SH - 22

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰

.

.

.

.

"Mae, ayo kita ke taman Safari!"

"H-Hah?" Ploy shock karena Mew begitu semangat mengajaknya saat baru saja memasuki ruangan.

"Hehehe"
"Nut bilang kalau Mae mau ke taman Safari. Ayo kita pergi sekarang"

Ploy masih tertegun di tempatnya.

"S-Sekarang?"
"Ya, Mae memang mau ajak kalian pergi tapi tidak secepat ini. Kenapa tiba-tiba sekali?"
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Tidak apa-apa. Miu sudah izin ke bos barusan untuk tidak masuk hari ini" Melirik ke arah Mild sedangkan Mild hanya menghela nafas lemah.

"Merepotkan"

:

Flashback ON

Mew menghampiri Mild di luar ruangan dengan mata sembab.

"Pinjam ponselmu"

Mild melirik ke arah Mew, "tidak"

Mew mengepalkan tangan sebelum berkata, "kalau begitu hubungi bosmu sekarang. Bilang kalau aku tidak mau pulang"

Mild merotasikan matanya, "terserah kau saja" Mengeluarkan ponsel dan mulai menghubungi Gulf.

"Halo, Tuan. Dia-----"

Mew segera mengambil alih ponsel dan bicara, "aku izin hari ini untuk menemani Ibuku. Dia,,, D--Dia----hikssss hik" Mew tidak dapat menahan air matanya kembali dan nangis di sepanjang panggilan.

"Apakah aku harus buang waktuku untuk mendengar tangisanmu sekarang?"

"Hikssss hik---Ibuku tidak akan hidup lebih lama lagi jadi aku,,, hiksssss aku,,, aku mau temani beliau di sepanjang hari ini saja hikssss aku mohon, izinkan aku untuk tinggal bersama Ibuku untuk satu hari ini saja hikssss. Aku tidak tahu kapan bisa---hiksssss melihatnya lagi hiksssss hik--hikssss hik" Mew meremat dadanya yang kembali sakit. Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengecilkan tangisannya agar sang Ibu tidak mendengar sedangkan Nut sudah masuk ke ruangan lebih dulu untuk menemani sang Ibu.
"Aku mohon, satu hari ini saja aku tetap bersama Ibuku hiksss. Aku mohon. Hiksss. Aku mohon" Tak kuasa menopang tubuhnya lagi, Mew jatuh dalam posisi duduk di lantai rumah sakit yang dingin. Beberapa pengunjung yang melintas melihat ke arahnya dengan tatapan bingung dan melirik Mild dengan wajah mencurigakan.

"Apa kau lihat-lihat? Aku tidak melakukan apapun pada orang ini" Umpat Mild pada pengunjung tersebut.

Tidak mendapat respon, Mew kembali bicara.

"Halo? Hikss hikss, anda masih mendengar saya?"

"Baik. Kuberi satu hari ini untukmu tapi setelah kau pulang nanti, tahu kan harus apa?"

"Terima kasih"

"Biarkan Mild untuk tetap mengawasimu"

Tuttt tuttt tuttt

Cepat-cepat Mew mengembalikan ponsel kepada Mild dan masuk ke dalam ruangan.

"Mae, ayo kita ke taman Safari!"

Flashback OFF

:

Mew, Nut, dan Ploy pergi ke taman Safari. Melihat aneka satwa yang dibiarkan hidup liar di sepanjang jalan kanan dan kiri mobil Gulf yang Mew tumpangi.

Jangan beritahu Gulf bila mobil Roll Royce kesayangan nya melewati kandang rusa serta menginjak kotoran mereka di sepanjang jalan atau dia akan membuang mobilnya ke tempat sampah.

"Mae lihat, ada rusa!!! Wah, rusanya jinak" Ucap Mew dengan sangat riang.

"Hahaha. Kelihatannya semua rusa yang ada di sini jinak-jinak"

Nut dan Ploy melihat rusa lain berdatangan dan memberinya makan sebuah wortel mentah yang mereka beli di sepanjang jalan menuju taman Safari dari jendela mobil.

Mew bahagia melihat senyum sang Ibu dan sedih secara bersamaan karena senyum itu mungkin akan menjadi yang terakhir kali ia lihat.

