15:: Keinginan Yang Seharusnya Tidak Terjadi
بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🍁🍁🍁
Untuk hati yang harus aku lukai, maafkan aku. Aku tidak punya pilihan lain selain membuatmu menangis.
🍁🍁🍁
Azia menarik kopernya ke luar dari gedung bandara Internasional Soekarno–Hatta. Di luar sang bunda dan Haura sudah tampak menunggu. Azia tersenyum saat melihat keduanya. Sekarang ia sudah menyelesaikan pendidikan di Cairo dan memulai kembali hidup yang baru di sini.
Sebenarnya Azia masih begitu sedih lantaran Safiya masih tidak mau datang menemuinya. Mungkin ini sudah menjadi ketentuan Allah, bahwa dia harus mengubur masa lalu manis yang ada di kota Mesir itu.
Untuk Safiya dan Marvin, Azia hanya bisa mengharapkan semoga hubungan mereka tetap baik-baik saja. Safiya akan selalu menjadi sahabat terbaiknya.
Azia tersenyum saat Hanum melambaikan tangan ke arahnya, kedatangannya seperti disambut dengan segala rasa bahagia.
Saat Azia sudah berada di dekatnya, Hanum lantas memeluk Azia erat. Padahal baru bulan lalu Azia pulang, tapi tetap saja rindu karena sudah terpisah kembali. Setelah itu Azia juga memeluk Haura, adik kesayangannya.
"Haura, bagaimana kabarmu. Sehat? Kakak lihat wajahmu sedikit pucat?"
"Aku baik-baik aja kok, Kak. Kakak gimana?"
"Alhamdulillah, kakak baik, Ra."
Azia menghirup udara dari balik cadarnya. Sesekali tatapan orang-orang yang berlalu-lalang di bandara tertuju padanya. Azia sadar akan hal itu, sebab di kota ini tidak semua orang mengerti mengapa seorang perempuan mau menutup wajahnya. Mungkin sebagian orang akan menganggap hal itu akan membuat pernapasan terasa pengap. Tapi tidak bagi Azia, dia lebih suka berpakaian seperti ini.
Baginya, kecantikan bukanlah satu anugrah, melainkan ujian berat yang harus ia lalu dengan hati-hati.
Sekarang ia akan kembali ke tanah kelahirannya, di mana dia dibesarkan. Mungkin ia akan berusaha menyimpan semua kenangan saat berada di Cairo. Sebab ia yakin, kehidupannya di sini akan jauh lebih baik.
🍁🍁🍁
"Haura, nenekku masuk rumah sakit." perkataan Rama barusan sontak membuat Haura terkejut. Bagaimana tidak, selama ini yang ia tahu nek Rani sehat-sehat saja.
"Kenapa bisa, A?"
"Dia terkena serangan jantung."
Haura mendesah resah. Ia pun sangat mencemaskan kondisi nek Rani.
"Aku minta, kamu datang ke sini. Ada hal yang harus dibicarakan nek Ami, dia memintamu mengajak Azia."
"Iya, A."
Rama menutup telepon setelah mengucapkan salam. Hati Haura mendadak menjadi tidak tenang, terlbih dari suara Rama saat bicara tadi, terkesan dingin.
"Ada apa, Haura?"
"Nek Rani masuk rumah sakit, Bunda. A Rama suruh kita ke sana."
"Astagfirullah. Kenapa? Nek Rani sakit apa?" tanya Azia dengan wajah khawatir. Bagaimana pun dulu ia pernah menjalin hubungan yang sangat dekat dengan perempuan itu.
Azia sangat ingat, perempuan itu pernah memberinya sebuah kalung yang pada akhirnya ia berikan pada Haura. Sebab, katanya kalung itu berhak dipakai untuk perempuan yang akan menjadi cucu menantunya.
"Aku nggak tau, Kak."
"Yasudah, kita ke sana dulu."
Haura hanya menganggukkan kepala.
🍁🍁🍁
"Kamu masih memikirkan perempuan itu?"
Ariel yang melihat pamannya yang ada di depannya. Sejak tadi makanan yang ada di hadapannya hanya di aduk-aduk tanpa di masukkan ke dalam mulut. Beberapa waktu terakhir Irwan selalu memperhatikan keponakannya itu. Irwan tahu, kalau keponakannya itu sedang jatuh hati dengan perempuan.berparas cantik itu.
