SH - 33
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐣
.
.
.
.
3 Bulan Kemudian
Perut Mew kian membesar seperti bola basket. Ia sudah tidak bisa lagi menutup perutnya dengan sweater, jadi, ia selalu memakai kemeja milik Gulf yang ukurannya besar lalu membuka beberapa kancing agar perutnya merasa nyaman tanpa sehelai benang yang menekannya.
Kini Mew duduk pada sebuah kursi berukuran panjang di sisi lapangan Golf, letaknya tepat belakang mansion Gulf. Ia tidak sendiri, melainkan di temani oleh beberapa bodyguard untuk menjaganya karena Gulf takut Mew terluka.
Sambil menikmati sepoi angin yang berhembus menampar wajah berisi dan rambut peraknya, tangan kiri mengusap perut tiada henti. Sesekali Mew akan bicara pada bayinya seolah bayi nya dapat mendengarkan.
Bicara tentang rambut, Mew tidak menutupinya lagi sekarang. Ia kini secara leluasa menampakkan rambut perak nya pada seluruh penghuni mansion.
Bukan karena ia ingin melakukannya, tapi Gulf yang berhasil meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja dan memastikan Mew agar ia tidak menutupi warna rambutnya lagi. Di satu sisi, Gulf mengambil keputusan itu mengingat Mew tengah mengandung, sedangkan cat rambut yang selalu Mew gunakan mengandung bahan berbahaya. Gulf takut bahan berbahaya itu dapat menghancurkan Mew dan Anaknya dari dalam.
Beruntung Mew juga dapat mengerti hal itu.
"Udara malam tidak baik untukmu. Masuk ke dalam sekarang" Ucap Mild.
"Khab" Mew pelan-pelan berdiri, dibantu oleh Mild.
Jika kalian tanya hubungan mereka, kini mereka dekat tapi bukan berteman. Hubungan mereka sedikit akrab. Setidaknya Mild sedikit lebih lembut dan mengontrol tutur kata serta emosinya pada Mew.
"Jam berapa Tuan mu pulang?"
"Sekitar 1 jam lagi. Dia sedang menghadiri rapat dan setelah itu langsung pulang"
Mew mengangguk kecil, senyumnya mengembang. Sejak Gulf menyatakan perasaan nya 3 bulan yang lalu, Gulf memperlakukannya dengan sangat baik seperti seorang kekasih, membuat jantung Mew terus berdebar di kala ia mendengar atau memikirkan Gulf.
Mew tidak pernah memiliki kekasih di sepanjang hidupnya jadi, saat Gulf menumpahkan semua kasih sayangnya, hati Mew langsung tersentuh dan menginginkan nya lebih lama.
Mungkin bisa di katakan bahwa ia juga telah jatuh hati pada Gulf tapi ia masih belum mau mengakuinya. Terkadang ia masih berpikir bahwa dirinya tidak pantas bersanding dengan Gulf mengingat Gulf adalah seseorang yang lahir dari sendok emas dan hubungan mereka pada awalnya bukan hal yang baik.
Mew masih memastikan hatinya apakah ia benar mencintai Gulf dan sebaliknya, Gulf mencintai dirinya. Bukan karena kasihan atau bohong belaka.
"Mild, bantu aku ke dapur"
"Jangan aneh-aneh. Tuan Gulf menyuruhmu untuk istirahat"
"Aku hanya ingin makan malam kecil" Mew dapat melihat wajah Mild yang enggan untuk membantunya.
"Ayolah Mild. Na? Hanya sebentar saja. Aku hanya memanaskan ayam pop yang sudah Bibi buatkan lalu membuat teh hangat. Bukan pekerjaan yang berat, kan?"
Mild berpikir sejenak dan menyetujuinya. Mild mengantarkan Mew ke dapur dan melepasnya, membiarkan Mew menikmati makan malam.
