Bagian 15 : Alergi Terhadap Makhluk Lucu dan Berbulu Lembut

"HASYIM!!"

Ini aneh. Tidak biasanya aku bersin di saat seperti ini. Mungkin karena bajuku yang robek pada bagian perut dan pundak kiri sehingga membuatku terkena pilek dari angin yang sedari tadi berhembus, atau memang ada sesuatu yang membuat hidungku gatal sampai saat ini? Tapi apa?

Bau ini terasa tak familiar. Sesuatu yang jika semakin aku dekatkan pada pemilik bau itu, aku akan terus bersin tanpa henti dan hidung terasa ingin terus digaruk. Bau yang tidak aku suka. Aku rasa bau itu berasal dari makhluk berbulu. Bulu yang lembut tapi tak bisa aku dekati karena aku alergi terhadap itu. Apa, ya? Aku lupa bau dari makhluk apa ini.

Cermin Doorfan membawaku ke satu tempat yang asing lagi. Dan ajaibnya, buku yang seharusnya berada dalam genggamanku, hilang tanpa jejak. Menganehkan, tapi aku tak peduli itu. Yang penting aku harus tahu ada di mana aku sekarang. Dan lagi, aku harus lebih waspada jika ada yang mengancamku.

Aku merasakan ada sesuatu yang akan mendekat. Oke, tenang, Letta. Siapkan mentalmu, tarik napas dalam-dalam, keluarkan, kemudian lihat ke depanmu. Jangan lihat ke belakang atau kau akan menyesal— maksudku, jangan gentar jika ada hal mengerikan yang akan muncul di depan mata. Fokus! Jangan sampai nasipku sama seperti saat Nyong akan melenyapkanku. Membayangkan diriku sudah mati saja tidak bisa. Jika aku merasakan kematian, mungkin aku akan tahu bagaimana perasaan para prajurit yang mati lebih dahulu dari pada rajanya.

Tidak penting memikirkan hal itu. Lebih baik aku fokus pada diriku yang entah sekarang berada di mana. Yang pasti, aku masih berada di Fantasy Land yang membingungkan. Tidak tahu letak bahkan jalan keluar. Itu menyebalkan sekali. Aku ingin pulang.

"Meong ..."

Apa? Itu kan suara kucing. Aku yakin, telingaku mendengar suara kucing mengeong di dekat sini. Di sekitarku hanya terdapat pohon-pohon tanpa daun yang mungkin saja sudah mati tapi masih bertahan untuk hidup. Tempat ini juga cukup gelap. Hanya bulan lonjong aneh itu yang menerangi jalanku dari atas langit.

"Meong .. meong .."

Tidak salah lagi. Itu suara kucing. Aku berjalan seraya mengamati sekitarku untuk mencari sosok kucing itu.

Dalam keadaan redup begini, aku mencari kucing? Seperti tak ada pekerjaan saja. Tapi, mungkin jika aku menemukan kucing itu, aku bisa mendapat petunjuk untuk pulang. Aku sudah tidak tahan berada di tempat aneh ini. Selalu saja berkelana ke satu tempat ke tempat yang lain dan bertemu orang-orang aneh. Melelahkan dan tidak jelas.

Aku berhenti melangkah dan mendekatkan diriku ke sebuah semak-semak. Suara kucing itu semakin terdengar di semak ini. Kucing berada dalam semak? Sedang apa kucing berada dalam semak? Aneh.

Tanganku membuka lebar tumbuhan belukar yang ada di depanku dan mataku melihat seekor kucing berwarna perak sedang terjebak oleh ranting yang melilit salah satu kakinya. Kucing ini tampak sedang kesusahan dan meminta bantuan. Karena itulah kucing ini terus mengeong.

"HASYIM!!" bersinku lagi. Kemudian kembali melihat kucing itu dengan rasa iba, "Kau perlu bantuan, Tuan kucing?"

