SH - 25
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐺
.
.
.
.
"Gupi"
Deg
"Ngh" Anak kecil berumur 8 tahun yang bernama Gupi itu melenguh singkat di lantai yang sangat kotor. Saat itu ia masih memakai seragam sekolah.
"Gupi"
"Siapa?" Anak itu bergerak untuk duduk sambil memegang siku tangan nya yang sakit dan luka sambil melihat ke kanan dan kiri untuk melihat siapa yang telah memanggilnya namun, ia tidak melihat seorang pun disana.
"Gupi, aku kesakitan"
Anak yang bernama Gupi itu memastikan sekali lagi sambil memutar-mutarkan tubuhnya.
Kosong
Hanya ada dirinya di ruang yang gelap nampak seperti gudang tersebut.
"Siapa disana?"
"Gupi hiks. Sakit. Tolong aku"
"Siapa---"
DEG
Gupi mematung saat melihat sosok anak yang berumur tidak jauh darinya, terbaring lemah di lantai yang jaraknya jauh dari dirinya saat ini.
Hal yang pertama kali Gupi lihat adalah rambut anak itu yang berwarna perak. Tidak hanya sehelai atau 2 helai rambut, namun seluruh rambutnya benar-benar berwarna perak.
"Gupi, tolong aku. Tubuhku sakit sekali, hiks" Anak itu terus meraung kesakitan namun tidak sekalipun ia menoleh ke arah Gupi. Masih tetap membelakanginya.
"Kau siapa?" Dengan mengumpulkan keberanian, Gupi mendekati laki-laki yang membuatnya penasaran sambil tertatih. Tangan kecilnya menekan luka di siku tangan satunya. Terlihat anak laki-laki itu memakai seragam yang sama dengannya namun tubuhnya sedikit lebih tinggi. Kelihatannya dia adalah Kakak tingkat Gupi di sekolah.
"Kau siapa? Apa yang terjadi padamu? Apa yang bisa aku bantu?"
Anak itu diam.
"Hei" Perlahan Gupi menarik tubuhnya sedikit untuk dapat melihat wajah dari anak itu tetapi hal yang dilihatnya menjadi sangat mengerikan.
Wajah anak itu seluruhnya hitam karena gosong, membuat Gupi sangat shock.
DEG
"Hahhh hahhh hahh" Gulf mengusap wajahnya secara kasar. Tubuhnya berkeringat seperti tidur dalam keadaan basah.
"Mimpi sialan" Mengepalkan tangan.
Mimpi buruk ini bukan lah yang pertama kalinya Gulf dapatkan, melainkan sudah kesekian kali selama 1 bulan berturut-turut.
Akhirnya Gulf beranjak dari ranjang lalu pergi ke kamar Mew.
Sesampainya di kamar, ia menemukan Mew sedang mencoret kalender memakai spidol. Ya. Gulf mengerti bahwa ia sedang menghitung sisa waktunya menuju kebebasan. Ia terkekeh.
Gulf tidak bicara apa-apa sampai Mew memberinya tatapan tajam dari atas ranjang.
"Mau apa kau?"
Gulf naik ke ranjang, masuk ke dalam selimut lalu memeluk Mew dari belakang.
"Aku tidur disini malam ini"
"Lagi?"
Gulf membalik tubuh Mew menjadi menghadap padanya, mengeratkan pelukan dan menempelkan wajahnya pada dada Mew yang berbalut kemeja tipis. Gulf bernafas lega dada itu sedikit berisi karena dalam 2 minggu terakhir Mew sudah mau makan teratur walau makanan yang ia minta terdengar aneh-aneh. Gulf tidak peduli makanan apa saja itu, asalkan Mew tidak kurus dan mati kelaparan, ia minta apa saja pasti akan dikabulkan.
"Tidak boleh?"
"Terserah. Kamar ini milikmu juga. Apa yang membuatku pantas untuk tidak menerimamu di kamar ini?"
"Cerdas" Gulf menutup mata dan menghirup aroma vanila yang keluar dari ceruk leher Mew.
