SH - 27
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐣
.
.
.
.
"Ternyata kamu disini" Sahut seorang anak manis yang memiliki rambut perak. Gupi yang sejak tadi melamun dengan bekas luka pukulan di sekujur tubuh, melihat ke sumber suara. Wajah anak itu blur sehingga Gupi menyipitkan mata berkali-kali untuk dapat melihat lebih jelas.
"Mereka memukulmu lagi??"
Gupi diam sebagai jawaban. Ia menyerah untuk melihat wajah anak itu karena seberapa lama ia mencoba, wajah anak itu tetapi tidak terlihat. Sepertinya ia memang belum ditakdirkan untuk melihat wajah anak itu secara jelas.
"Kenapa aku tidak dapat melihat wajah Phi secara lebih jelas?" Tanya Gupi dengan wajah polosnya.
Anak itu sontak terdiam lalu tertawa keras.
"HAHAHAHAHA---hei, apa maksudmu? Kamu sedang menggoda Phi sekarang?" Walau Gupi tidak dapat melihat raut itu, ia yakin, anak itu memiliki senyum yang indah dan manis melalui siluet.
Anak itu bangkit berdiri lalu menguraikan tangan ke arah Gupi.
"Ayo, aku akan mengobatimu di UKS"
Gupi meraih tangan itu dan bangkit berdiri.
Baik Gupi dan anak itu menuju UKS. Gupi melihat sekeliling dan mendapati sekolah itu tampak kosong. Tidak ada seorang pun selain dia dan anak rambut perak dan ia pun bertanya, "kenapa sekolah tidak ada orang?"
"Karena jam pelajaran sedang dimulai"
"Lalu mengapa Phi ada disini?"
Anak itu berhenti lalu bertolak pinggang.
"Tentu saja untuk membantumu. Ayo cepat sebelum jam pelajaran selesai. Kita harus cepat sampai di ruang guru saat jam istirahat supaya kita tidak bertemu dengan mereka" Menarik tangan Gupi.
Mereka? Siapa yang dimaksud oleh anak rambut perak itu?
Kejadian dipercepat dan kini Gupi telah diobati. Hampir 40% tubuhnya di balut perban.
"Ini hanya luka kecil. Kenapa Phi memperban semuanya?" Gupi yakin anak itu tidak pandai mengobati, terlihat kekehan bodoh nya yang terdengar.
.
KRINGGGGG KRINGGGGG
.
Bel istirahat terdengar dan hal itu segera membuat rambut perak itu reflek bangkit berdiri.
"Ayo cepat ke ruang guru"
Gupi segera bangkit dan berlari mengikuti rambut perak itu dari belakang namun nahas, saat sampai di terowongan dekat dengan ruang guru, di ujung jalan sudah banyak anak laki-laki seusia mereka sudah menunggu. Baik ketika Gupi berbalik pun, di ujung lorong tempat mereka datang, sudah terisi banyak laki-laki dengan senyum menjengkelkan di wajah. Kini mereka jelas dikepung.
"Mau kemana? Urusan kita belum selesai" Ucap seseorang di ujung lorong.
*Wajah mereka juga tidak terlihat dengan jelas*
"Tolong hentikan. Kenapa kamu suka mengganggu kami? Kami tidak pernah cari masalah dengan kalian" Ucap anak rambut perak.
"Karena menyenangkan mengganggu hama negara sepertimu dan anak yatim piatu disana" Tersenyum. Salah satu anak laki-laki dengan tubuh tegap yang diyakini adalah seorang pemimpin geng, mulai melangkah ke arah Gupi dan rambut perak, di ikuti pengikutnya dari belakang.
.
BUGHH
.
Begitu sudah dekat, laki-laki itu langsung menendang perut rambut perak hingga tersungkur ke belakang.
"PHI!!!" Sebelum mendekat ke arah rambut perak, sebuah tangan melingkar dan menekan bahu kecil Gupi.
"Hei, Nong Gupi. Kudengar kau mau di adopsi keluarga kaya raya, ya? Oh betapa beruntungnya hidupmu"
Gupi terlihat kaget dan menatap tak suka.
"Darimana kau mendengarnya?"
"Berita menyebar dengan cepat, Nong" Tersenyum.
"Phi minta maaf telah memukulmu tadi pagi. Semua itu hanya bercanda. Kau tahu itu, kan?"
"Eh, daripada kamu berteman dengan hama negara itu, bagaimana kalau kamu bergabung dengan kelompok Phi? Phi akan mengajarimu cara untuk bersenang-senang dan memperlakukanmu dengan baik"
"Tidak mau"
"Apa?!"
Gupi menepis tangan itu dari bahunya lalu lari menuju rambut perak yang sudah berdiri agak jauh dari mereka.
"Kalian jahat! Gupi tidak sudi berteman dengan kalian"
Laki-laki itu menekan lidahnya di dalam pipi, menahan amarah.