10 Menit kemudian, Mew menghampiri Mild.
"Sudah selesai"
"Ayo, ku bantu kau ke kamar"
"Mild, aku mau nonton tv saja di ruang tamu. Aku mau tunggu Gulf pulang"
Mild menyerah. Ia mengantarkan Mew ke ruang tamu dan berdiri di belakang sofa sementara Mew menikmati kartun Tom & Jerry di layar televisi. Sesekali Mew tertawa oleh tingkah Tom.
"Aku mau tanya"
"Tanya apa?"
"Kontrakmu bersama Tuan Gulf habis bulan ini, kan?"
"?"
"Lalu, kau akan benar-benar pergi dari sini?"
Mew terdiam. Jujur, ia baru ingat tentang kontrak itu karena Gulf menjaganya dengan sangat baik jadi ia tidak lagi mengingat waktu.
"Aku tidak tahu"
"?"
"Aku sangat bingung dan cemas. Jika aku tidak hamil, tentu aku akan langsung pergi saat hari itu tiba tapi---sekarang bukan hanya tentang diriku saja. Anak ini tidak pernah satu menit pun tidak merindukan Ayahnya"
"Jadi singkatnya kau tidak akan pergi?"
Tangan kiri Mew mengusap perutnya dengan lembut sedangkan tangan kanan mengepal erat. Dengan hati-hati Mew memikirkannya dan mengatakan, "jika Gulf mengusirku, aku akan pergi. Karena untuk saat ini, aku tidak dapat memikirkan egoku sendiri"
"Rumit sekali"
Mew memaksakan senyum. Benar, seperti yang Mild bilang, hidupnya memang rumit dan kusut. Satu sisi ia ingin melakukan ini tapi terhalang oleh keadaan, membuatnya terombang-ambing seperti perahu di tengah laut.
Tidak berselang lama, televisi menampilkan sebuah iklan yang berwajahkan seorang Gulf Kanawut sebagai CEO ternama dari perusahaan raksasa nomor 1 di Thailand. Wajah Gulf disana sangat tampan seperti aktor dan model.
Mew kaget sekaligus kagum dengan kesuksesan Gulf sampai tidak sengaja bergumam, "dia sangat terkenal"
Mild melihat ke layar televisi dan berseru, "ini semua berkat usaha Tuan Gulf sendiri. Dia memulai semuanya dari 0, tanpa bantuan siapapun. Golf Mediterania ini pun dia yang membangunnya sendiri hingga sesukses sekarang"
Mew melihat ke arah Mild di sampingnya, "kau tahu banyak tentang Tuanmu"
"Tentu saja! Ayahku adalah satu-satunya orang yang menemani Tuan Gulf dari masa sulitnya, itu sebelum Tuan Gulf punya banyak asisten seperti sekarang. Makanya, aku akan sangat marah bila orang-orang mulai mengganggu karir Tuan Gulf, apalagi sampai dengan sengaja membuat nama baik Tuan Gulf tercemar dengan menyebar fitnah dan aib"
Kalimat Mild yang terakhir entah mengapa seperti tertusuk ke dalam hatinya. Kedua tangan reflek meremas kemeja.
*Aib, ya?* Menundukkan kepala.
*Aku adalah aib itu*
Mild merasa dirinya telah salah bicara lalu melirik Mew. Bukan karena ia iba, tapi karena Mew tidak boleh sampai terlalu stress oleh ucapan maupun tindakan saat sedang hamil besar.
"Terkecuali kau. Kau bukan aib bagi Tuan Gulf. Dia sangat mencintaimu, melebihi dirinya sendiri"
Mew tersenyum. Ia tahu Mild sedang menghiburnya tapi, ia punya pemikirannya sendiri. Ia memang lah aib. Selama ini, tidak ada seorangpun yang ingin menyelematkan nya dari bahaya karena statusnya dapat membahayakan orang yang menolongnya. Berlaku juga untuk Gulf. Bila orang-orang tahu Gulf menyembunyikan penghianat negara sepertinya, entah sebesar apa konsekuensi yang akan Gulf terima sebagai orang ternama di Thailand.
