SH - 08
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰
.
.
.
.
"Mew, kau ada waktu? Aku ingin bicara denganmu sebentar" Bank menemukan Mew sedang duduk di pinggir ranjang bersama beberapa tas pemberian Elena di sisi kanan dan kiri.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Dengan bahu tersentak, Mew cepat-cepat menghapus air matanya.
"Mew, kamu nangis??!" Bank mendekati Mew dan melihat air mata itu dengan jelas.
"Siapa yang membuatmu nangis?? Gulf lagi?" Mew menggeleng lemah, membuat Bank gemas.
"Lalu siapa? Cepat katakan padaku"
Mew menundukkan kepala kemudian berkata, "mereka"
"Siapa?!"
"Mereka mengatakan hal buruk tentangku dan aku belum sempat menghajar mereka satu per satu"
.
Flashback ON ✨
Sejak kedatangannya, Elena fokus ke jejak merah di leher Mew.
"Bekas cekikan itu---karena kamu masuk ke kamar Gulf tanpa Izin?"
Mew dibuat terdiam sejenak.
"D-Darimana Mom tahu---"
"Itu sudah bukan rahasia lagi disini. Apa yang kamu lakukan di kamarnya sampai dia begitu marah dan mencekikmu?"
"M-Miu hanya mengambil barang yang tertinggal di kamarnya"
"Bagaimana barangmu bisa ada di kamarnya?"
"Ceritanya panjang, Mom"
Elena memperhatikan Mew lalu mengusap rambut si bayi.
"Jangan lakukan itu lagi. Kita semua tahu betapa berbahayanya orang itu. Jauh-jauh sebisa mungkin"
"Ya, Mom" Setelahnya Mew menunduk lesu.
*Bahkan sesama VIP bisa sampai berkata seperti itu*
Tidak lama kemudian Elena mendapat panggilan yang mengharuskan dirinya untuk segera pergi meninggalkan Mew.
Sekali lagi, Elena meminta maaf telah melanggar janjinya untuk bersama Mew dalam waktu yang lama. Kesibukan seorang konglomerat itu tidak bisa dihitung dengan jari. Bahkan First, teman seperjuangan yang juga melayani seorang VIP telah tidak bersama dengan VIP nya hampir 6 bulan.
Menjadi orang kaya memang sesibuk itu.
Mew tidak terkejut.
Elena akhirnya pergi meninggalkan Mew di tempat praktek Off dengan penuh penyesalan.
"Sendirian lagi" Merapikan barang yang diberikan Elena kemudian ia tenteng menuju kamar.
Di sepanjang perjalanan, ia melewati lorong karyawan. Bekas cekikan Gulf yang terlihat jelas pada leher putihnya ternyata mengundang banyak bisikan dan pelecehan dari mereka yang terlihat tidak senang kepada Mew.
"Ada apa dengan lehernya?"
"Kudengar hanya VIP pertama yang bisa melakukan itu"
"Oh ya? Jadi, apa yang telah dia lakukan sampai mendapat perlakuan itu?"
"Mungkin---ah, aku tidak ingin dikira menyebarkan fitnah" Terkekeh.
"Terus terang saja---mungkin dia mau menjual dirinya kepada VIP pertama itu, siapa yang tahu?"
"Dan kemudian, VIP itu tidak suka lalu mencekiknya?"
"Kurasa bukan. Tapi dia masuk ke kamar VIP itu lalu mencuri sesuatu untuk dijual sehingga VIP itu marah besar"
"Ssstt, bicara pelan-pelan. Nanti dia dengar" Tertawa bersama.
Telinga Mew panas.
Mew sadar 100% mereka membicarakannya dan menghampiri salah satu dari mereka dengan kedua tangan mengepal erat.
"Kau sedang membicarakanku?"
"Hoi, apakah kita sedang membicarakannya?" Tanya orang itu kepada teman-temannya dan mendapat cekikikan mengejek.
"Hoi bung, memangnya apa yang kami bicarakan?" Tanya seseorang dari sisi berlawanan kepada Mew.
Mew melototi orang itu dan mendapat siulan mengejek.
"Kalian barusan membicarakanku! Kalian pikir aku bodoh? Bajingan tengik! Beraninya main keroyokan"
Jumlah mereka ada 5 orang. 2 wanita dan 3 pria, memandang Mew dengan rupa mengejek.
Mew jelas tidak terima diperlakukan seperti itu dan hampir melakukan baku hantam tetapi untungnya sebelum itu terjadi ada 1 orang yang melerai hingga perkelahian dapat terelakkan.
Mew meninggalkan tempat itu dengan perasaan menggebu-gebu karena belum sempat menghajar wajah jelek orang yang telah menghinanya dan mengekspresikan penyesalannya di dalam kamar.
Flashback OFF ✨
.
"Siapapun tidak boleh membully rekan kerja mereka. Itu tertulis di dalam kontrak yang mereka tandatangani. Beritahu padaku lorong berapa kamar mereka berada dan aku akan mendisiplinkan mereka segera sebelum pindah"
DEG
Mew shock dan melihat ke arah Bank yang sepertinya belum sadar atas apa yang ia katakan.
