SH - 11
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐣
.
.
.
.
"Tuan, mobil sudah siap. Tinggal menunggu perintah anda" Mild menaruh satu per satu benda dari nampan ke atas meja.
"Hm" Gulf melirik arloji mahal miliknya.
"10 menit lagi kita berangkat" Tangan kanan beralih dari Tab ke cerutu kemudian Mild segera menyalakan korek secara spontan untuk Gulf.
"Bagaimana kabar wanita itu? Sudah kau ajak untuk bertemu?" Tanya Gulf lalu menghisap dan menghembuskan asap ke udara.
"Sudah Tuan tapi dia menolak. Dia berkata bahwa anda yang harus menghubungi dan menemuinya, bukan sebaliknya"
"Tch. Merepotkan" Membuang abu cerutu ke asbak kemudian meraih segelas whisky dengan tangan kanan setelah menaruh Tab ke atas meja. Suasana hati tiba-tiba menjadi buruk setelah rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya.
"Kalau saja dia bukan kenalan Daddy, aku pasti sudah melenyapkannya seperti Anne" Menggerakkan gelas secara melingkar.
"Hubungi dia. Aku yang akan bicara padanya langsung"
"Baik" Mild mengeluarkan ponsel perusahaan dan mulai melakukan panggilan keluar. Tidak lupa ia menghidupkan pengeras suara agar Gulf dapat mendengarnya juga
"AKU SUDAH BILANG BERKALI-KALI PADAMU KALAU BUKAN GULF YANG BICARA LANGSUNG, JANGAN HUBUNGI AKU LAGI, IDIOT!!"
"Siapa yang kau sebut idiot?" Ujar Gulf yang membuat wanita itu sontak terdiam dan hening sekian detik.
"G--Gulf?"
"Ya, ini aku"
"Kenapa baru hubungi aku sekarang?"
"Kemana saja kamu dari kemarin?"
"Kamu belum dengar berita tentang ehm--kehamilanku?"
"Sudah, maka dari itu aku menghubungimu"
"Benarkah?"
"Aku ingin kita bertemu. Kapan kau ada waktu luang?" Memainkan cincin di ibu jari.
"Hari ini aku punya banyak waktu luang"
"Begitu?" Jari telunjuk Gulf mengetuk permukaan meja sebanyak 3x.
"Baiklah, malam ini aku akan menjemputmu. Aku akan membawamu ke suatu tempat. Perihal waktu akan aku kabari nanti melalui sekretarisku"
"Baik, aku tunggu kabar selanjutnya, Gulf. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi"
Tutt tut tutt
Mild menekan tombol merah pada ponsel, membuat sambungan seketika putus.
"Aku juga tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi" Menarik sudut bibir.
Di sisi lain, terlihat Mew tergesa-gesa menuju kamar Win. Diketuk pintu itu berulang kali namun tidak mendapat jawaban dari sang pemilik kamar.
.
TOK TOK TOK
.
"WIN!! WIN!! APAKAH KAU DI DALAM?"
.
TOK TOK TOK
.
"WIN, TOLONG BUKA PINTUNYA!!"
.
TOK TOK TOK
CEKLEK
.
Win keluar dengan raut wajah khas bangun tidur serta rambut yang berantakan.
"Ehmm---Mew, ada apa---hoammm. Ini baru jam 7 pagi, loh" Protes Win sambil mengusap kotoran pada kedua mata secara bergantian.
"Aku mau pamit sama kamu. Aku mau kabur dari sini sekarang"
"Oh, mau kabur" Mengangguk kecil dan beberapa saat kemudian kedua mata nya terbelalak lebar.
"APA??!! MAU KABUR---UMMMM" Mulutnya segera ditutup oleh Mew sambil di dorong ke dalam kamar.
"Ssssttt jangan keras-keras. Nanti kalau yang lainnya bangun, tidak bisa kabur aku"
Win melepas-paksa tangan Mew dari mulutnya.
"Mew, kau gila???! Kau tidak bisa melakukan ini. Kau lupa jika kau masih terikat kontrak?"
"Aku tidak peduli dengan kontrak sialan itu! Aku mau pergi!!! Aku tidak tahan lagi berada di tempat ini"
"Sejak Elena tidak ada, hidupku jadi menderita bertemu dengan para VIP sialan itu---hiks. Aku tidak kuat"
"Apa yang mereka lakukan padamu?"