Ariel mendoggakan kepala menatap sang paman, senyuman kecil itu mendandakan bahwa apa yang sedang dibicarakan pamannya itu benar. Pamannya memang sangat pandai dalam menafsirkan apa pun.yang sedang terjadi pada Ariel, termasuk jika Ariel sedang menutupi satu rahasia sekaligus.
"Kalau kamu memang menyukai dia dan kamu merasa dia perempuan yang baik, Om akan mendukung."
"Terima kasih, Om. Om baik sekali. Selama ini Om selalu mendukung apa pun yang aku lakukan."
"Selagi itu hal positif, tidak ada yang salah bukan?"
Ariel menganggukkan kepala. Tentu hal itu sangat membuatnya senang. Ariel menyadari ini memang sebuah keanehan. Tapi ia juga tidak mengerti tentang perasaannya pada peremluan bernama Haura itu. Sejak dulu, Ariel sulit untuk jatuh cinta. Tapi saat bertemu dengan Haura, Ariel merasa kalau pertemuan mereka sejak awal sudah tentu ada sebabnya.
"Bagaimana dengan pengobatannya, apakah kamu sudah menyampaikan padanya?"
Ariel menganggukkan kepala. Dia sudah menceritakan bagaimana prosedur pengobatan Haura selanjutnya. Haura mau melakukannya.
🍁🍁🍁
Rani memandang kedatangan Azia dengan mata berbinar. Melihat Azia ada di hadapannya seperti membuat tubuhnya sedikit lebih ringan.
Azia menyapanya dengan memberikan sebuah pelukan hangat, Rani-pun ikut membalas pelukan perempuan muda itu.
Air mata Azia berlinang, kasihan sekali melihat kondisi Rani yang lemah seperti ini, wajahnya juga terlihat sangat pucat.
"Azia, apakah kamu menyayangi Nenek?"
"Tentu, Nek. Kenapa tidak, aku sudah menganggap Nenek seperti Nenekku sendiri."
Rani tersenyum sambil memegang dangan Azia lembut. Bagi Rani, melihat pernikahan Azia dan Rama adalah kebahagiaan yang dia dambakan sejak dulu-dulu. Hanya Azia yang Rani percaya untuk bisa menjaga Rama dari segala fitnah yang ada di bumi dan di akhirat nanti.
Tapi harapan itu sirna saat takdir menyatukan Rama dan Haura. Sesuatu yang tidak pernah Rani inginkan.
Akibat pernikahan cucunya itu, Rani sering kepikiran hingga akhirnya jatuh sakit seperti ini. Sekarang apa pun caranya, Rani akan berusaha menyatukan Azia dan Rama kembali.
"Apakah kamu mau menikah dengan Rama?"
Kalimat itu sontak membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut. Tak terkecuali Haura. Mungkin saat ini hatinya terasa begitu sakit.
Secara terang-terangan ada orang yang sedang berusaha merenggut kebahagiaan yang ia punya, merenggut satu-satunya cinta yang ia miliki. Haura sadar bagaimana dulu Azia mau melepaskan Rama untuknya. Haura tidak akan bisa melakukan hal yang sama
"Nenek, itu tidak mungkin. Rama sudah menikah dengan Haura, adikku."
"Tapi agama tidak melarang seorang laki-laki memiliki istri lebih dari satu."
Azia hanya terdiam, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak permintaan dari peremouan yang sedang sakit keras itu.
"Nek, aku tidak bisa, Nek."
"Rama, Nenek mohon. Anggap ini permintaan terakhir dari nenek." Pinta Rani dengan suara lirih. Ia tidak sanggup jika Rama harus menolak keinginannya itu.
Haura yang tidak kuasa mendengar permintaan Rani, keluar dari ruangan itu dengan tangis yang sudah pecah. Haura tidak menyangka kalau Rani akan setega ini kepadanya. Padahal dia juga seorang perempuan, bagaimana jika hal ini terjadi padanya?
Haura terisak di depan ruangan Rani. Kakinya terasa lemas sekali. Ia tahu bagaimana Rama sangat menyayangi neneknya itu. Bisa dipastikan bahwa Rama akan berusaha untuk mewujudkan permintaan neneknya.
Tidak lama setelah itu Rama menyusul Haura. Ia berjonhkok di hadapan Haura yang sedang duduk di atas kursi.
"Haura..."
