SH - 32

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐺

.

.

.

.

Ini adalah malam paling tenang yang Mew pernah rasakan.

Gulf pergi karena urusan bisnis sejak 3 hari yang lalu dan Mos telah kembali setelah menetap 2 Minggu di mansion Gulf.

Mew menatap diam selembar kartu nama milik Mos di tangan kanannya. Tangan kiri senantiasa mengusap perut tanpa henti, sebanyak cinta seorang Ibu kepada Anak di dalam kandungannya.

Melihat sebuah tulisan 'Mosb Corp' pada kartu nama membuat Mew menghela nafas berkali - kali.

"Berapa lama lagi kontrakmu dengan Gulf habis?"

"3 bulan"

"Phi bisa membantumu untuk keluar dari sini lebih cepat, Nong. Itu kalau kamu mau"

Mew terdiam beberapa saat.

Bukan nya ia ingin menolak tapi---pertama, hanya tinggal 3 bulan. Jika ia bisa bertahan selama 9 bulan, mengapa tidak untuk 3 bulan? 3 bulan adalah waktu yang sangat cepat dan kedua, ia tidak mau merepotkan Mos, apalagi sampai membuat hubungan antara Gulf dan Mos menjadi tidak akur.

Dengan yakin Mew akhirnya berkata kepada Mos, "Phi, sebelumnya aku berterima kasih atas tawaran yang Phi berikan tapi dengan berat hati aku tolak. Aku yakin akan baik -baik saja selama disini. 3 bulan bukan waktu yang lama. Phi percaya kan sama aku?"

Mos melihat lurus kepada Mew.

*Phi percaya padamu, tapi tidak dengan Gulf* Lalu mengeluarkan sebuah kartu nama miliknya dari saku jas.

"Jika kamu sudah keluar dari tempat ini, segera hubungi Phi. Phi dan Bank akan datang menjemputmu"

"Ehm" Mew menerima kartu nama itu dan secara spontan tangan kiri mengusap perut seperti telah menjadi sebuah kebiasaan. Perut itu cukup besar dan terlihat di balik sweater tebal yang ia pakai. Mew tidak tahu jika gerak geriknya itu mengundang perhatian Mos.

"Perutmu sakit?"

"Ng? Tidak, Phi"

"Kenapa di usap-usap?"

Deg

Mew cepat-cepat menyingkirkan tangan nya.

"Hanya---kebiasaan?" Mew cengar-cengir dan hendak menjauh namun Mos mencekal tangan nya.

"Sebentar" Memperhatikan perut buncit Mew.
"Pencernaan mu tidak lancar? Sulit buang air besar? Ingin Phi antar ke rumah sakit?"

Mew mengerti bahwa Mos telah salah paham padanya tapi--bukankah itu sedikit melegakan? Setidaknya Mos belum mengetahui bahwa sebenarnya ia tengah hamil anak Gulf atau ia akan benar-benar marah dan kecewa. Apalagi jika mengetahui jati diri Mew yang seorang keturunan manusia rambut perak. Mungkin Mos tidak akan ingin bertemu dengan nya lagi.

"Aku terlalu banyak makan beberapa hari ini, Phi. Semuanya baik-baik saja" Tersenyum.

Mew kembali menghela nafas.

"Apabila Phi dan Bank tahu jika aku adalah orang yang paling dibenci oleh negara ini, apakah kalian masih mau berada disisiku? Atau memanfaatkan ku seperti yang Gulf lakukan?" Menaruh kartu nama itu di laci lalu merenung. Ia punya banyak waktu sekarang untuk melamun karena tidak ada manusia seperti Gulf yang akan mengganggunya sampai beberapa hari kedepan karena urusan bisnis.

15 Menit Kemudian

Setelah puas melamun, Mew meraih nampan berisi pakaian setengah jadi yang ia rajut sendiri memakai kedua tangan nya. Sebuah baju bayi yang berwarna kuning kombinasi putih dan sedikit warna cokelat dan hijau sebagai pemanis untuk anak nya nanti setelah lahir ke dunia.

Mew jadi sangat tidak sabar menantikannya.

Setiap jahitan, Mew lakukan dengan hati-hati dan teliti, guna agar setiap inci benang tidak menyakiti kulit sang buah hati.

Mew bisa saja membeli pakaian baru menggunakan uang tip yang Gulf berikan tapi ia merasa buatan tangannya jauh lebih bermakna dan indah dibandingkan membeli yang sudah jadi.
Lagi pula, ia tidak melakukan apa-apa dan merasa bosan jadi membuat beberapa pakaian untuk calon buah hati sama sekali tidak sulit baginya.

Di satu sisi, Gulf belum mengetahui tentang kegiatan barunya ini.

Butuh waktu sekitar 2 jam untuk menyelesaikan dan---

Taraaa~~~

Senyum Mew mengembang melihat hasil rajutannya sendiri.

