SH - 20
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰
.
.
.
.
"Pelan-pelan" Nut membantu sang Istri untuk duduk di sofa, tempat besuk tamu dalam ruang VVIP sang Ibu.
"Kamu tidak perlu repot-repot sebenarnya datang kemari, sayang. Nanti kamu kelelahan"
"Anak kita merindukanmu" Ucap Fren sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit.
"Benarkah?" Nut menempelkan telinga di perut sang Istri.
"Halo anak manis. Merindukan Pho, hm?" Mengusap perut itu dengan sangat lembut.
"Khab" Jawab sang Istri, meniru suara bayi dan mereka pun tertawa bersama.
Fren melihat sekitar, "Phi Mew belum datang? Aku bawakan makanan untukmu dan Phi Mew" Menaruh rantang di atas meja.
"Hmmm" Nut melihat ke arah jam dinding.
"Seharusnya sih sudah datang. Mungkin masih terjebak macet"
Fren mengangguk mengerti.
"Aku sekalian mau berterima kasih sama Phi Mew karena dia, kita jadi melangsungkan pernikahan. Kemarin aku tidak sempat mengucapkan terima kasih saat acara berlangsung. Begitu urusanku selesai dengan keluarga besar, Phi Miu sudah tidak ada di tempat"
Nut mengusap tangan sang Istri.
"Jangan khawatir, Phi Mew pasti mengerti tentang itu. Kita bisa berterima kasih padanya nanti saat dia sudah datang" Fren mengangguk setuju.
"Uh"
DEG
Baik Fren maupun Nut sangat shock.
"MAE/TANTE?" Mereka sempat bertatap mata sekilas lalu sama-sama menghampiri sang Ibu di brankar.
"Maeeeee!!! Mae sudah sadar?" Cepat-cepat Nut menekan tombol darurat di samping ranjang .
"Mew"
"Mae cari Phi Mew? Phi Mew belum datang"
Tak lama dokter dan suster datang dengan tergesa-gesa.
"Ibu saya sudah siuman, dok" Ujar Nut.
"Sebentar, kami periksa dulu kondisi pasien, ya" Sang dokter mengecek memakai stetoskop pada bagian leher, dada, dan pergelangan tangan.
"Ibu, bisa dengar suara saya?" Sayup-sayup mata berkedip lemah dan mengangguk kecil.
"Baiklah, lebih baik Ibu istirahat kembali sampai benar-benar pulih. Nanti saya akan kembali lagi" Sang dokter pamit, meninggalkan suster yang sedang mengganti selang infus.
"M--Mew"
"Mae mau ketemu Phi Mew?"
"Phi Mew belum datang. Tunggu sebentar, ya. Mungkin masih di jalan" Air mata Nut tumpah begitu saja. Ia bahagia pada akhirnya sang Ibu kembali sadar. Tuhan benar-benar telah menjawab do'anya dan Nut berterima kasih berkali-kali di dalam hatinya.
"Hikssss Nut rindu sekali sama Mae" Memeluk sang Ibu dengan lembut, takut menyakitinya.
Tangan Ploy tergerak untuk mengusap tangan Nut.
"Nut"
"Ya, ini Nut hiiksss hik hikss. Dan ini ada Fren juga, Mae" Nut memeluk pinggang Fren di depan Ibunya.
"Halo, tante" Sapa Fren.
Nut melihat mata Ibunya yang sayup-sayup seperti menahan kantuk, "Mae kembali istirahat, ya. Nanti kalau Phi Mew sudah datang, Nut bangun'in" Seolah mendengar, Ploy menutup kedua mata secara perlahan dan terlelap kurang lebih 2 menit
"Kelihatannya Ibumu sangat merindukan Kakakmu"
Nut tersenyum dan menjawab, "ya. Kamu tahu, tidak? Sebenarnya Ibuku lebih sayang sama Phi Mew daripada aku"
"Bagaimana bisa begitu? Tapi kamu yang paling dimanjakan?"