Jujur, jika ia tidur dalam keadaan seperti ini, tidurnya menjadi lebih nyenyak dan mimpi itu tidak datang padanya lagi.
Tidak butuh waktu lama , Gulf tidur pulas karena pada dasarnya Gulf masih ngantuk. Ia hanya dipaksa bangun oleh mimpi masa lalu yang sangat menyeramkan itu.
Tunggu. Apakah benar itu adalah mimpi masa lalu? Gulf tidak tahu jelas mimpi apa itu sebab ingatan tentang masa kecilnya hilang seperti sengaja atau tidak sengaja terhapus.
Mendengar dengkuran halus dari bibir Gulf, Mew melirik ke arahnya dengan wajah tidak percaya.
"Kau benar-benar tidur?" Menutup kedua lubang hidung Gulf dan Gulf kesulitan bernafas karenanya hingga tersendat, barulah Mew melapaskannya. Mew tidak sengaja tertawa setelah itu.
"Kau senang?"
DEG
Mew pura-pura tidur dengan cepat menutup kedua mata.
"Jangan pura-pura tidur. Barusan kau tertawa, kan?"
Karena ketahuan, Mew jadi kesal.
"Sial, kau tidak tidur daritadi?"
"Aku tidur. Tapi terbangun karena suara tawamu"
"Bohong" Gulf menatap wajah Mew begitu intents, membuat Mew tidak suka.
"Apa?"
"Apakah kamu ingat bagaimana tentang masa kecilmu?"
"Tiba-tiba?"
"Untuk apa kau bertanya?"
Gulf diam beberapa saat.
"Hanya---"
"----bertanya" Menutup kedua mata kembali.
*Aneh* Namun setelah Mew pikir-pikir, benar juga. Mengapa ia tidak ingat dengan masa kecilnya? Ingatan terlama yang ia ingat adalah saat ia di bangku kelas 2 SMA. Jauh sebelum itu, ia tidak ingat apapun.
Akhirnya malam itu dilewati dengan penuh tanda tanya. Mew sama sekali tidak bisa tidur untuk memikirkan satu jawaban atas ingatan masa kecilnya yang tidak bisa ia ingat sama sekali sedangkan Gulf tidur dengan nyenyak sambil memeluk dirinya di samping seperti bayi besar.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
"Hueeekkk"
"Ueekkkkk"
Gulf bangun dari tidurnya karena mendengar suara tersebut. Ia segera bangkit dari tempat tidur untuk mencari Mew di kamar mandi.
"Masih mual?" Memijit tengkuk leher Mew.
"Eum"
"Uekkkk"
"Tunggu disni, aku akan panggil Off"
"Jangan"
"Aku tidak apa-apa. Sepertinya hanya masuk angin"
"Masuk angin dalam 1 bulan ini? Kau bukan dokter, jadi jangan mendiagnosa tubuhmu sendiri. Kalau ternyata ada penyakit berbahaya di tubuhmu, bagaimana?"
"Lalu kenapa? Ini tubuhku. Kau tidak perlu khawatir padaku"
"Itu karena aku peduli padamu"
"Peduli?" Mew terkekeh.
"Setelah kau menyakiti seluruh tubuhku untuk nafsumu, sekarang kau baru bilang peduli padaku? Omong kosong"
"MEW!" Yang dipanggil tersentak kaget.
"Aku tidak mau cari ribut denganmu pagi ini, oke? Jangan pancing emosiku lagi. Sekarang kamu baring di ranjang dan tunggu sampai Off datang"
Mew tidak bicara apa-apa lagi karena ekspresi wajah Gulf benar-benar menggambarkan emosinya yang sedang memuncak. Mew mencuci mulut dan pergi ke ranjang sesuai perintah Gulf dalam diam.
Tidak lama kemudian Off datang terburu-buru setelah mendapat panggilan dari Gulf.
"Apa yang tubuhmu rasakan?" Tanya Off kepada Mew sambil mengeluarkan peralatan nya dari dalam tas sementara Gulf melipat kedua tangan dan bersandar di dinding, memperhatikan keduanya dari sudut lain.
