SH - 28

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰

.

.

.

.

"Apa kabar, Mew Suppasit?" Tersenyum.

Mild dan Mew sontak melihat ke arah suara dengan raut terkejut.

"Tuan Mos/Phi Mos?"

Mos berjalan mendekati mereka berdua di meja makan dengan kedua tangan ia sisipkan di saku celana.

"Mengapa anda datang tanpa pemberitahuan, Tuan Mos?"

"Terserah aku"

",,,,,," Mild menekan lidahnya.

"Bisa kau pergi? Aku ingin bicara berdua dengan nya" 'Dia' merujuk pada Mew.

"Baik, Tuan, saya permisi" 

Setelah melihat Mild pergi, "apa kabar, Nong"

"Aku baik, Phi" Mew melihat ke belakang seperti tengah mencari seseorang.

"Bank tidak ikut karena Gulf memberinya banyak sekali pekerjaan"

Seolah tertangkap basah, Mew menyunggingkan bibirnya.

"O-Oh. B-Bagaimana Phi tahu kalau aku ada di sini?"
"Apakah Bank juga tahu?"

Mos mengangguk, mengiyakan.

"Dia yang suruh Phi untuk datang dan melihatmu"
"Oh iya" Mos berbalik untuk mengambil beberapa kotak dari tangan bodyguardnya.
"Ini oleh-oleh dari Bank untukmu"

Mew menerimanya, masih dengan raut kaget.

"Terima kasih, Phi" Mew membuka kotak itu dan menemukan beberapa jenis kue buatan tangan yang Mew kenali adalah buatan Bank sendiri. Dulu saat Bank masih kuliah dan mereka sering bertemu, Bank suka sekali memamerkan hasil bikinan kuenya pada Mew. Mew ambil salah satu kue itu lalu ia curi-curi hirup aromanya sebelum ia taruh ke dalam mulut.

Mos memperhatikan bagaimana raut Mew yang tadinya senang, menjadi agak aneh.

"Bagaimana? Apakah itu enak?"

Rasa dari kue itu membuat Mew ingin berkata kasar.

"Asam. Lembek. Pahit"

"Huh? Terakhir Phi makan enak, kok" Mulai berpikir.
"Apakah karena terlalu lama bersama Phi?"

"Seberapa lama?"

"2 Minggu"

"Pwehhh Peh pwehh" Melepeh.

2 Minggu. Mew sampai nangis haru.

Pantas saja rasanya asam dan pahit, kue itu rupanya sudah basi.

Menyadari kesalahannya, cepat-cepat Mos minta maaf.

"Anu---Phi minta maaf. Nong jangan bilang ke Bank, ya. Tadinya Phi ingin langsung kesini tapi di tengah jalan tiba-tiba perusahaan Phi mendapat banyak masalah jadi Phi selesaikan itu dulu dan tidak terasa 2 Minggu berlalu begitu saja" Jelas Mos dengan raut bersalah.

"Tidak apa, Phi. Aman"

Mos merasa lega karena Mew tetaplah Mew. Adik manis yang ia sayangi. Yang mengerti tentang keadaannya.

"Apakah kamu baik-baik saja selama disini?"
"Bagaimana dia bisa menjebakmu?"

"Uhukk uhukk"
"H-Huh? Maksud Phi?"

"Phi tau Gulf orang yang seperti apa. Kamu bisa ada di sini karena kontrak pribadi dengannya, kan? Dia memaksa mu tentang apa?"

"Itu----"

"Apa maksudmu? Aku memaksanya?" Suara bariton tiba-tiba masuk ke dalam percakapan Mos dan Mew. Orang Itu adalah Gulf. Ia tengah menuruni anak tangga dengan pakaian jas rapi.

"Sudah lama aku tidak melihatmu, Gulf Kanawut"

Gulf berhenti di tengah anak tangga. Menatap tajam Mos dari jarak itu.

"Ikut. Ada yang ingin ku bicarakan denganmu"

Mos melirik Mew sebelum mengikuti Gulf ke lantai atas.

Mew melihat kepergian mereka lalu berpindah ke kotak kue di tangannya.

"Bank pasti kecewa padaku. Dari awal dia sudah mengawasiku agar tidak terlalu dekat dengan Gulf dan sekarang aku malah terjebak oleh orang itu" Mew murung di tempatnya sampai Mos dan Gulf kembali beberapa saat kemudian.

"Baiklah, Nong, sebentar lagi Phi dan Gulf akan bermain Golf bersama. Kalau kamu luang, mari ikut kita bermain"

Mew berpikir sejenak, tidak sengaja melirik Gulf yang sedang memperhatikannya kemudian menganggukkan kepala.