Mew yakin bila calon Anaknya adalah perempuan karena ia sudah ngidam yang manis-manis dan benda cantik jadi ia dengan yakin pula merajut sebuah pakaian perempuan.

"Aku tidak sangka akan jadi secantik ini. Jadi tidak sabar untuk dipakaikan padamu, Nata kecil" Memeluk pakaian itu erat-erat.

"Nata?"

DEG

Mew terkejut oleh suara yang ia dengar dari arah pintu kamar.

"G--Gulf?" Cepat-cepat menyembunyikan pakaian di belakang tubuh.
"Kenapa kau pulang sekarang?"
 
"Siapa Nata?" Wajah Gulf mulai menunjukkan rasa tidak suka.

"Eh? N-Nata?"

"Kau barusan menyebutkannya"
"Selingkuhanmu?"

"Tidak! Eh itu----" Melihat Gulf mulai mendekat, Mew menjadi takut tanpa alasan. Ia segera menutup kedua mata setelah Gulf sudah berdiri tepat di depan nya.
"----itunamaanakku!"

Hening

"Ha---hahahahahaha"
"Nata?"
"Jadi, anak kita adalah perempuan?" Gulf mengusap kepala Mew dengan lembut, membuat Mew kembali membuka kedua matanya.

"Y--Ya"
"Sepertinya" Menunduk kecil.

"Sepertinya?" Gulf bingung sampai tangan nya tidak bergerak.

"A-Aku hanya menerka saja"
"Ada apa denganmu? Tiba-tiba datang dan membuatku takut"

Gulf menarik nafas sambil mengusap wajahnya. Jika Mew tidak memberitahu, ia tidak akan sadar bahwa sikapnya menakutkan di mata pria manis itu.

"Aku minta maaf. Perasaan hati ku sedang tidak baik akhir-akhir ini karena seseorang tidak bisa melayani ku lagi sejak dirinya hamil" Ujar Gulf sambil membuang jas dan dasi yang ia genggam sejak tadi.

"Kau membicarakanku?"

"Kau merasa demikian?"

"Kau---!!" Tangan yang ia kepal, membatu di udara. Jika saja Gulf tidak begitu menakutkan, Mew pasti sudah pukul belakang kepalanya itu.
"Ayo. Aku akan melayani mu sekarang tapi jika anakku keguguran karenanya, aku akan menyalahkan mu sampai 7 keturunan"

"Jika anak itu keguguran, bagaimana aku punya keturunan?"

"Kau masih punya calon istri wanita"

BRAK

Gulf menutup pintu lemari cukup kuat setelah mendengar kalimat tersebut, membuat Mew tersentak kaget.

Mew sadar bahwa ia telah salah bicara, jadi ia menutup mulut rapat-rapat lalu menundukkan kepala.

Gulf mendekati Mew kembali dan berbisik, "ingin dengar sebuah fakta menarik?"

"?"

"Aku hanya mengakui Anak di dalam kandunganmu sebagai Anak kandungku"

"Kenapa---"

Cup

Gulf membungkukkan tubuhnya untuk mengecup bibir ranum Mew, membuat kedua mata Mew membulat.

"---kau---"

Cup

Setiap Mew membuka mulut untuk bertanya, Gulf mengecup bibirnya berulang kali, membuat Mew menyerah.

"Cukup---aku tidak akan bertanya lagi" Mempoutkan bibir.

Gulf tersenyum gemas pada Mew dan ketika ia mendaratkan pantatnya di atas ranjang---

"AWW!!"

Mew kaget sampai loncat dari ranjang bersama Gulf.

"Ada apa?"

Gulf menarik sesuatu yang menusuk pantatnya kemudian tercengang.

"Kenapa jarum sepanjang ini ada di sini?" Mengangkat jarum itu dan melihatnya dengan raut bingung.

"Ah, itu jarum yang aku pakai untuk merajut" Mew meraih jarum itu lalu melihat ke arah Gulf dengan rasa bersalah atas keteledorannya.
"Jarum ini barusan menusuk pantatmu?" Gulf menganggukkan kepala.

"Haruskah aku ke rumah sakit?"

Mew berpikir sejenak dengan raut cemas.

"Bagaimana jika kita bertanya pada Phi Off?"

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

"Lain kali aku tidak akan percaya padamu lagi" Mew memicingkan kedua manik bulatnya pada Gulf karena telah di bohongi. Setelah insiden jarum yang tertusuk itu, Gulf melancarkan siasat liciknya dan berakting sekarat, membuat Mew percaya bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan tindakan pertama agar Gulf tetap hidup tetapi, bukan Gulf yang ada di atas brankar rumah sakit saat ini tetapi dirinya sendiri.

Mew kesal setengah mati.

"Ini demi kebaikan semuanya. Aku tidak terima sebuah terkaan tentang jenis kelamin anak kita"

"Sudah kubilang dia perempuan, kau malah tidak percaya---"

"Selamat Tuan, jenis kelamin anak kalian adalah laki-laki"

Hening

Gulf menaikkan sebelah alis, berekspresi seperti tengah mengejek terkaan Mew yang sepenuhnya salah.