"Hei, Nong, tidak ada untungnya kamu berteman dengan hama negara itu. Negara saja tidak peduli dengan hidupnya, bagaimana dia akan bertahan hidup untuk berteman denganmu?" Sambil bicara, laki-laki itu kembali mendekati keduanya. Dengan gerakan cepat, ia mendorong Gupi ke arah teman nya dan Gupi segera di tahan oleh mereka sementara rambut perak itu di pukul bagian pelipis dan perut dengan kuat hingga kembali tersungkur di lantai.
"HENTIKAN!!! JANGAN PUKUL DIA LAGI!!!!!!!!"
Laki-laki itu menyeringai kepada Gupi. Ia berjongkok lalu menjambak rambut perak itu dengan kuat hingga terdengar desis rintihan.
Gupi bisa melihat melalui silet wajah anak itu terdapat noda darah, membuat Gupi merasa sangat marah terhadap orang yang memukulinya.
"HENTIKAN!!!! KALAU KAU TIDAK MAU BERHENTI, GUPI AKAN LAPORKAN KALIAN KE GURU!!!!" Semua tertawa. Gupi melihat mereka tertawa dalam raut bingung.
"Hei, Nong, kau bodoh atau apa? Bahkan negara saja tidak peduli terhadap hidupnya, apalagi sekolah? HAHAHAHAHA"
.
BUGHHH
BUGHHH
.
Rambut perak itu kembali dipukul bertubi-tubi dan diterima dengan pasrah. Bukan nya ia tidak bisa melawan, hanya saja mereka dari kalangan orang berpengaruh di sekolah. Anak rambut perak itu sudah tahu apa yang akan terjadi padanya jika ia berani melukai salah satu dari mereka. Oleh karena itu, ia hanya bisa diam sambil menahan rasa sakit bertubi-tubi.
"Hentikan, jangan pukul dia lagi. HENTIKANNNNNNN!!!!"
DEG
Gupi membuka kedua mata secara reflek.
"Ahh, mimpi sialan itu lagi" Ia mengusap wajah secara kasar dan melihat ke sebelah kiri.
BADUM
Gulf harus kembali terkejut karena ada seseorang di sampingnya. Gulf tidak tahu siapa orang itu karena seluruh tubuhnya tertutup selimut, menyisakan pucuk kepalanya yang mencuat malu-malu.
"Siapa? July? Jalang itu berani masuk ke kamarku sekarang?" Perlahan-lahan menarik selimut untuk melihat siapa orang tersebut dan ia harus kembali terkejut untuk yang ketiga kalinya karena orang itu adalah----
"Mew?!" Siapa sangka, orang yang anti terhadap sentuhan selama seminggu ini tiba-tiba ada di atas ranjang dan tidur bersamanya. Antara bingung dan senang, bercampur jadi satu di dalam Gulf. Baru saja Gulf akan bergeser untuk mendekat, ia merasakan sebuah benda tajam menyentuh permukaan kulit dadanya yang tidak tertutup sehelai benang. Gulf melihat benda itu dan terkejut untuk yang keempat kalinya.
"Pisau?" Mew menggenggam pisau dapur dengan mata pisau mengacung ke arah Gulf. Melihat situasinya, Gulf mengambil kesimpulan bahwa Mew ingin tidur bersamanya namun untuk mencegah agar Gulf tidak ambil kesempatan, Mew memakai pisau untuk berjaga-jaga.
"Sial, lucunya" Gulf terkekeh.
Gulf ambil alih pisau itu pelan-pelan dari tangan Mew kemudian ia taruh di bawah ranjang.
Gulf melihat Mew tidur begitu pulas. Betapa menggemaskan wajah itu. Bibirnya tebal, hidungnya pesek, bulu matanya panjang, serta kulitnya yang putih bersih tanpa cela. Bahkan seorang July kalah dari pesona Mew. Pipi Mew cukup berisi belakangan ini karena banyak makan, padat dan bulat seperti bakpao, membuat Gulf beberapa kali ingin menggigit pipi itu ketika melihatnya.
Gulf menarik Mew ke pelukan dan mempereratnya. Rasa nyaman, tenang, dan hangat langsung menembus hati Gulf yang dingin seperti es.
Gulf tidak tahu pastinya kapan keberadaan Mew membuat hatinya kian menghangat. Terbukti dari ia tidak melakukan kekerasan sehingga Mew tumbuh tanpa luka pada sekujur tubuhnya.
Sesekali Gulf menghirup aroma dari pucuk kepala Mew yang memiliki khas vanilla, aroma kesukaan Gulf. Dilihatnya rambut Mew yang berwarna cokelat merata di semua helai, Gulf meyakini Mew semakin berhati-hati. Diusapnya kepala Mew berulang kali, dibantu oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar dan menyinari wajah Mew, membuat Mew semakin bersinar seperti malaikat kecil nan polos yang tersesat di bumi.