"Baik, dan satu lagi----"

Drrrtttt

Drrrtttt

"Sebentar, Phi jawab panggilan ini dulu"

"Khab"

Mos pergi sedikit menjauh dan di kesempatan itu, Gulf menarik pergelangan tangan Mew menuju ke suatu tempat.

"Sakit. Kau mau bawa aku kemana?"

"Ikut saja tanpa banyak bertanya"

Gulf membawa Mew masuk ke dalam sebuah ruangan berlapis kaca. Terdapat 2 sofa berukuran panjang berwarna hijau di dalamnya.

Setelah mereka berdua masuk, Gulf langsung menghimpit Mew ke dinding kaca. Melumat-paksa daging tebal nan hangat milik Mew hingga sang empu sedikit kesakitan dan sulit mengatur nafas.

"Ehmmpp,,,mmmmpp lep--asmmmpppp"

Tangan Gulf tidak tinggal diam. Entah sejak kapan sudah menelanjangi bagian tubuh bawah Mew.

"Mppppphhh lepass----aku tidak mau" Mendorong dada Gulf dengan segenap kekuatan.

"Menolak? Kau lupa dengan kontrakmu?"

"Kumohon biarkan aku hari ini saja. Aku sedang tidak enak badan"

"Apa aku harus peduli?" Gulf kembali mendekat, memasukkan 2 jari ke dalam lubang kering Mew.

Sakit.

Mew menjerit ketika jari itu mengobrak-abrik anus nya tanpa pelumas, menyebabkan lubang itu menjadi warna merah dengan cepat.

Entah mengapa semesta tidak mendukungnya untuk kabur, di saat itu Mos datang. Masih melakukan panggilan, Mos jalan tanpa tujuan dan tidak sengaja berjalan ke arah ruang kaca dimana GulfMew berada.

Mew adalah orang pertama yang melihat kedatangan Mos dan menjadi sangat panik. Walau di dera kesakitan, kesadarannya masih ada. Mew coba untuk cari tempat sembunyi tapi di ruangan itu hanya ada sofa. Pula, itu tidak tinggi sehingga tidak cukup untuk menyembunyikan tubuhnya .

"Phi Mos. Phi Mos datang. Phi Mos melihat kita" Mew harap Gulf akan berhenti tapi nyatanya ia malah ditarik ke sofa dan didudukan ke atas kedua paha.
"Apa kau buta???! Phi Mos melihat kita!!" Mew bicara dengan putus asa sambil menunjuk ke arah kaca dimana Mos berada. Tidak sengaja Mew menoleh dan bertemu dengan tatapan Mos, seakan Mos melihatnya juga. Butuh beberapa detik Mew sadar dari keterkejutannya dan menjadi sangat ketakutan.

Apa yang akan Mos katakan nanti pada Bank setelah melihat kegiatan mesumnya dengan Gulf? Itu adalah yang Mew pikirkan pertama kali.

Gulf puas melihat ketakutan Mew sejak tadi dan mulai berkata, "ruangan ini dilapisi kaca 1 arah. Kau dapat melihatnya, tapi dia tidak dapat melihat kita" Menyibak kemeja Mew ke atas lalu menyusu di salah satu puting secara bergantian.

Gulf tidak mengerti. Mew adalah seorang pria tapi ia sungguh merasakan ada cairan kental keluar dari sana seperti susu.

Mew melirik Gulf dan berkata dalam hati, *kau tidak bicara omong kosong, kan?*

"Aku serius" Gulf mengocok penisnya lalu menempatkan penis itu di depan lubang anus Mew.
"Satu hal yang kamu harus tahu. Ruangan ini---"
Gulf mendekati ceruk leher Mew dan berbisik, "----tidak dilapisi peredam suara"

Jleb

"Acckkkkkkkhhhh----mppp" Gulf membenamkan penisnya sedalam mungkin dan dapat Mew rasakan penis Gulf sudah berada perut tanpa aba-aba.

Tidak memakai peredam suara itu berarti---Mew menggigit bibir kuat-kuat.

Mew dapat melihat dari sudut mata Mos tengah kesana kemari mencari sesuatu. Seperti nya ia mendengar jeritan Mew barusan.

"Kau sengaja, kan?!" Marah Mew.

Gulf melengkungkan bibir. Ia membuka lebar paha Mew lalu membenamkan ciuman dalam di bibir sambil bagian bawahnya menerobos keluar masuk berkali kali seperti bor sampai Mew ingin menjerit untuk kedua kali. 