Nut menghela nafas lemah.
"Ya. Tapi tetap saja saat sorot mata itu bicara dengan Phi Mew---" Mengingat jauh kebelakang.
"---lebih cerah daripada bicara padaku" Melihat ke arah sang Istri.
"Aku tidak peduli seberapa besar cinta Ibu terhadapku dan Kakakku, aku tetap menyayangi mereka berdua"
"Bagaimana denganku?" Tanya Fren.
"Aku tidak menyayangimu"
"?!"
"Tapi aku mencintaimu" Nut mencium pipi sang Istri dan mereka pun tersenyum bersama.
:
Malam Hari
"Mew"
Nut yang sedang merapikan makan malam menghampiri sang Ibu.
"Mae"
Ploy melihat ke arah Nut.
"Mew"
"Phi Mew belum datang, Mae. Mungkin ada keadaan terdesak jadi tidak bisa datang hari ini"
"Mungkin besok Phi Mew baru bisa datang"
"Kakakmu benci Mae"
Nut segera menggeleng ribut.
"Tidak. Mae jangan bicara begitu. Phi Mew sangat sayang sama Mae. Selama Mae tidak sadar, Phi Mew terus datang untuk merawat Mae"
Ploy terdiam dan melihat langit kamar.
"Mae menyesal"
"Mae, apakah Mae lapar? Tadi suster ada meninggalkan makan malam untuk Mae. Nut suapin, ya"
"Hm"
Nut menyuapi Ploy dengan sabar sampai makanan habis tak bersisa.
"Berapa lama Mae di rumah sakit?"
"6 bulan"
"Maaf, Mae sudah menyusahkan kalian"
Nut menggeleng ribut.
"Kami tidak merasa di susahkan, Mae"
"Bagaimana keadaan Kakakmu?"
"Phi Mew baik-baik saja, Mae. Hanya----" Nut mengingat kondisi Mew setiap kali datang. Wajahnya terus pucat dan kadang-kadang ada lebam dan luka di sudut bibirnya. Tapi setiap kali ia bertanya, selalu mendapat jawaban tidak masuk akal. Nut tidak mengerti tentang Kakaknya itu.
"Hanya?"
Nut tersadar dan tersenyum.
"Tidak ada. Phi Mew pasti senang melihat Mae sudah sadar besok" Menggenggam tangan sang Ibu.
"Mae, Nut mau jujur tentang sesuatu selama Mae koma kemarin"
"Apa itu?"
"Nut----sudah menikah dengan Fren dan dia mengandung anak Nut"
"Huh?"
"Nut minta maaf, Mae. Semuanya menjadi rumit. Nut tidak bisa menjabarkannya satu per satu"
"Kami menikah dan mengikat janji suci di sini, samping Mae. Phi Mew sebagai wakilnya"
"Nut minta maaf. Semuanya terdesak dan harus dilakukan segera jika tidak, Nut akan kehilangan Fren"
Nut nangis tersedu-sedu, mengingat sang Ibu tidak melihat secara langsung hari pentingnya sampai sebuah tangan menyentuh kepala.
"Tidak apa-apa. Mae mengerti. Jangan nangis lagi, wajahmu semakin jelek"
"Maeeee!!" Nut cemberut dan senang melihat tawa sang Ibu yang tidak pernah ia lihat selama 6 bulan ini.
"Mae benar baik-baik saja? Rasanya Mae langsung sehat setelah koma panjang kemarin"
"Mae baik-baik saja. Lihat!!" Memukul lengan tangan dan seluruh tubuh.
"Tidak sakit sama sekali. Mae jadi kuat"
"Syukurlah, Nut senang mendengarnya"
"Nut"
"Khab, Mae?"
"Tiba-tiba Mae ingin KFC"
"Huh????! Tapi Mae barusan kan sudah makan"
"Entahlah. Mae ingin KFC, bertemu kamu dan Phi Mew, dan kita pergi ke taman safari sama-sama" Nut tercengang mendengar permintaan sang Ibu yang sangat tiba-tiba.