Memikirkan itu, Mew mulai cemas.
Apakah sebaiknya pergi dari tempat ini adalah pilihan yang terbaik? Jika dia pergi, dia dapat menyelamatkan karir Gulf. Selain itu, dia akan pergi ke tempat yang jauh dan tenang untuk membesarkan Anaknya tanpa intimidasi tentang statusnya. Misalnya pergi ke negara lain dan hidup dengan tenang. Untuk sementara waktu dia tidak pusing dengan biaya sebab uang tip yang ia kumpulkan dari Gulf setiap berhubungan seks sudah lebih dari cukup untuk membiayai semua ke butuhan Anaknya sampai masuk sekolah. Selebihnya, Mew akan memikirkannya nanti.
Mew terus termenung di dalam pikirannya sampai merasakan seseorang memeluknya dari samping.
Mew terkejut karena saat ia sadar dari lamunan, ia sudah ada di dekapan dada seseorang.
"Gulf?"
"Apa yang kamu pikirkan? Aku memanggilmu dari tadi tapi kamu tidak dengar" Tangan kanan mengusap punggung Mew dengan sangat lembut.
Semburat merah muncul di kedua pipi Mew. Tindakan Gulf yang seperti ini lah yang membuat hati Mew selalu berdebar-debar.
"Maaf, aku tidak mendengarmu" Mew memejamkan mata sambil menghirup aroma yang keluar dari tubuh Gulf. Aroma buah yang menenangkan.
"Ayo ke kamar dan istirahat. Punggungmu nanti sakit kalau terlalu lama duduk"
"Mhm" Mew segera mengalungkan kedua tangannya ke leher Gulf saat Gulf mulai menggendongnya ala bridal.
Di tidurkan nya Mew dengan hati-hati di atas ranjang dan ikut berbaring di sampingnya. Dengan perlahan, Gulf mengusap perut Mew yang sangat besar di balik kemeja yang tidak di kancing beberapa butir.
"Nak, bagaimana keadaanmu?"
"Apakah kamu merindukan Daddy?"
"Rindu. Aku rindu Daddy!" Mew menirukan suara bayi yang sangat menggemaskan.
Gulf melirik wajah Mew beberapa kali dengan senyum nakal.
"Hmm, begitu, ya"
"Apakah kamu mau Daddy kunjungi?"
Mew langsung menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat.
Apa maksudnya mengunjungi?
Gulf mau melakukan 'itu' padanya?
"Tidak perlu, Daddy. S-Sebentar lagi juga kita akan bertemu"
"Daddy ingin sekali mengunjungimu sekarang, na"
"Apakah Daddy harus merayu Mommy mu dulu baru kamu izinkan, hm?" Gulf merengkuh pinggang Mew untuk menempel padanya, membuat Mew tersentak kaget.
"Mommy, apakah Daddy boleh kunjungi Anak kita?" Mew tidak bisa menjawab. Mew berusaha menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gulf namun Gulf terus saja menggenggam pipinya dengan sengaja.
"Mommy? Mommy tidak menjawab berarti artinya boleh, ya?" Diakhiri seringai jahil.
"Kapan aku bilang begitu?"
Gulf langsung naik ke atas tubuh Mew.
"Mommy, izinkan Daddy bertemu dengan Anak kita, na?" Mengeluarkan puppy eyes nya.
"Mommy?"
Mew menggerutu. Ia mengutuk dirinya sendiri yang tidak tahan melihat ekspresi wajah Gulf yang menggemaskan di atasnya itu.
"Mommy Mommy? Daddy belum mendengar jawabanmu" Gulf mendekat lalu mengecup seluruh wajah Mew.
"Eung---i--iya boleh t-tapi tolong lakukan pelan-pelan"
"Baik! Daddy akan melakukannya dengan sangat perlahan" Kembali menyeringai lalu menarik kemeja Mew dengan kasar sampai beberapa butir kancing terlepas.
