan kepada kenalannya yang juga seorang dokter tentang kehamilan yang terjadi di luar rahim atau ektopik. Itu salah satu kehamilan yang terjadi jika sel yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar uterus. Sembilan puluh persen kehamilan ektipoik terjadi di tuba folopii. Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan dan nyeri hebat di panggul atau perut bagian bawah. Apa bila terjadi reptur pada kehamilan, makan akan terjadi pendarahan masif dan nyeri perut yang teramat. Risiko berat juga akan terjadi jika kehamilan ini akan tetap berlanjut, karena abnormalitas dari morfologi tuba falopii sendiri. Kerusakan mukosa tuba akibat jaringan perut.
"Saya mencintai keduanya, Ustaz. Apa yang harus saya lakukan?"
"Berusahalan, kamu dan istri bisa mencari pengobatan lain dari dokter yang benar-benar mengerti. Jika seandainya memang tidak ada jalan lain. Kamu harus ikhlas."
"In syaa Allah, Ustaz. Saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik."
🌺🌺🌺
"Haura, kamu tahu? Bunda sangat panik saat tahu kamu nggak ada di rumah sakit."
"Maafin aku, Bunda. Aku cuma mau selamatin anak aku, aku nggak mau kalau dia harus digugurkan!"
Haura terisak sambil menggelengkan kepala. Ia benar-benar tidak mau kehilangan calon anaknya. Bahkan jika suatu saat nanti dia harus meninggal, ia ikhlas karena berkorban demi buah hatinya. Haura juga akan merencanakan sesuatu, jika seandainya Azia menikah dengan Rama, Haura yakin bahwa Azia pasti akan menyayangi anaknya seperti anak kandungnya sendiri. Sama seperti Hanum yang menyayanginya, meski ia hanya seorang anak tiri.
Hanum membawa Haura ke dalam pelukan. Sungguh ini salah satu pilihan yang juga berat baginya. Hanum tidak tahu apakah ia sanggup jika terjadi hal buruk pada Haura yang membuatnya harus kehilangan Haura.
"Bunda mengerti, sayang. Tapi apa kamu tidak bisa memikirkan bagaimana bayi kamu nanti? Apa kamu tega meninggalkan dia dan membiarkan dia kehilangan kasih sayang ibunya?"
"Mungkin, aku bisa menyuruh kak Azia menikah dengan A Rama. Dengan begitu, anakku tidak akan kehilangan kasih sayang seorang ibu. Aku percaya kalau kak Azia pasti bisa menyayangi anak aku."
"Aku nggak bisa, Haura. Yang dibutuhkan bayi kamu itu adalah kamu. Lebih baik kita sama-sama berdoa. Kita harus cari dokter yang bisa menangani kasus kehamilan kamu, dokter yang bisa menyelamatkan keduanya. Apa kamu tidak ingin membesarkannya?"
Pandangan mata Haura jatuh ke bawah, saat berada di posisi seperti ini, ia hanya menginginkan Rama agar tetap ada di sampingnya. Setidaknya kehadiran Rama bisa menghibur walau hanya sedikit. Tapi sepertinya harapan tinggal harapan. Hingga detik ini pun Rama tidak kunjung menampakkan diri. Dia yang masih begitu marah membuat Haura harus kehilangan cintanya.
Haura, amat merindukan Rama. Merindukan.genggaman tangan lelaki itu saat mereka berjalan, merindukan setiap perhatian yang Rama berikan, walaupun Haura tahu bahwa Rama mungkin melakukan itu tidak berdasarkan cinta.
🌺🌺🌺
Marvin baru saja menginjakkan kaki kembali di Indonesia. Sekarang, ia akan memperjuangkan cinta bersama Azia. Perempuan yang sampai detik ini masih ia cintai begitu dalam.
Tiga hari yang lalu, Safiya baru saja mengembuskan nafas terakhir setelah mengalami kecelakaan ketika ingin datang ke apartemen tempat Azia tinggal sebelum perempuan itu kembali ke negaranya, Safiya juga sempat mengalami koma dan membaik, tapi nyatanya hal itu tidak membuat Safiya selamat dari maut.
Marvin mengeluarkan lipatan kertas yang ada di dalam saku bajunya, kertas yang berisikan isi hati Safiya, surat yang ia tulis sebelum meninggal dunia. Surat yang ditujukan untuk Azia, sahabat yang sudah ia sakiti hatinya.
Marvin juga sangat bahagia, karena Syafiya sudah mengizinkannya untuk bersatu dengan Azia.
Marvin berjanji tidak akan pernah melupakan sabahat seperti Safiya.
Marvin akan berjuang mendapatkan cinta Azia lagi, untuk beberapa waktu ia juga akan menetap di negara ini.
"Azia, aku kembali. Kamu akan melihat bagaimana kesungguhanku untuk mendapatkan cintamu."
Marvin tersenyum manis. Semoga Allah juga memudahkan jalannya untuk mendapatkan hati Azia.
🌺🌺🌺
Bersambung.
Maafkan baru bisa up kembali 🙈🙈
Maaf ya jika tentang medis di atas ada kesalahan mohon koreksinya 🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top