"Apakah kita bisa melakukannya?" Ploy tiba-tiba menjadi khawatir.
"Bisa! Kenapa tidak?"
Ploy tersenyum dan mengusap wajah Nut.
"Kamu sudah dewasa. Apakah karena efek akan menjadi Ayah sebentar lagi?"
Nut terkekeh dan memeluk sang Ibu erat-erat.
"Mae akan jadi nenek paling cantik dalam 3 bulan kedepan"
Ploy tertawa terbahak-bahak.
"Ya, terima kasih tapi Mae memang cantik"
Mereka pun lanjut bercanda dan tertawa sampai kantuk menyerang pukul 12 dini hari. Nut diam-diam keluar dari ruangan sang Ibu menuju halaman belakang rumah sakit untuk menghubungi seseorang.
"Kau tidak lihat jam berapa sekarang?"
"Saya minta maaf karena anda tidak membalas pesan saya sejak tadi siang. Apakah anda bersama dengan Phi Mew?"
"Tidak. Kututup---"
"Tunggu!!!!!"
"Saya mohon, saya ingin bicara dengan Phi Mew. 5 menit saja"
"Saya mohon, Tuan, biarkan saya bicara dengan Phi Mew sebentar saja"
"Apa kau tuli? Sudah ku katakan Mew tidak bersamaku"
"K-Kalau begitu tolong beritahu Phi Mew bahwa Ibunya sudah sadar dan ingin melihat Phi Mew besok"
"Hm"
Tuttt ttuttt tutttttt
Panggilan diputuskan secara sepihak. Nut melihat layar ponsel dalam keadaan sedih dan khawatir.
"Kenapa Phi Mew kasih nomor orang seperti ini padaku? Apakah dia bisa dipercaya?"
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Mew membuka mata secara perlahan dan ia menemukan langit kamar berwarna putih.
Sial, mungkin dia pingsan setelah berteriak tidak karuan dan tubuhnya menjadi drop lagi. Ia melirik ke jendela balkon di sisi kiri, menemukan tiang infus, gelap dan bulan diluar, tanda sudah malam.
*Mae* Mew menyesal karena tidak bisa menemui Ibunya hari ini karena tubuhnya yang begitu lemah. Ia melirik ke sebelah kanan dan menemukan punggung tegap orang yang ia benci.
Mew tidak berkata apa-apa. Ia tidak bersuara. Ia kembali melirik ke arah kiri karena muak melihat orang itu terus menerus.
Orang itu adalah Gulf. Ia bangkit berdiri dan secara reflek melihat ke arah Mew yang sudah membuka matanya dalam diam.
Gulf melangkah ke sisi kiri, arah dimana Mew menatap kosong.
"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?"
Mew tidak menjawab.
Gulf mendekat hingga Mew melihat ke arah mata elangnya.
"Membuat keributan dan mengunci pintu. Apakah kau seorang gadis puber? Seolah aku mengambil keperawananmu"
"Kau masih beruntung aku tidak menghukummu karena itu"
Mew merotasikan matanya untuk menghindari tatapan intimidasi Gulf padanya.
Mew memejamkan mata sebentar. Ia sangat lelah. Ia tidak punya tenaga untuk adu mulut dengan Gulf saat ini. Ia juga tidak punya apapun untuk dikatakan.
Gulf melihat Mew dari kepala sampai kaki yang tertutup oleh selimut.
SRAK
Gulf menarik selimut dengan kasar dan Mew masih tidak bergeming sedikitpun seperti sudah terbiasa.
Setelah mencabut selang infus dari tangan Mew, Gulf menggendong Mew ala bridal, membuat Mew reflek mengalungkan kedua tangan di leher Gulf sambil bertanya dalam hati apa yang akan dilakukan orang gila itu padanya. Tolong, ia sudah tidak ada tenaga untuk menerima siksaannya lagi.