Kucing itu berhenti mengeong dan menoleh menatap mata merahku, seakan merespon pertanyaanku.

"Bisakah kau membantuku melepaskan ranting nakal ini dari kakiku? Aku tak bisa melakukannya sendiri," pinta kucing itu dengan wajah memelas.

"Bisa!" jawabku mantap dan segera membantu kucing itu melepaskannya dari jeratan ranting aneh yang melilit kakinya, "Nah, sudah selesai!"

Kucing perak itu menggerak-gerakkan kakinya yang mungkin terasa kaku karena sudah lama terjebak dalam jeratan ranting dan menjilat-jilat kakinya. Biasalah, kelakuan kucing suka menjilati bulunya yang lembut.

"Terima kasih," kata kucing itu berterima kasih atas perbuatanku padanya.

"Sama-sama," jawabku tersenyum, kemudian otakku tiba-tiba berpikir keras, ada sesuatu yang tidak beres.

Ya, ada yang tidak beres. Tapi apa, ya? Rasanya tak ada yang perlu dibingungkan. Namun, pikiran masuk akalku berjalan secara perlahan, seakan merespon dari apa yang sudah terjadi.

Ada yang tidak normal, atau ada yang tak masuk akal di sini? Seperti ... KUCING YANG BISA BERBICARA!!

"K-kau!! Sebenarnya apa kau ini?? Kau bisa ... berbicara?!" tanyaku melotot tak percaya.

"Aku memang bisa bicara. Kenapa kau terlihat kaget begitu? Semua hewan di Fantasy Land bisa berbicara dan berkomunikasi dengan penyihir secara baik. Apa kau baru tahu itu?" jawab kucing itu dan kembali menjilati kakinya. "Ah, salam kenal. Namaku Kerling."

Beberapa saat mulutku melongo seolah yang aku dengar ini adalah berita yang sangat mengagetkanku. Tentu saja karena yang sedang aku hadapi ini adalah sebuah kenyataan yang harusnya menjadi sebuah kemustahilan yang tak bisa menjadi nyata. Jika aku berpikir dunia ini normal, berarti aku sudah gila.

"Sa-salam kenal juga. Namaku Mouneletta Romanove. Jadi, kenapa kau bisa terjebak di dalam semak?" tanyaku sambil mengangkat kucing ini dan menggendongnya.

Aku orangnya tak mau ambil pusing. Jadi, biarkan kejadian aneh ini terus menyerang dan menganggap hal itu adalah hal yang biasa. Aku bisa lakukan itu. Sungguh.

"Meong .. aku tadi dikejar-kejar dengan prajurit Presiden karena aku telah mencuri makanan di istananya. Saat aku sedang berlari dan tidak fokus melihat ke depan, aku malah menabrak dan masuk ke dalam semak. Mau keluar dari semak, tapi kakiku terlilit oleh ranting panjang tadi. Sudah lama aku terjebak di dalam sana. Mungkin sekitar 3 jam. Tapi, aku selamat dari kejaran karena terjebak di dalam semak," jelas kucing perak bernama Kerling ini dengan cepat seakan tak ada titik dan koma saat dia sedang bicara.

"HASYIM!! Kasihan sekali. Kau terjebak di dalam sana selama 3 jam. Tapi, kau selamat dari kejaran. Baguslah, tapi kenapa kau mencuri makanan di istana Presiden? Tunggu. Presiden? Kau tahu di mana Presiden itu berada?" Lagi-lagi aku bersin disela kalimatku.

"Sayangnya, aku tak bisa memberitahumu." Kerling sedikit menunduk sembari menjawab.

"Kenapa?" Tanyaku penasaran.

Kenapa dia tidak bisa memberitahuku? Apa alasannya?

"Kalau kau ingin mengetahui jawabannya, kau harus ikut denganku." Kerling kembali menjilati telapak kakinya.

"Ke mana? Aku sudah capek berjalan seharian! Cih!" Aku berdecih lalu menghela napas, "Aku lelah! Aku mau pulang!!"