Telinga Mew sangat merah sekarang. Karena gemas, Gulf menggigit serta mengulum telinga Mew hingga Mew berdesis geli, tanpa mengetahui bahwa telinga adalah area sensitif Mew.
"Ahn,, hentikan. Geli" Mew meremang kemudian melihat mata sayu milik Gulf.
Mew tahu ekspresi wajah itu. Wajah yang penuh dengan nafsu di dalamnya.
Mew juga tahu bahwa Gulf sudah tidak dapat menahannya lagi, dari sejak mengetahui Mew tengah hamil, 3 bulan yang lalu.
Gulf memperhatikan bibir Cherry milik Mew dan segera melahapnya sampai bengkak begitu bibir Mew sedikit terbuka. Menyapu seluruh area mulut seperti lidah dan gigi.
Mew menikmati sapuan hangat lidah Gulf. Mendominasi lidah Mew dengan menekannya ke atas dan ke bawah.
"Ehmm,, mmhhh---akh" Mew memekik ketika Gulf menggigit kecil bibirnya karena gemas.
Kini ciuman turun ke leher yang putih mulus, kemudian dada serta kedua pentil merah Cherry milik Mew.
Kedua tangan Gulf yang menganggur ia letakkan di kedua bongkahan pantat Mew lalu meremasnya seperti squishy. Terasa kenyal dan padat.
"Ahhh Gulf"
Keduanya kini di seliputi nafsu yang tinggi.
Mew terbuai oleh permainan lidah Gulf pada pentil miliknya hingga tidak sadar bahwa ia dan Gulf sudah telanjang bulat.
"Ahhhhh,, apa yang kamu lakukan?" Mew merasakan benda asing masuk ke dalam lubang anus nya. Tidak begitu menyakitkan karena sebelumnya Gulf telah menuang cairan lube agar tidak terlalu menyakiti Mew.
"Hanya memasukkan 3 jari" Mengecup kening Mew.
Cup
"3??!"
"Bertahanlah. Sakitnya hanya sebentar"
Gulf menekan jarinya. Mew menjadi sangat histeris sehingga Gulf harus menghentikan aksinya.
Selama ini, ia selalu semena-mena dan egois pada Mew. Tidak pernah memikirkan bagaimana sakit Mew ketika benda asing masuk ke dalam lubangnya dan kini baru ia perhatikan. Wajah Mew benar-benar kesakitan hingga bercucuran air mata.
Gulf jadi merasa bersalah padanya.
"Apa kita hentikan saja? Aku jadi tidak tega menyakitimu"
Mew menggenggam tangan Gulf. Hanya menggenggam. Beberapa detik kemudian ia berkata, "lakukan dengan perlahan-lahan--hikss. Aku mohon"
"Baiklah. Aku mulai" Gulf kembali mengeluar-masukkan ke-3 jarinya pada lubang Mew. Awalnya Mew masih merasakan sakit. Namun, menit berikutnya Gulf dapat mendengar desah dan erangan hingga puncaknya Mew mendapatkan pelepasannya yang pertama. Cairan kental itu mengenai perutnya sendiri.
"Boleh aku mulai permainan yang sebenarnya sekarang?"
Mew sempat takut untuk beberapa saat. Kau tahu, penis Gulf 3x lebih besar dari jarinya tadi.
Gulf menangkap keraguan pada wajah Mew kemudian kembali berkata, "kalau kamu takut, aku akan hentikan sekarang---"
Mew menarik bahu Gulf kemudian mengecup bibir nya.
Cup
Gulf mematung beberapa saat karena ini adalah pertama kalinya Mew mengambil inisiatif untuk menciumnya duluan.
"Kamu bisa lakukan sekarang. Kumohon, lakukan dengan lembut dan jangan masukkan semuanya"
Jangan masukkan semuanya? Gulf hampir menangis setelah mendengarnya .