Haura menggelengkan kepala, ia tidak sanggup melihat kedua mata Rama yang sudah menandakan bahwa dia akan menyetujui permintaan dari sang nenek.
"Haura, dengarkan aku. Ini demi nenek. Aku tidak ingin kondisi nenek semakin memburuk."
"Terus apa maksud Aa. Aa mau nikahin kak Zia? Iya?" suara Haura mulai meninggi. Ia tidak ingin dimadu, apa hal itu salah?
"Haura, aku mohon. Aku berjanji akan tetap mencintai kamu. Kamu tetap menjadi istriku. Tidak akan ada yang berubah. Kamu tidak melihat bagaimana kondisi nenek?" tanya Rama dengan air mata berderai. Dia menyayangi Haura dan Rani sama besarnya. Tapi sekarang kondisi neneknya tidak begitu baik. Sebisa mungkin Rama akan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk sang nenek. Rama menyadari bahwa dia sudah melukai hati Haura, tapi dia tidak punya pilihan lain.
"Aku mohon, izinkan aku memenuhi keinginan nenek, izinkan aku menikah dengan Azia. In syaa Allah kamu akan menjadi salah satu wanita yang dirindukan surga."
Haura menggelengkan kepala. Sungguh ini terasa sangat berat. Padahal Haura sangat ingin menyampaikan kabar tentang kehamilannya pada Rama. Mungkin hal itu akan membatalkan niat Rama untuk tidak menikah lagi. Tapi, Haura tidak yakin. Sebab Rama terlihat begitu menginginkan pernikahan itu. Haura tahu, Azia adalah perempuan yang Rama cintai. Jadi jika menikah nanti, sudah dipastikan bahwa Rama akan lebih mencintai Azia.
Tidak jauu dari mereka berada, Ariel berdiri mematung mendengarkan semua percakapan mereka. Seorang suami memohon untuk menikah lagi kepada istrinya. Sungguh Ariel tidak membenarkan hal itu. Apa pun alasannya tidak sepantasnya berlaku seperti itu.
Ariel baru menyadari bahwa ternyata perempuan yang ingin ia lamar, sudah menjadi istri orang lain, dan dengan bodohnya laki-laki itu malah menyakiti hatinya.
"Aku nggak bisa, A. A Rama boleh marah. Kalau A Rama tetap bersikeras untuk menikah dengan kak Azia. Aku mau kita bercerai!"
Rama memejamkan matanya. Mungkin ini akan sangat melukai hati Haura.
"Baiklah."
Rama berdiri, lantas memandang Haura dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kedua bila mata Haura membulat mendengar perkataan Rama
"Kalau kamu menginginkan hal itu, aku akan mengabulkannya."
Isakan Haura semakin mengencang, hatinya terasa dicabik-cabik. Tidak pernah menyangka kalau Rama juga akan tega kepadanya. Padahal laki-laki itu sempat berjanji tidak akan melukai hatinya.
Setiap tetesan air mata Haura adalah luka yang sudah diberikan Rama untuknya. Sungguh sakitnya luar biasa.
🍁🍁🍁
Azia duduk tidak jauh dari Rama. Kondisi Neneknya semakin memburuk setelah Azia melakukan penilakan untuk menikah dengan rama, bahkan dikhawatirkan jika tidak bisa melewati masa kritisnya, Rani tidak akan selamat.
Walau pun seperti itu, Azia tidak akan menerima permintaan nek Rani. Sebab jika dia melakukan itu, ia akan melukai hati adiknya sendiri.
Azia tidak peduli jika harus dibenci karena kejadian ini.
"Bunda, aku menghawatirkan kondisi Haura. Apa Bunda tidak ingin menyusulnya pulang?"
"Bagaimana denganmu, Azia?"
"Aku baik-baik saja. Yang seharusnya dikhawatirkan itu adalah Haura. Aku tahu dia adalah anak yang nekat. Aku tidak ingin terjadi hal buruk padanya, Bunda."
Hanum mendesah resah.
"Yasudah, Bunda pulang dulu, ya."
Azia menganggukkan kepala pelan. Ia hanya berharap semoga kondisi Haura baik-baik saja.
🍁🍁🍁
Siapa yang jahat?
Nek Rani?
Haura?
Rama?
Atau mungkin Azia?
Beraambung dulu deh, liat dulu responnya. Author mah pasrah. Udah jarang up soalna 😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top