"Aku tidak apa-apa, Phi"
"JAWAB YANG JUJUR" Kesal Gulf karena Mew selalu berbohong.
DEG
Mew menekan kuku ke kulit karena takut.
"T-Tubuhku tidak enak. Aku selalu ingin muntah. Kepalaku sering sakit. Lubang anusku pernah keluar darah. Suasana hatiku sering berubah. Kadang-kadang aku sembelit. Tidak nafsu makan. Perutku rasanya sangat tidak enak"
Off bergumam sambil mengecek dada dan peredaran darah Mew.
"Sebenarnya jika aku mengecek tubuhmu seperti ini, aku tidak menemukan gejala penyakit apapun selain kurang gizi. Tapi aku sudah mengecek pencernaanmu dan semuanya baik-baik saja. Kecuali---" Off sempat berhenti bicara sebentar karena konflik di pikirannya, membuat Mew penasaran.
"Kecuali apa, Phi?"
Off menatap Mew dengan kebingungan yang terlihat di wajah.
"Aku tidak yakin soal ini. Dari ucapanmu, itu terdengar seperti gejala wanita yang sedang hamil. Tapi tidak mungkin. Kau adalah pria"
DEG
Jantung Mew berdebar sangat kencang.
Mew tahu dirinya bukan pria biasa dan---sial! Ia baru ingat Gulf pernah menyemprot sperma kotornya di dalam lubang waktu itu.
Semua hal itu membuat Mew kesal setengah mati. Ia secara tidak sadar mencengkram selimut kuat-kuat.
*Brengsek! Jangan bilang aku ha---hamil?* Mew memejamkan kedua mata dan setitik air mata jatuh dari sana, membasahi selimut.
"Nong, apa yang terjadi? Kamu nangis?" Off jadi panik.
"Maaf, Phi tidak dari bermaksud membuatmu takut. Kamu tidak mungkin hamil. Kamu kan pria. Nanti Phi akan cari tahu lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya terjadi padamu, na? Atau kamu mau coba tes ke rumah sakit? Phi punya kenalan yang ahli dibidangnya untuk---"
"Tidak perlu, Phi. Aku yakin aku baik-baik saja. Terima kasih" Mew berusaha tersenyum tapi mengapa sangat sulit? Berkali-kali ia meyakini bahwa ia tidak hamil. Ia tidak hamil!
"Off, sepertinya kita harus bicara. Rapikan barangmu. Aku akan antar sekalian kau keluar"
"Ya" Off merapikan peralatannya dan sebelum ia keluar, ia memberikan sebuah permen lolipop kepada Mew
"Untukmu"
Mew melihat permen itu dan mengambilnya.
"Terima kasih, Phi"
"Sama-sama. Jangan sedih lagi, na? Kamu akan baik-baik saja"
"Ehm"
Off keluar bersama Gulf, meninggalkan Mew seorang diri.
"Aku--hamil?" Mew meraba perut dengan gerakan memutar.
"Hikss"
"Aku tidak bisa menjaga harga diriku sama sekali. Aku sungguh tidak berguna---hikss. Mae pasti sangat kecewa padaku hikss hikss"
"Bukannya membantah, kau percaya bahwa kau memang hamil, ya?"
Deg
Mew melihat ke arah suara dan menemukan Gulf bersandar di dinding sambil memasukkan kedua tangan ke kantong celana, memperhatikan dirinya nangis entah sejak kapan.
Alih-alih menjawab, Mew sibuk mengusap air mata yang tidak bisa berhenti keluar.
"Jawab pertanyaanku dengan jujur, Mew Suppasit Jongcheveevat" Mew ingat jika Gulf sudah menyebut nama lengkapnya seperti itu, dipastikan bahwa orang itu sedang sangat serius untuk sesuatu dan tidak ingin mendengar kebohongan sekecil apapun itu.
"Apakah kau masih keturunan asli rambut perak?"
BADUM
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top