Tapi dengan pasrah ia menjawab, "aku akan mencobanya" Tersenyum.
Mew bersiap. Ia spontan membuka kedua kakinya lebar-lebar.
Gulf mengambil cairan sperma Mew di perut kemudian ia taruh di lubang sebagai pelumas sampai di rasa persiapannya cukup, ia membuka celana panjang hingga boxer miliknya, menampilkan penis yang berukuran besar, tebal, dan panjang.
Mew mengintip. Meski bukan pertama kali Mew melihat milik Gulf tapi ukurannya sekarang semakin tidak masuk akal dan mengerikan.
*Apakah itu akan muat?* Kedua tangan Mew mulai mencengkram selimut sambil meneguk ludah.
Gulf mengarahkan miliknya ke pintu lubang Mew dan menggosok bagian pintu masuk itu secara perlahan sebagai perkenalan. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya ke depan agar ia dapat memeluk Mew.
Dada Mew membusung hebat dan beberapa bulir air mata keluar sampai menetes dari sudut mata, rasa sakit yang sama tapi kali ini sangat sakit. Mungkin karena mereka sempat tidak melakukan seks dalam waktu lama?
Milik Gulf baru masuk setengah namun Mew rasanya sudah hampir mau mati. Pantatnya terasa membelah jadi 2 bagian.
"Akhhhhhhh hahhhhh sa---sakitt---hhhiksssss" Mew menjerit dan mulai nangis di bawah kukungan Gulf.
Gulf mencium bibir Mew, berharap akan mengalihkan rasa sakitnya.
"Tahan, na. Aku akan lakukan dengan cepat"
"Tu--tunggu hiksss sakitttt"
Gulf menurut. Ia diam sementara waktu sampai Mew sedikit tenang, ia bertanya, "boleh aku bergerak sekarang?" Mew mengangguk.
Gulf kembali menggerakkan penisnya, keluar masuk walau hanya setengah bagian, membuat lubang Mew untuk terbiasa lebih dulu.
Beberapa saat kemudian di kala lubang Mew sudah terbiasa, Gulf menekan penisnya kembali hingga masuk seluruhnya .
Mew kembali memekik histeris dan kali ini sampai menjambak rambut Gulf.
"Pelan-pelan hikssss sakitttt hiksssss sakitttt"
"I-Iyaa, ini sudah pelan-pelan"
"Kau memasukkan---hhhhh,, semuanya?"
"Tidak" Bohong Gulf. Ia takut Mew akan mengamuk jika tahu yang sebenarnya.
"Kenapa sakit sekali---hahhhhhh hhhhhh hikss"
"Mungkin karena kita sempat jarang melakukannya" Gulf mengecup seluruh wajah Mew.
"Boleh aku kembali bergerak?"
"Mhm"
Dengan perlahan Gulf kembali menggerakkan pinggulnya, dari tempo pelan ke sedang.
"Ahhh hh ngggghhhhh hahhh"
Mendengar desahan Mew, emosi Gulf semakin tidak terkontrol. Ia lepas kendali sehingga mempercepat tempo genjotannya menjadi sangat cepat sampai Mew tidak dapat mengikuti irama pinggulnya.
"Pelanhhhhh pe--lanhhhh hh ahhhhh ahhhh hhahh"
Desah Mew semakin brutal tak kala penis Gulf menghajar titik nikmatnya di dalam sana.
"Hhahh Mew, lubangmu tidak pernah membuatku kecewa"
"Hhhh Dede bayihhhhhh nantihhhh sakitttttt hhhh Gulf hhhh pelannhhhh ahhhhh hahhhh"
"Memohon sekali lagi dan panggil aku sayang"
Mew mengernyit. Ia memang di bawah kenikmatan tapi ia masih bisa mencerna ucapan Gulf.
Mew awalnya bingung tapi tetap ia turuti.