"Pindah? Kau mau pindah kemana, Bank?"
Deg
Bank sempat mematung sebentar.
"Itu lah yang ingin aku bicarakan padamu, Mew. Aku dipindahkan"
Dua titik air mata lolos begitu saja di pipi bulat Mew.
"Apakah karena aku terlalu bergantung padamu disini, menjadi alasan kamu dipindahkan?"
Bank segera menggeleng ribut.
"Sama sekali tidak"
"M--Mereka kekurangan orang jadi aku dibutuhkan disana"
Mew jelas tahu bahwa Bank sedang berbohong padanya saat ini dan mencoba untuk tidak berdebat.
"Bagaimana denganku?" Menggenggam lengan tangan Bank.
"Aku juga membutuhkanmu disini, Bank"
"Aku tidak punya teman dekat lagi selain kau"
"Kalau terjadi sesuatu, kemana aku harus melapor? Hiks"
"Bawa aku keluar, Bank. Bawa aku bersamamu. Aku tidak mau disini sendiri--hiks"
"Na na na? Bawa aku" Menggenggam telapak tangan Bank penuh harap.
Bank memijit kening. Sejujurnya ia juga tidak ingin meninggalkan Mew kalau bukan karena Gulf yang mengatur semuanya.
Bank benar-benar kehabisan akal.
"Aku minta maaf, Mew. Andai aku punya kuasa untuk membawamu, sudah pasti akan aku lakukan. Tapi aku sama sepertimu. Aku hanya menuruti perintah atasan dan tidak punya hak apapun untuk menolak selama kita masih ada di dalam genggaman kontraknya" Kekuatan genggaman Mew pada Bank perlahan hilang.
"Mew, aku sungguh minta maaf" Bank meraih telapak tangan Mew kemudian di usapnya dengan lembut.
"Aku menyesal. Kalau aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan membawamu ke tempat ini sejak awal"
"Kamu boleh marahi aku. Aku terima"
"Sebelumnya juga Mos sudah menegurku. Dia berkata benar, harusnya dari awal aku tidak melibatkanmu ke tempat berbahaya seperti ini. Aku sungguh minta maaf. Aku bukan teman yang baik untukmu. Bisa-bisanya aku malah menjerumuskanmu" Air mata Bank menumpuk di kelopak dan meluncur begitu saja.
Mew memeluk Bank dan mengusap punggungnya.
"Kamu tidak sepenuhnya salah. Aku datang juga karena keegoisanku sendiri. Aku minta maaf sudah merepotkan mu sampai kau dipindahkan. Aku sadar perbuatanku hampir menghancurkan karir yang sudah kau bangun susah payah selama 10 tahun di tempat ini. Yang bukan teman baik adalah aku, bukan kau"
Pikiran buntu. Bank tidak tahu harus berkata apa dan hanya membalas pelukan Mew. Mereka sama-sama berpelukan untuk waktu yang lama sebagai pelukan terakhir karena besok pagi Bank sudah harus meninggalkan Golf Mediterania. Meninggalkan kenangan yang terjadi selama 10 tahun dan meninggalkan sahabat tersayangnya, Mew.
"Ikut aku" Bank melepaskan pelukan Mew dan menarik tangan sahabatnya itu. Mew hanya mengikuti kemana Bank menariknya dan berhenti di sebuah kamar yang tidak jauh dari kamar Mew.
.
TOK TOK TOK
.
CEKLEK
.
Muncul wajah seorang pria yang memiliki ukuran tubuh sedikit tinggi dari Mew tapi wajahnya imut seperti kelinci.
"Perkenalkan, dia Mew, teman baik yang kubicarakan" Ucap Bank kepada temannya itu dan menoleh ke arah Mew yang tengah mencerna situasi.
"Dia Win Metawin, teman baru mu sekaligus orang yang akan menjaga mu disini" Mew melirik Bank dengan tatapan terkejut. Mew tidak tahu kalau Bank sudah mempersiapkan orang untuk melindunginya sampai sejauh ini.
"Oh, kau mungkin baru melihatnya hari ini karena dia baru balik dari cuti panjang"
Mew mengangguk paham.
"Jadi, namamu Win? Aku Mew Suppasit. Salam kenal" Mengulurkan tangan kepada Win dan disambut dengan baik.
"Kau tampak lebih manis dan kecil dari cerita Bank"
Mew segera melirik ke arah Bank, "kau membicarakan apa saja tentangku padanya?"
Bank menggaruk tengkuk leher sambil berpikir, "hanya--fisik"
Mew mendengus kecil.
"Jangan ragu untuk memanggilku kapan saja, Mew"
"Ya, aku akan memanggilmu setiap menit. Bersiaplah" Diakhiri sedikit canda tawa dari ketiga nya.
"Mew, kemari. Ada hal lain yang ingin kuberitahu"
"Win, kami pergi dulu"
"Hm. Jaga dirimu baik-baik selama di sana, Bank"
"Terima kasih. Sampai jumpa" Melambaikan tangan pada Win, diikuti Mew yang kembali di tarik tangannya oleh Bank. Mereka berhenti di sebuah bangunan yang cukup megah dan hanya berjarak 10 meter dari bangunan tempat tinggal Mew.