Sial, mengingat kondisi sang Ibu membuat hatinya kembali nyeri dan sesak. Air matanya ingin turun di saat itu juga.

"Miu, kamu belum kasih makan rusa"

Mew ambil wortel dan segera memberi makan salah satu rusa di dekatnya melalui jendela mobil.

"Wah, rusa itu mirip denganmu, Phi"

"Apanya yang mirip?"

"Cara makan nya yang lama dan wajah jeleknya"

"Sialan kau!!!" Mew menggapai paha Nut dan mencubitnya sedangkan Nut tertawa terbahak-bahak, di ikut sang Ibu yang ikut tertawa melihat interaksi keduanya seperti kembali ke saat-saat mereka masih belia.

Mild duduk di sebelah supir dan sudah beberapa kali berdecak karena suara berisik mereka.

"Ehem" Mew, Ploy, dan Nut seketika diam.
"Sebentar lagi kita memasuki kandang binatang buas. Harap tenang sebentar"

Mew dan Nut tidak ambil pusing sedangkan Ploy merasa tidak enak.

"Maaf jika suara kami mengganggu kenyamanan anda"

"Tidak perlu minta maaf, Mae. Dia memang orangnya seperti itu" Ucap Nut dan mendapat lirikkan tajam oleh Mild.

"Hust, jaga etikamu" Mencubit pelan pipi Nut sedangkan Nut berdecak kesal.

Mobil pun memasuki kandang binatang buas dan beberapa kali berhenti saat seekor harimau atau singa mendekat untuk sekedar melihat dengan jelas dari dekat.

Setelah puas, mobil kembali melanjutkan perjalanan melewati lingkungan kijang dan beberapa menit kemudian sampai di pintu keluar.

"Mae lapar?"

"Aku lapar banget, Phi" Nut yang menjawab.

"Phi tidak tanya kau, jelek" Mew menjulurkan lidah, mengejek.
"Mae mau makan apa?"

"Hmm, terserah. Mae ikut kalian saja"

"Ke KFC saja, Phi. Dari kemarin Mae mau makan itu terus"

"Baik"
"Mild, kita mampir ke KFC, ya" Mild tidak merespon.
"Mild?"

"Ya---supir sudah dengar. Masih perlu menunggu responku?"

"Kasar sekali! Padahal tinggal jawab 'YA' saja selesai" Sahut Nut.

"Kau bukan bos ku yang perlu aku respon setiap saat"

"KAU---"

TAP

Mew segera menahan pergelangan tangan Nut.

"Jangan buat keributan"

"Tapi, Phi, dia--"

"Tidak apa-apa. Lupakan"

"Tch!" Nut mengepalkan tangan di udara. Nut masih tidak senang hati.
"Dengar ya, biarpun dia bukan bos mu, tapi dia orang yang penting bagi bos mu"

"Huh? Penting bagi bos ku?" Mild menarik sudut bibirnya ke atas, memberi kesan meremehkan di mata Nut.
"Hei, apakah kau tahu siapa Kakak mu itu di mata bos ku? Kakaku itu hanya seorang ja------"

"HENTIKAN MILD!!!!!"

Hening

Semuanya diam.

Mild melengos menghadap ke depan tanpa peduli apapun.

Nut melihat sang Kakak gemetar dan hampir nangis di wajah pucatnya sementara Ploy menatap khawatir Anak pertama nya itu.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Mew langsung menggelengkan kepala dan memeluk sang Ibu.

"Maaf karena sudah buat Mae dan Nut kaget" Mew menutup mata saat merasakan usapan lembut tangan Ploy pada pucuk kepala.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Malam hari

Setelah sampai di rumah sakit, Mew lebih banyak diam. Dia merasakan nyeri pada area perut dan ingin muntah berkali-kali namun masih bisa ia tahan sebab ia tidak mau Ibu dan Adiknya khawatir.

Apakah mungkin karena Gerdnya kambuh? Pikir Mew. Sebab ia baru ingat punya riwayat Gerd.

"Sayang, wajahmu pucat sekali. Kamu sakit?" Tanya Ploy sambil menyentuh kening Mew.
"Mau Mae panggilkan dokter untuk periksa tubuhmu?"

"Miu tidak apa-apa. Mungkin hanya kelelahan. Tidur sebentar juga sembuh"

"Sini, tidur di sebelah Mae"

Mew menolak.