"Jika kau ingin menyiksaku lagi, tolong, siksa aku sampai mati"
Gulf yang mendengar itu merasa sedikit terharu?
"Menyiksamu?"
"Siapa yang bilang aku akan menyiksamu?"
Gulf keluar dari kamar menuju ruang pertemuan. Disana ada Mild dan rekan kerja Gulf di berbagai cabang perusahaan.
"Wow, kau habis bersenang-senang sementara kami menunggumu disini selama 2 jam!" Ucap seorang pria sambil menyesap bir di gelas.
Mew terkejut karena Gulf membawanya ke pertemuan banyak orang dengan tampilan yang mesum.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan? Turunkan aku. Aku mau kembali ke kamar" Mew menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gulf saat Gulf melewati banyak orang.
Gulf duduk di salah satu sofa mewah dengan Mew ia dudukkan di paha.
"Siapa dia? Jalang barumu, Gulf?" Tanya salah satu wanita. Ia memakai gaun seksi sampai kedua belah payudaranya terlihat jelas.
"Ya. Apakah kau bersenang-senang dengan pestaku?"
"Tentu saja! Anyway, selamat utang tahun, Gulf. Mari bersulang" Wanita itu mengangkat gelas, menunggu Gulf meraih gelas di meja dan tos dengannya.
*Jadi pesta ini untuk merayakan ulang tahun nya?* Mew semakin tidak mengerti kenapa Gulf membawanya ke sana. Ia bukan siapa-siapa dan tidak mau ikut merayakan pesta orang gila itu.
"Hei, kau. Daritadi sembunyi terus. Kemari, tunjukkan wajahmu. Aku mau lihat wajah baru dari jalang teman brengsekku ini" Wanita itu menarik dagu Mew secara paksa sementara Mew mempertahankan posisinya.
"Jangan paksa---aku tidak mau!!!" Mew berteriak, membuat semua mata melihat ke arahnya dan wanita itu shock.
Gulf mengangkat satu tangan, "tidak ada apa-apa. Kembali bersenang-senang" Semua pasang mata kembali ke aktivitas masing-masing.
"Jangan ganggu dia lagi. Dia pemarah" Kekeh Gulf.
"Huft. Kau harusnya bersyukur dan merendah karena berhasil jadi jalang terpilih seorang Gulf Kanawut"
"Kenapa pula kau mau dengannya? Jelas kelihatannya dia bukan jalang yang lembut"
"Karena aku suka"
"Kau tidak bisa dimengerti, Gulf"
"Hei, bro! Kapan kau mulai acara yang sebenarnya? Kami sudah tidak sabar menunggu!" Sahut seorang pria dari 6 orang yang menghampiri Gulf.
"Acara seperti apa maksud kalian?" Tanya wanita itu, membuat ke-6 pria itu menatapnya bingung.
"Oh, aku baru datang pertama kali jadi tidak tahu"
"Setiap perayaan ulang tahun, Gulf akan mempertontonkan keahlian sex's bersama jalangnya di depan tamu"
DEG
Jantung Mew seakan jatuh dari tempatnya.
*APA????!!! JADI KARENA ITU DIA MEMBAWANYA KESINI?* Mew reflek melototi Gulf dan Gulf, melihatnya.
"Terkejut?" Gulf mengangkat sudut bibir. Jujur ia senang dengan wajah terkejut Mew.
"Kau bajingan!!!! Lepaskan aku---ahhh!!!!!" Mew merintih ketika Gulf menekan ulu hatinya.
"Jika kau berani buat masalah, kau akan terima sesuatu yang bahkan tidak pernah kau bayangkan" Bisik Gulf dan berhasil membuat sekujur tubuh Mew merinding hebat.
"Aku mohon padamu jangan lakukan itu padaku di depan mereka--hiks"
"Aku mohon, Gulf"
To Be Continue,,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top