"Kamu belum pernah lihat VIP lain kan selama ini selain Gulf dan Elena?" Mew mengangguk kecil.
"Perhatikan ke arah sana baik-baik. Mereka semua hadir di tempat ini karena pertemuan penting"
Mew menajamkan penglihatan ke jarak 10 meter dari tempat persembunyian. Jujur, Mew sangat penasaran dengan wajah VIP-VIP tersebut dan tak lama, seorang wanita turun dari mobil ditemani seorang penjaga.
"Whoaaa!!! Cantik sekali" Mulut Mew menganga sepanjang wanita itu berjalan masuk ke dalam bangunan mewah tersebut.
"Yang tadi namanya Dilraba. Dia aktris dan model nomor 1 di China"
"Hah?"
Belum selesai keterkejutan Mew, seorang pria turun dari mobil.
"Pria itu namanya Joss Wayar. Orang terkaya nomor 2 setelah Gulf"
"Kau harus hati-hati dengannya karena dia Bisex. Tidak memandang status ekonomi, dia akan mendapatkan siapapun yang dia mau"
Gleg
Mew menelan ludah.
Bisex katanya? Berarti suka pria dan wanita dong? Pikir Mew.
Jangan kan hati-hati, Mew bahkan harus menjauh dari orang bernama Joss itu.
"Yang terakhir itu namanya Nicky Minaj. Rapper wanita nomor 1 di Amerika"
"Dia terlihat biasa saja seperti orang pada umumnya" Ujar Mew sambil memperhatikan wajah Nicky.
"Kau salah. Jangan lihat sampulnya saja. Biar muka biasa begitu, dia hyper sex. Sudah puluhan karyawan pria yang aku pegang di tiduri olehnya"
Mew langsung menutup mulut rapat-rapat.
"Pria seperti apa yang dia suka?"
"Kenapa menanyakan hal itu?"
"D-Dia tidak suka dengan orang sepertiku, kan?"
Bank memperhatikan Mew dari atas ke bawah.
"Tidak"
Baru saja Mew bernafas lega, Bank kembali menimpali, "tapi selera orang bisa berubah"
"Ai--sat!" Kembali memperhatikan ke kerumunan penjaga.
"Elena tidak hadir?"
"Kudengar dia ada urusan mendadak di New Zealand, jadi tidak mengikuti pertemuan"
"Oh"
"Itu saja untuk saat ini. Kau tahu nama dan wajah mereka agar bisa hati-hati kedepannya" Melihat jam tangan.
"Ayo kembali. Sekarang sudah larut malam"
"Hm"
Bank dan Mew kembali ke tempat mereka sementara pertemuan antar VIP terus berlanjut.
:
Ruang Pertemuan
"Woah, lihat siapa yang datang" Ucap Dilraba setelah Nicky menginjakkan kaki di ruangan yang sama dengannya.
"Shut up your mouth, mother fucker bitch"
"Wow! Aku baru bicara satu kalimat dan menerima umpatan sedemikian rupa" Melirik Joss.
"Lihat! Dia begitu kasar padaku"
"Kalian terus saja bertengkar setiap kali bertemu. Tidak pernah berubah" Menghidupkan pemantik.
Nicky menyapu rambut panjang nya ke belakang, "kenapa dia belum datang juga? Aku harus melakukan penerbangan ke Paris dalam 1 jam kedepan"
"Tenang sedikit. Aku baru dapat kabar jika dia memiliki urusan mendadak"
"Urusan apa? Paling juga urusan bersama jalang-jalangnya itu" Cicit Nicky.
"Tampaknya mood mu sedang kacau karena jalangmu tidak pernah kembali setelah membohongimu dan kabur dari kegiatan panas yang kau lakukan"
"Pffffffffftttt" Dilraba terkekeh, membuat Nicky sedikit kesal.
"Dia sangat lemah. Aku tidak bisa meniduri pria yang memiliki ejakulasi cepat. Sangat tidak memuaskanku. Tidak berbeda dengan dia"
"Maksudmu Gulf?"
"Siapa lagi? Dia punya banyak jalang yang lari di tengah sexs, sama sepertiku"
"Aku tidak terkejut dengan itu. Gairah sexs nya tidak main-main"
"Dia punya penis yang besar diatas rata-rata. Bagaimana orang-orang itu mampu memuaskan nya?" Sahut Dilraba yang sejak tadi menyimak percakapan.
"Hei" Nicky mulai berbisik.
"Kalian tahu? Aku pernah berpikir untuk tidur dengan dia setidaknya sekali. Aku ingin tahu bagaimana rasanya karena kami sama-sama maniak dalam hal sex"
"Seperti dia mau denganmu" Ejek Dilraba.
"Kau------!!!"
"Maaf membuat kalian menunggu lama"
Deg
Dilraba, Nicky, dan Joss segera berdiri, menyambut kedatangan Gulf.
"Bisa kita mulai sekarang?"
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top