"Miu lebih nyaman di sini saja Mae. Hehehe"

Mew kekeuh di tempatnya, duduk di sebuah kursi besi dengan brankar Ploy sebagai sandaran kepala.

"Nanti lehermu sakit"

"Tidak akan. Leher Miu kan kuat"

"Keras kepala, ya"

Mew cengar-cengir manja.

"Nanti kalau Nut sudah selesai mandi, bangunkan Miu, ya"

"Ya"

Mew mulai menaruh kepala di sisi brankar lalu menutup mata. Dalam sekejap ia sudah tidur pulas.

Ploy memperhatikan Mew yang sedang tidur.

"Kenapa dia pakai baju lengan panjang dan tebal? Lihat keringatnya" Menyeka keringat di wajah Mew memakai tissue. Saat hendak menarik kerah sweater untuk menyeka area leher, tangan nya berhenti bertepatan suara ketukan pada pintu ruangan.

.

TOK TOK TOK

.

"Hm? Siapa?"

.

CEKLEK

.

Seorang pria berparas tampan dengan setelan jas dan sepatu pantofel mahal, masuk ke dalam ruangan, di iringi tautan alis Ploy yang kebingungan.

"Maaf, anda siapa?"

Pria itu melirik Mew yang sedang tidur lelap di sisi brankar.

"Saya---"

"TUAN GULF?" Nut berseru setelah keluar dari kamar mandi sehingga membuat Ploy terkejut.

"Kamu kenal dia, Nut?"

"Aku kenal, Mae. Tuan Gulf pernah datang kemari dan dia adalah bos nya Phi Mew"

"Oh" Ploy terpana melihat sosok Gulf yang gagah, beribawa, tampan, muda, serta punya aura kharismatik.

"Tuan Gulf, anda datang kemari untuk Phi Mew?" Melirik ke arah Mew.

Gulf ikut melirik ke arah Mew yang tidur lelap lalu bertemu dengan tatapan mata Ploy.
"Saya datang kemari untuk menjenguk anda, Nyonya. Saya dengar dari Mew bahwa anda sudah sadar. Saya membawa sedikit buah tangan untuk anda"

CTAK

Gulf menjentikkan jari dan seketika beberapa orang berpakaian rapi masuk dengan membawa keranjang buah di tangan serta makanan siap saji lalu mereka taruh di atas meja ruangan Ploy.

"I-Ini sama sekali tidak sedikit, Tuan Gulf. Saya jadi tidak enak telah merepotkan anda"

"Terima kasih, Tuan Gulf"

"Sama-sama. Jangan sungkan" Ucap Gulf di akhiri senyum bisnis sambil melirik ke arah Mew yang belum bangun dari tidur lelapnya.
"Besok dia ada pekerjaan yang tidak boleh dilewatkan. Boleh saya bawa dia kembali?"

Ploy dan Nut sama-sama melirik ke arah Mew.

"Saya mau tanya, apakah selama ini anak saya tinggal di tempat anda? Apakah Anak saya merepotkan?"

"Tidak sama sekali"

Ploy menghela nafas lega.

"Terima kasih telah menjaga anak saya selama ini, Tuan Gulf" Memberi hormat.

"Tidak perlu berterima kasih. Sudah semestinya saya menjaga karena dia penting"

Nut menatap Gulf dengan penuh tanda tanya.

"Tuan, maaf jika saya lancang, apakah Kakak saya bekerja sangat keras di tempat anda? Sebab wajahnya pucat sekali setiap saya melihatnya datang"

Gulf pura-pura berpikir keras.

"Kakakmu orang yang rajin dan disiplin. Jika pekerjaan belum tuntas, maka dia tidak mau istirahat. Saya sudah berkali-kali menasihatinya tetapi dia cukup keras kepala"

"Saya minta maaf atas nama Mew" Ujar Ploy.

"Tidak tidak. Anda tidak perlu minta maaf" Melirik jam tangan.
"Sepertinya kami harus pergi"

"Nut, bangunkan Kakakmu"

"Tidak perlu. Saya gendong saja"

Nut dan Ploy shock sambil melirik satu sama lain.

"Apakah,,,,, itu,,,, tidak,,,,"

"Saya sudah biasa"

"????!!!/!!!!!!!"

To Be Continue,,,,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top