Kerling melototkan mata kucingnya ke arahku. Kenapa dia terkejut?

"Meong .. Mouneletta, jangan bilang kau adalah korban selanjutnya yang dipilih oleh Presiden? Ya ampun, padahal kau ini adalah penyihir baik dan cantik. Kenapa Presiden memilihmu menjadi bahan mainannya?"

Seketika aku tersentak. Korban selanjutnya? Bahan mainan? Apa itu?? Aku tidak mau menjadi korban dari kasus apapun! Dan aku tidak mau menjadi bahan mainan siapapun! Tidak akan! Aku harus pulang! Harus!!

"AKU MAU PULANG!" pekikku mengisi sunyi yang sedari tadi menyerangku, "Lebih baik aku mengerjakan dokumenku yang masih menumpuk di atas meja dari pada tergantung dalam tempat konyol ini! HASYIM!!"

Aku melepaskan gendonganku pada Kerling sehingga membuat Kerling terhempas ke bawah. Sudah cukup! Ini bukan hiburan untuk siapapun termasuk aku! Bahkan tidak lucu! Semuanya aneh! Pokoknya, aku harus kembali!

"Meong!" Kerling mengeong sambil melangkah gesit ke depanku dengan tujuan menghalangi jalanku. Aku menatapnya kesa, "Jangan pergi! Ikutlah dulu denganku!"

"HASYIM!! Aku tidak mau!"

"Kau harus ikut! Ada yang ingin aku perkenalkan padamu. Dia adalah pemilik tempat ini. Istananya tak jauh dari sini. Hanya beberapa menit berjalan. Aku mohon, kau tak akan menyesal jika kau sudah bertemu dengannya. Lagi pula, kau memerlukan arah untuk pulang. Bukan dari naluri. Jika kau memilih pulang, aku yakin kau pasti akan bingung sendiri dan tersesat tak tahu arah. Kau mau memilih yang mana? Tersesat atau ikut denganku?"

Menyebalkan sekali. Dua-duanya tak ada yang benar untuk aku pilih. Kalau aku memilih pulang, artinya aku akan mencari jalan keluarnya sendiri. Dan mungkin akan memakan waktu yang sangatlah lama. Itu mengesalkan sekali. Tapi kalau aku memilih ikut dengannya, aku akan dipertemukan oleh orang unik dan aneh lagi. Lalu, aku akan pindah tempat, bertemu dengan orang asing, dan blablaBLA! Petualangan yang monoton dan tidak menarik sekali. Kapan aku bisa pulang kalau begini caranya??

"Tch! Baik, baik! Aku akan ikut denganmu. Tapi dengan satu syarat!" jawabku tapi masih dengan nada kesal.

"Apa itu?"

"HASYIM!! Kau harus mencarikanku baju ganti untukku. Aku sudah mulai membenci pakaian ini. HASYIM!!"

Aku meremas erat pada bagian rok gaun polkadot merah muda yang kukenakan. Baju yang tak terlalu norak yang Celdo berikan padaku. Tapi sayangnya, baju ini sudah mulai rusak karena bekas pertarungan yang masih belum selesai dengan Nyong. Ya, pertarungan itu belum selesai. Mungkin jika aku akan bertemu dengannya lagi, aku akan membalasnya kembali dengan menusuk mata ungunya terlebih dahulu sebagai pembukaan.

Omong-omong, kenapa bersinku semakin parah saja? Mengganggu sekali, hidungku juga semakin gatal. Apa aku alergi terhadap kucing? Ah, padahal aku suka sekali kucing.

"Oke, aku akan mencari benang dulu. Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana!" kata Kerling dan berlalu sambil menoleh-nolehkan kepala ke banyak arah dengan tujuan mencari benda yang dia cari, yaitu benang.