"Pelanhhhh sayanggggghhhhh ahhhhh ahhhh disituuuuuhhhh ngggggghh terlalu dalamm-ngghhhh" Kuku panjang Mew menggores punggung kekar Gulf hingga tercipta garis luka yang panjang dan cukup dalam.
Gulf semakin kalap. Racauan Mew justru membuatnya tambah bersemangat hingga menambah kecepatan genjotannya lagi.
"AHHHHH HHHH SAYANG MAU PIPISSSHHHHH AHHHH---HNGGGGGG"
"Lakukan bersama"
Crotttttt 💦💦💦 ,,,, Crottttttt 💦💦💦
Crotttttt 💦💦💦💦 ,,,, Crottttttt💦💦💦💦 ,, Crottttttt 💦💦💦💦
Cairan kental milik Mew mengenai perut six pack milik Gulf sedangkan cairan kental milik Gulf memenuhi lubang Mew.
Keduanya saling berlomba meraup nafas tapi Mew terlihat 2x lipat lebih lelah dibandingkan Gulf.
"Kamu keringetan sampai separah ini" Ucap Gulf sambil mengelap keringat Mew memakai tangan.
Mew tidak menjawab. Kedua manik nya hampir menutup bila Gulf tidak mencegahnya dengan omong kosong.
"Ayo lagi"
"Tidakkkk!! Aku ngantuk. Aku lelah"
"Sekali lagi, na?" Merayu Mew dengan cara memeluk tubuh nya dari belakang.
Mew memutar tubuhnya untuk melihat ekspresi wajah Gulf yang hampir nangis seperti anak kecil.
"Aku benar-benar kelelahan. Aku minta maaf"
Gulf mencoba untuk memahami Mew karena bagaimana lagi. Mew tengah mengandung dan kondisi itulah yang membuat Mew jadi cepat lelah.
Gulf tidak boleh egois demi kebaikan Anaknya yang masih di dalam kandungan .
"Baiklah. Terima kasih untuk malam ini" Diakhiri sebuah kecupan pada kening.
Cup
"Aku mencintaimu" Menarik Mew ke dalam dekapan.
*Aku juga mencintaimu, Gulf* Tersenyum di dalam dekapan Gulf sambil membalas pelukannya. Tidak lama, Mew teringat sesuatu.
"Aku melihatmu hari ini di televisi"
Gulf tersenyum. Ia mengusap surai Mew secara lembut.
"Bagaimana penampilanku disana?"
"Sangat tampan" Ucap Mew dengan malu-malu. Wajahnya mulai merah setiap kali ia salah tingkah.
"Terima kasih. Kau pasti bangga karena memiliki si tampan ini menjadi milikmu"
"Apa maksudmu?" Mew sebenarnya mengerti, tapi ia usil memancing Gulf.
"Kau sudah mendapatkan hati pria tampan ini, pria yang akan selalu mencintaimu sampai kapanpun"
Mew tiba-tiba teringat akan keresahan hatinya.
"Boleh aku bertanya?"
"Silahkan"
"Jika suatu saat nanti orang-orang tahu kamu menyimpan rahasia orang sepertiku, apa yang akan kamu lakukan?"
"Melindungimu dengan cara apapun"
"Bahkan bila harus melawan mereka semua, aku tidak takut" Mew menyentuh dada bidang Gulf dengan tangan mungilnya. Pikiran nya kembali cemas.
"Tidur" Semakin mendekap erat tubuh Mew. Gulf lakukan dengan hati-hati agar tidak menekan Anaknya.
"Aku tidak bisa tidur"
"Kalau begitu bagaimana jika kita lanjutkan sex's---"
"Selamat malam" Mew cepat-cepat memejamkan mata.
Gulf hampir tidak bisa berkata apa-apa dan tersenyum.
"Selamat malam"
*Miunie*
To Be Continue,,,,
Lebih suka Pedas atau manis? 👀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top