"Hikss---mereka menindasku----hik pokoknya aku tidak mau lebih lama lagi disini. Aku mau pergi hikss. Aku mau pergi"
Win menarik Mew ke dalam pelukannya.
"Aku tidak melarang kamu untuk pergi tapi---apakah kamu sudah tahu konsekuensi atas tindakanmu?"
"Kamu tahu apa yang akan terjadi jika kamu melanggar kontrak kerja itu?"
"Denda"
Mew terkesiap.
"Huh? D-Denda?"
"Ya. Denda nya tidak main-main. Denda di aku karena masih pelayan biasa adalah 500.000.000 Baht. Mungkin di kamu lebih tinggi karena kamu adalah pelayan VIP. Denda itu tersirat di dalam kontrak kerja"
"Apakah kamu tidak membacanya sebelum tanda tangan?" Mew menggeleng kecil sebagai jawaban.
"Pantas saja. Jika kamu membaca nya, kamu pasti akan berpikir ulang untuk kabur"
Mew masih tidak habis pikir dengan angka fantastis itu.
"Tapi kalau aku kabur, dia tidak bisa mencariku untuk bayar denda"
TAK
"Aw---kenapa kamu menjitak keningku?" Protes Mew.
"Kontrak itu di lindungi oleh hukum. Kalau kau kabur, polisi yang akan mencarimu nanti. Kamu mau dicari polisi? Aku sih tidak mau"
"Lalu aku harus bagaimana, Win? Hikss. Aku tidak mau jadi pelayan VIP itu"
Win berpikir sejenak.
"Saran dariku, daripada kamu kabur dari kontrak, mau jadi pelayan biasa saja?"
"Bisa?"
"Aku tidak tahu pasti. Kamu bisa tanyakan kepada Phi James perihal detail nya"
"Itu hanya saran dariku. Mau tidak mau keputusan semua ada di tanganmu"
"Jika di pikir kembali bakal sayang sekali kalau kamu turun dari status pelayan VIP karena Bank menaruhmu di bagian itu cukup menguras banyak waktu dan usaha"
"Kita sebagai pelayan biasa saja harus bersaing dulu untuk dapat posisi itu sedangkan kamu yang statusnya karyawan asing dan baru bisa langsung dapat"
Ucapan Win membuat ingatan Mew berputar ke belakang, tepat saat dimana ia di remehkan ketika berada di lorong khusus karyawan.
*Jadi itu sebabnya mereka tidak senang ketika melihatku* Mew menggenggam kedua lengan tangan Win.
"Percayalah, posisi ini sangat tidak nyaman. Kau beruntung jika mendapat satu VIP langganan yang baik dan melihatmu sebagai manusia tapi akan berubah jadi neraka dalam sekejap jika VIP langganan itu meninggalkanmu karena---VIP lain tidak melihatmu sebagai manusia, tetapi sebagai mainan"
Win menggenggam kedua telapak tangan Mew dan berkata, "aku sudah tahu. Kau lupa sudah berapa lama aku bekerja di tempat ini?" Diakhiri dengan senyum karir.
Deg
Mew shock.
Benar juga, bagaimana ia bisa lupa??? Ia bertindak seolah-olah mengajari Win padahal Win adalah seniornya di tempat itu berdasarkan lama waktu mereka bekerja.
"Tapi kenapa--k--kau masih di posisi (pelayan biasa) ini?"
"Aku lebih suka melayani orang secara acak setiap hari daripada VIP itu karena aku muak lihat sifat VIP itu terus menerus"
Alasan yang masuk akal menurut Mew.
"Oh. Ok. Aku harus pergi sekarang"
"Tunggu-----"
"Mew"
Deg
Baru saja Mew berjalan selangkah di luar pintu Win, James datang ke arahnya.
*Apakah aku ketahuan?*
*Apakah Phi James akan menahanku pergi?* Jantung Mew berdetak sangat cepat seperti ketahuan sedang mencuri.
"Ada yang mencarimu"
Mew bingung, "mencariku?"
"Ya, ayo ikut ke ruang kerja Phi" James pergi lebih dulu.
Mew melirik ke arah Win lebih dulu dan keduanya sama-sama menyusul ke ruangan James.
Setelah sampai, Mew menyambar gagang telefon kantor.
"Halo? Ini siapa?"
"Phi Mew? Benar ini dengan Phi Mew??"