Sementara aku sedang menatapnya aneh dan lebih anehnya lagi aku hanya diam di tempat tanpa memprotes kalimatnya. Mencari benang? Aku tidak yakin ada benang di sekitar sini. Kalau benangnya dapat, bagaimana cara dia membuat baju untukku? Dengan tangan kucing dan kukunya yang tajam, pekerjaan seekor kucing jika melihat segulung benang adalah memainkannya dengan cara menggelindingkannya. Bukan membuat baju.

"Dapat!" seru Kerling tiba-tiba muncul dari dalam gelap sambil membawa segulung bola benang dengan menggunakan mulutnya. Kemudian meletakkan benang itu di depan bawah kakiku. "Benangnya warna ungu. Baiklah, aku langsung mulaikan saja membuat bajunya."

Aku ternganga dan melotot tak percaya melihat Kerling telah menemukan benda yang sedari tadi dia cari. Segulung benang berwarna ungu. Oke, aku tak akan bertanya dari mana dia menemukan benang itu. Yang penting, aku harus mendapat baju baru untuk aku kenakan. Tapi, bagaimana cara membuatnya?

"Kau tahu cara membuatkanku baju?" tanyaku tak tahan dengan semua yang aku dengar dan lihat, "Kau ini kucing. Mana mungkin kau bisa menjahitkan satu baju untukku! Bahkan ingin membuat celana dalam saja pasti kau tak akan bisa! HASYIM!!"

"Meong! Kau meragukanku? Aku bukanlah seekor kucing yang kau bayangkan sekarang. Selama Fantasy Land ada, apapun yang mustahil bagimu akan terjadi!"

Setelah dia mengatakan itu, tiba-tiba saja bola benang itu melayang tepat di depanku. Tentu saja aku histeris, tapi histeris di dalam hati. Berusaha keras aku tak menjerit. Helaian benang ungu terlepas dari gulungan dan mengelilingi diriku.

Tiba-tiba cermin Doorfan menjadi sebuah cermin persegi panjang setinggi ukuranku dan betapa terkejutnya lagi, mendadak baju yang aku kenakan berganti secara ajaibnya menjadi baju berwarna ungu pada bagian dua sisi, lalu berwarna putih pada bagian tengah baju, terdapat pita hitam di tengah dada, berlengan panjang hitam, sedikit membuka pada bagian kedua bahu, rok pendek sepaha berwarna hitam, kaos kaki panjang berwarna zebra, dan sepatu ungu.

Apa-apaan ini? Mahkotaku yang awalnya masih membentuk pita, kini berubah menjadi pita yang lebih besar dan norak! Warna hitam dan ada bentuk 'hati' pada titik pita. Mengerikan sekali, dan baju macam apa yang aku kenakan ini?? Rambut perakku juga menjadi korban, mengikat konyol di bagian sisi kanan kelapaku. Aku ngeri melihat diriku sendiri.

"Apa yang kau lakukan? Kau membuatku semakin jelek saja!" komentarku menoleh ke arah kucing sialan ini dan menjauhkan cermin Doorfan dariku. Alhasil, cermin Doorfan berubah menjadi sebuah cincin perak dan masuk pada jari manis kiriku.

"Meong .. aku berpikir untuk membuatmu cocok dengan warna ungu. Jadi, aku buatlah baju seperti itu. Bagus, lebih bagus dari yang kau pakai tadi. Nah, sekarang kau ikutlah aku. Kita akan ke istana Catteppo!"

"Istana Catteppo? Nama yang aneh," komentarku lagi memasang wajah masam sambil mengikutinya dari belakang, "Kau tidak akan membuatku berjalan jauh, kan? HASYIM!!"

"Tidak akan. Sebentar lagi sampai. Ha! Kita sudah sampai, meong .." kata Kerling berhenti melangkah dan duduk sambil menjilat sebentar salah satu telapak kakinya, "Selamat datang di istana Catteppo!"

"Hah! Sudah sampai?? HASYIM!!"

To be continue ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top