Memandangi wajah Mew sambil teringat mimpi tentang anak rambut perak mungkinkah---anak itu adalah Mew?
Semuanya masih teka-teki yang belum jelas namun, ia harus segera melakukan sesuatu untuk mencari jawaban.
"Mmh" Lenguh Mew di pelukan Gulf.
"Hm? Kenapa? Sulit bernafas? Pesek, sih" Sedikit melonggarkan pelukannya sambil terkekeh. Beruntung Mew masih tidur lelap sehingga tidak mendengar ucapan nya barusan atau Mew akan marah padanya lagi.
.
TOK TOK TOK
.
"Tuan"
Gulf memaki Mild didalam hati karena telah mengganggu waktu bersama Mew. Perlahan Gulf bangkit berdiri lalu melangkah ke arah pintu.
"Kuharap kau membawa pesan penting karena telah mengganggu waktuku, Mild" Ucap Gulf setelah membuka pintu.
"Maaf, Tuan. Saya hanya ingin bertanya, ikan-ikan ini mau ditaruh dalam kulkas atau langsung di masak? Ada 5 jenis ikan yang sudah saya tangkap di laut lepas, sesuai permintaan Tuan" Ucap Mild sambil mengelap peluh keringat.
Oh, tentang permintaan itu, sebenarnya Mew yang ingin makan ikan hasil tangkapan di laut lepas dan ingin ikan tersebut ditangkap secara langsung. Tetapi Gulf tidak mengatakannya secara jujur kepada Mild karena pasti Mild tidak akan melakukannya jika itu adalah permintaan Mew.
"Kau bisa memasaknya langsung"
"Baik, Tuan"
Sesaat setelah Gulf menutup pintu dan berbalik, Mew sudah bangun. Ia duduk bersandar pada kepala ranjang sambil mendengarkan dalam diam.
"Ikan mu sudah sampai dan sedang di masak"
"Aku dengar"
Gulf berangsur duduk di sebelah Mew.
"Kulihat perutmu semakin membuncit kian hari"
"Hamil?"
"Omong kosong. Itu karena aku banyak makan"
Gulf tersenyum karena kebohongan Mew.
"Mau kah kamu ikut pergi bersamaku ke rumah sakit untuk periksa?"
Mew melototi Gulf.
"Aku tidak sakit. Tidak perlu pemeriksaan" Ini sudah 1 minggu sejak Gulf menanam benihnya kembali di dalam Mew, sehingga Gulf tidak sabar untuk melihat hasilnya apakah Mew manusia rambut perak itu atau bukan. Dan jika ternyata Mew adalah orang itu maka----
"Aku tidak akan hamil. Tidak perlu buang-buang waktu" Mew bergegas turun dari ranjang Gulf.
"Tunggu" Perintah Gulf membuat Mew berhenti di tempat.
"Kenapa kau tidur di kamarku?"
Mew reflek gugup.
"Hanya---tidur"
"Di kamarku ada kecoa"
"Oh, begitu" Gulf terkekeh.
"Baiklah, kau sudah bisa keluar sekarang. Besok-besok kalau ingin tidur disini lagi--" Gulf melirik Mew dengan senyum nakal.
"---kau bisa bilang dulu padaku. Aku akan menunggu kedatanganmu dengan banyak persiapan"
"Jangan harap" Mew keluar pintu kamar tanpa melihat ke belakang.
"Lucunya"
Di sisi lain,,,,
Mew mendesah kesal mengingat ia ketahuan tidur di kamar Gulf. Padahal, ia berencana hanya tidur sebentar dan pergi sebelum Gulf bangun.
"Haishhh memalukan" Mengusap wajah dengan mulut penuh makanan. Mew tidak mengerti mengapa tubuh nya tiba-tiba menginginkan aroma Gulf di malam hari sehingga membuat Mew tidak bisa tidur sampai beberapa jam kemudian dan menyerah lalu pergi ke kamar Gulf, sementara itu, Mild menatap tajam kepada Mew yang tengah asik makan ikan hasil pancingannya di atas meja.
Hatinya panas. Wajahnya merah seperti kepiting rebus. Lengan baju sudah ia sisipkan ke atas sejak pulang dari laut lepas.
"JADI KAU YANG BUAT PERMINTAAN BODOH ITU? ASAL KAU TAHU, AKU HAMPIR JADI HIDANGAN PENUTUP HIU-HIU DISANA"
"Wah, selamat" Jawab Mew, sekena nya.
"KAU---" Mild langsung diam ketika mendengar langkah kaki di sisi kiri. Mew ikut reflek melihat ke arah tersebut dengan raut wajah shock.
"Apa kabar, Mew Suppasit?" Tersenyum.
To Be Continue,,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top