Mew benar-benar malu di tempat sampai tidak ingin melihat Gulf.

"Bagaimana keadaannya?"

"Anak Tuan tumbuh dengan sangat sehat. Tuan bisa lihat melalui layar sebelah sini"

Gulf melihat layar USG dan mendapati wajah anaknya yang seperti sedang tidur lelap. Anak nya bergerak kesana kemari dan tangan mungilnya tidak bisa berhenti bergerak.

"Dia cukup lincah. Dia akan jadi atlet Golf terhebat di masa depan" Ujar Gulf lalu menghampiri Mew yang masih marah padanya.
"Kamu tidak mau lihat Anak kita?" Telunjuk Gulf memainkan bibir Mew yang cemberut. Mew tidak menjawab. Wajah Mew yang sedang marah entah mengapa menjadi sangat menggemaskan di mata Gulf.
"Aku bersalah. Aku tidak akan mengejekmu lagi"

"Janji?" Mengulurkan kelingking.

"Janji" Mengaitkan kelingking lalu membantu Mew untuk berbalik.

Derai air mata turun seketika melihat Anak yang ia sayangi di dalam perut, kini bisa ia lihat wujudnya dalam bentuk 2D.

"Ini Anak ku--hiksss?"

"Benar. Tepatnya, Anak kita" Ucap Gulf diakhiri kecupan singkat pada pucuk kepala Mew.

Mew mengulurkan tangan, menyentuh layar USG itu secara perlahan dan tiba-tiba saja, usapannya berhenti dan ia menarik tangannya kembali.

"Dokter, bisakah saya bertanya?"

"Silahkan, Tuan Mew"

"Anak ini mengikuti Gen saya atau dia?"

"Kamu kenapa bertanya tentang itu? Tentu saja Gen kita berdua" Mengusap rambut Mew.

"Maaf, itu diluar ranah saya. Jika demikian, maka Tuan bisa lakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada yang lebih ahli dibidang ini"
"Tapi, saya melihat pada struktur wajah anak Tuan, dia memiliki mata yang besar, alis tebal, hidung yang mancung, dan bentuk rahang yang tegas milik suami anda" Dipuji demikian, Gulf merasa sombong sambil tidak dapat menahan senyumannya.

"Jika struktur wajah Anak saya semuanya mirip dia jadi, saya hanya dapat hikmahnya saja?" Baik sang dokter maupun Gulf tertawa atas lelucon Mew namun, Mew sendiri mulai khawatir pada hal yang belum terjadi.

Mew khawatir Anak nya memiliki Gen rambut seperti dia.

Mew tidak ingin Anaknya mendapat perlakuan yang sama seperti dirinya. Dikucilkan oleh masyarakat. Mengikuti Gen Gulf tentu adalah pilihan yang baik daripada harus ikut menderita seperti apa yang ia pernah alami.

Sepertinya ini akan menjadi beban pikiran Mew sampai Anak itu lahir.

Gulf terus melirik Mew yang diam sejak keluar dari ruang USG. Kadang-kadang air mata Mew menetes dan setiap kali ia bertanya, Mew akan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Gulf jelas tahu apa yang Mew pikirkan saat ini. Ia hanya tidak menemukan kata penenang untuk si manisnya tersebut jadi ia memilih untuk diam sejak tadi tetapi tangan nya senantiasa berada di punggung Mew, menenangkan secara hati-hati.

"Aku tahu apa yang kamu khawatirkan tapi aku akan katakan hal ini dengan jelas. Jangan khawatir. Siapapun Anak itu nanti, aku pasti akan menjaga nya dengan baik. Biar bagaimanapun, dia adalah darah dagingku sendiri. Tidak peduli dia terlahir mengikutimu atau mengikutiku. Aku tidak dapat mengabaikannya hanya karena dia keturunan manusia rambut perak sepertimu" Gulf menggenggam tangan Mew dengan lembut dan tersenyum.

"Gulf---hiks" Mew hapus air mata itu. Air mata yang tidak henti-hentinya turun sekalipun Mew menyuruhnya untuk berhenti.

Gulf memeluk Mew dengan sangat erat.

"Tolong untuk tidak memendam masalah sendirian, na. Bagi rasa resahmu padaku agar kita bisa cari solusinya sama-sama"
"Aku akan cari cara untuk menjaga kalian berdua dari bahaya di masa depan"

"Hikss hik--hikss cukup jaga Anak ini saja. Kenapa perlu menjagaku juga? Hikss. Aku hanya pelacur kontrakmu. Aku tidak pantas mendapat penjagaan darimu"

Gulf menggenggam kedua pipi berisi Mew lalu menatapnya dengan sangat lekat.

"Karena aku---"
"--- menyukaimu"


To Be Continue,,,,


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top