DEG
Suara ini---
"NUTTTTT????!!"
"BAGAIMANA KAMU BISA DAPAT NOMOR INI?"
"Aku dapat nomor ini dari kartu nama yang tertinggal di kos mu, Phi"
"APA?? KENAPA KAMU KE BANGKOK?"
"Aku ke Bangkok untuk mencari Phi karena Mae----"
"---Hiksss hikkk hiksss---hiksss Mae kritis di rumah sakit, Phi"
JLEB
Mew sontak lemas dan lututnya langsung mencium lantai begitu keras, membuat James dan Win saling melihat satu sama lain dalam kebingungan.
"K---KRITIS?? B---BAGAIMANA BISA----HIKSS???!"
"BAGAIMANA MAE BISA KRITIS, NUT?? HIKSS APA YANG TERJADI SELAMA PHI TIDAK ADA?" Mew meremat dadanya yang perih. Walau sang Ibu pilih kasih terhadapnya, namun rasa sayang anak kepada orang tua tetaplah ada.
"Setelah pertemuan terakhir Phi dengan Mae, Mae terus kepikiran dan merasa bersalah jadi Mae menyusul Phi ke Bangkok. Mae pamit dan menyuruhku untuk tetap di rumah dan ke-esokkan harinya, aku dapat panggilan dari rumah sakit kalau Mae kecelakaan---hisksss hikss"
Mew meremat dada.
Jadi, Ibunya kritis karena dia?
Memang terakhir kali adalah perpisahan yang begitu dramatis karena Mew terlanjur sakit hati. Mew pergi begitu saja tanpa meninggalkan kesan baik dan hal itu pasti membuat Ibunya kepikiran lalu berinisiatif untuk menyusulnya, takut terjadi sesuatu pada dirinya dan lihat sekarang, Ibunya kritis. Terbaring tak berdaya di rumah sakit.
"Phi, dimana Phi sekarang? Hiks. Aku mencarimu ke tempat kerja lama tetapi mereka bilang kalau Phi sudah tidak bekerja disana lagi"
"Aku takut. Aku bingung harus berbuat apa. Hikss hiks"
"Selama 10 hari Mae di rumah sakit menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Aku sudah pakai semua tabungan ku saat kerja part time diam-diam dan semua itu sudah habis tidak bersisa. Mae juga tidak punya asuransi untuk membantu sedangkan pihak rumah sakit mengatakan kalau biaya adminisrasi tidak dibayar maka Mae tidak bisa menerima rawat inap lagi hiksss. Aku bingung sekali, Phi---hiksss"
"Sekarang kamu dimana?"
"Rumah sakit Bangkok Hospital, Phi. Kamar Mae di Melati 2 kamar 04"
"Tunggu disana. Phi akan segera datang"
"Khab, Phi"
Tutt tutt tut
Tepat setelah mematikan panggilan, Mew segera bergegas. Ia lari dari ruangan itu sampai tidak memperdulikan panggilan James dan Win.
"MEW, KAU TIDAK BISA PERGI BEGITU SAJA. KAU MASIH DALAM KONTRAK" Ucap James di tengah kegiatannya mengejar Mew di sepanjang lorong bersama Win.
"AKU TIDAK PEDULI DENGAN KONTRAK KEPARAT ITU. IBUKU SEDANG KRITIS SEKARANG"
"AKU PAHAM. TAPI KONTRAK ADALAH KONTRAK. KAU TIDAK BISA KELUAR DARI INI SEBELUM KAU MENERIMA IZIN DARI ATASAN"
Grep
James berhasil menangkap lengan tangan Mew di lobby gedung D.
"LEPASKAN AKU, PHI!!! LEPASKAN TANGANKU!!" Berontak kuat.
"Maaf Mew, tapi ini adalah tugasku. Kau harus mengerti keadaan disini----"
"KUMOHON UNTUK MENGERTI TENTANG KEADAANKU JUGA, PHI DAN LEPASKAN TANGANMU DARIKU!!!!!" Genggaman James padanya berhasil lepas namun, begitu ia berbalik, sebuah tamparan kuat ia dapatkan pada pipi sebelah kanan.
PLAKKKKKK
Mew sangat terkejut, begitupun juga dengan James dan Win yang baru sampai di lobby.
Suasana jadi mencekam setelah suara nyaring tamparan sebelumnya.
"Kembali ke dalam. Sekarang"
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top