"Ahhhh hahh mhhh hahh hahh"

"Ahhhhh pelan--pelan hikss hahhh sakit hikkssss--mmpp" Karena Mos masih ada di luar sana, mau tidak mau Mew harus menahan suaranya. 

"Apa sakit?"

"Kau pikir?!!!"

"Kupikir itu nikmat"

Sesuatu yang keras bergerak lebih cepat, menggesek daging-daging yang licin dan basah.  Seketika rasa nyeri merambat sampai ke sumsum tulang sampai Mew tidak dapat menahan jeritan nya lagi.

"Kau keparat!!!" Umpat Mew sambil berbisik.

"Kau bisa berteriak dengan keras. Dia sudah pergi"

Hanya saat Mew mulai beradaptasi, Gulf bergerak lebih cepat dan dalam, mengaduk isi perut Mew dan menyentuh titik sensitif di dalam dirinya.

"Ahhh hahhh pelan--hikss ahhh dalam mmmhhhh" Rasa sakit perlahan memudar, meninggalkan sensasi nyeri namun menyenangkan.

Crotttttttt 💦💦💦 ,,, crotttttt 💦💦

Crottttt 💦💦,,,  crotttttt 💦💦,,  crotttttt 💦💦

Tidak butuh waktu lama, keduanya klimaks secara bersamaan. Satu di dalam dan satu lagi di luar, mengenai area perut sixpack milik Gulf.

Mew merasakan tubuhnya 2x lebih lelah dari biasanya dan berakhir pingsan sedangkan Gulf tetap melanjutkan. Baru setelah 4 ronde berakhir, Gulf melihat area sekitarnya dipenuhi sperma lalu menyunggingkan senyum. Ia jatuh di sisi kiri sambil memeluk Mew erat-erat.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Pukul 15:00

Mos sudah berdiri di lobby mansion Gulf dengan perlengkapan Golf. Berpakaian rapi dimulai memakai kemeja berwarna merah maroon, celana Jeans, sepatu kets hitam, serta topi hitam di kepala, menambah ketampanan pria berumur kepala 3 tersebut.

Sesaat kemudian, Mew keluar dengan setelan santai. Kemeja putih, celana jeans hitam, dan sepatu kets warna putih.

Mew nampaknya berniat untuk duduk di sebuah sofa namun sialan, pantatnya sangat sakit. Mew tidak tahu berapa lama Gulf menggempurnya saat ia pingsan tapi ingatkan ia untuk menendang penisnya nanti jika bertemu.

"Nong Mew, kamu kenapa?"

"A-Aku tidak apa-apa, Phi hehehe"

"Phi perhatiin seperti kamu tengah menahan sakit"

"Ahh tidak tidak. Aku baik-baik saja, kok. Cuma pantatku aja yang sedikit sakit---hump" Mew keceplosan.
*Mulut sialan*

"Pantatmu sakit?" Mos memperhatikan Mew dengan raut serius.
"Maksudmu kamu---- jangan-jangan---"

"Ya?"

"Ambeien?" Mew menyerah. Walau masih sakit, ia bergegas menjauh dari Mos.
"Nong, mau kemana? Tunggu Phi"

Sesampainya di lokasi, Mew melihat pemandangan langka di sekitar yang nyaman dan segar.

"Cantiknya"

"Kamu tahu? Taman ini Phi yang buat"

"Phi serius?"

"Tentu saja" Mos menghadap ke arah Mew.
"Kamu sudah tahu kan kalau Golf Mediterania ini punya 2 pemimpin? Satu Gulf dan satunya lagi adalah Phi"

Mew sedikit terkejut.

"Lalu para investor VIP itu?"

"Mereka juga termasuk pemilik tempat ini tapi skalanya kecil sekali 🤏"

"Oh" Mew mengangguk mengerti.

Tidak lama kemudian Gulf menghampiri mereka dengan raut segar bugar, ditatap dengan raut kusut milik Mew.

"Dari mana saja kau? Lama sekali. Jadi bertanding?" Tanya Mos kepada Gulf.

"Tentu" Gulf mendahului Mos.

"Mew, ayo"

"Phi, aku disini saja menonton kalian bermain. Aku sedang tidak enak badan"

"Baiklah" Mos melihat sekitar lalu mengeluarkan kartu kredit dari saku kemeja dan menaruh kartu itu di tangan Mew.
"Silahkan pilih makanan atau minuman yang kamu mau di supermarket sana sambil menunggu kita bermain. Sepertinya agak lama. Mild akan menemanimu"

Mild yang sejak tadi bengong sontak terkejut.

"Saya?" Menunjuk diri sendiri.

"Ya, siapa lagi yang bernama Mild disini?"

"B-Baik, Tuan"

"Terima kasih banyak, Phi. Ku doakan semoga Phi yang menang"

"Kalau Phi menang kamu mau kasih hadiah apa?"

"Eh?"

"JADI TIDAK, SIALAN??!!" Teriak Gulf.

"YA!!" Mos reflek mengejar ketertinggalannya dan Mew bersama Mild menuju supermarket.

"Kalau kau tidak mau temenin aku, kau bisa pergi ke Tuanmu disana daripada aku lihat wajah jelek mu disini"

Mild menarik nafas dalam-dalam lalu mendahului Mew sambil berkata, "traktir aku"

Mew merenggut namun ia tetap mentraktir Mild memakai kartu milik Mos.

Mew duduk di sebuah kursi depan supermarket sambil menikmati ice bubble cokelat yang ia beli. Melihat di kejauhan Mos tengah memukul bola Golf memakai stik, begitupun juga dengan Gulf. Mereka sangat tampan ketika bermain dengan hobinya.

Tidak jauh dari tempat Mew, ada banyak wanita dari berbagai bidang profesi di Golf Mediterania ikut menonton kejadian langka itu. 2 pangeran tampan kaya raya yang sedang bermain Golf bersama.

"Mew?"

Mew melirik ke arah suara. "Jessica?"

"Astaga, kau masih ingat aku? Aku tersanjung"

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Kau?"

"Baik juga" Mew bingung ingin bicara apa lagi. Matanya melirik kesana kemari dan tidak sengaja melihat gelang yang dipakai jessica. Gelang mewah berlapis berlian dan kelihatannya mahal.
"Gelangmu cantik"

Jessica nampak terkejut dan pelan-pelan menyembunyikannya.

"Hahaha, terima kasih"
"Jam tanganmu juga cantik. Kelihatannya sangat mahal"

Kini Mew yang dibuat kaget. Ia tidak menyangka Jessica akan memperhatikan jam tangannya. Jam tangan itu bermerek Richard Mille dan itu adalah milik Gulf yang asal ia pakai karena ada di atas meja. Memang bentuknya sangat cantik tapi siapa sangka jam tangan cantik itu bernilai setara dengan sebuah rumah mewah kelas atas.

Mew ikut menyembunyikan jam tangannya.

"Terima kasih, tapi ini bukan milikku. Aku hanya pinjam" Ujar Mew malu-malu.

"Benarkah? Apakah aku boleh meminjamnya juga?"

"Ya?"

"Aku mau pinjam. Boleh? Nanti aku kembalikan padamu lagi"

Mew merasa aneh pada wanita itu.

"Maaf tapi aku sudah katakan jika jam tangan ini bukan milikku"

"Kenapa kau begitu pelit?"

"Hah? Aku? Pelit?"

"Semua yang ada disini sudah tahu kalau kau adalah sekretaris pribadi Gulf Kanawut. Dengan bayaran setinggi itu dan semua fasilitas yang kau dapatkan, bukankah itu enak? Sedangkan aku, hanya bertemu dengan tamu tua itu. Harta yang ku peras masih tidak sebanding dengan bayaran mu per malam dengan Gulf---"

"Apa yang sedang kau coba katakan sekarang ini? Aku sungguh tidak mengerti"

Jessica melipat kedua tangan di depan dada.

"Beritahu aku, bagaimana cara menjadi sekretaris pribadi Gulf sepertimu? Gaya seks seperti apa yang disukai olehnya? Apakah aku harus jago di ranjang sepertimu baru di terima?"

Mew sontak bangkit berdiri. Ia lupa dengan rasa sakit di pantatnya karena rasa sakit itu sudah berpindah ke hati.

"Sepertinya kau mabuk. Mari akhiri pembicaraan ini" Mew hendak pergi namun tangannya di cekal oleh Jessica. Di tengah kesempatan, tangannya menyelusup ke jam tangan yang Mew pakai.

"Aku belum selesai bicara
"Bagaimana kau bisa berakhir dipilih olehnya? Sepertinya apa yang dikatakan orang-orang adalah benar bahwa kau seorang jalang murahan---"

PLAKKK

"JANGAN PERNAH KAU MUNCUL DI HADAPANKU LAGI" Setelahnya Mew pergi, di ikuti Mild yang baru saja datang entah darimana. Sedangkan Jessica, menatap sinis punggung Mew dan tersenyum setelahnya dengan Richard Mille di tangan .




To Be Continue,,,,





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top