5 : Angry

Rasanya tidak mungkin ada makhluk semacam vampir dan sejenisnya di dunia ini. Tapi setelah bertemu padanya, ternyata itu semua bukan lelucon semata.

Arabell♥️

Author

Arabell memasukkan tangannya di saku sweater. Matanya bergerak liar menikmati pemandangan pagi hari di jalanan kota Brisbane.
Sesekali ia menghirup napasnya panjang, menghirup udara segar yang menelusup masuk melalui hidungnya.

Setelah menyiapkan sarapan untuk Ibunya tadi dengan hanya memasak omelet, dan menunggu Ibunya makan untuk mencuci piringnya, Arabell segera berangkat ke kampus.

Padahal dia sendiri sebenarnya masih belum mau meninggalkan Paula seorang diri di rumah. Tapi karena dari permintaan Paula sendiri yang menyuruhnya untuk kuliah, mau tak mau dia pun menuruti permintaan Ibunya itu.
Kata Paula, dia bosan melihat wajah Arabell di rumah, dia akan tenang jika gadis itu tak terus-terusan menampakkan diri di hadapannya.

"Hei, mau ke mana?"

Arabell terlonjak kaget, menoleh cepat pada orang yang bicara dengannya barusan.

"Kau!?"

"Kenapa kau selalu terkejut dengan kedatanganku?"
Ethan bertanya tanpa menatap lawan bicaranya, mengikuti Arabell memasukkan tangan di saku---bedanya Ethan memasukkan tangannya di saku jubah yang ia kenakan sembari berjalan berdampingan di sebelah gadis itu.

"Dasar bodoh! Kau datang tiba-tiba, makanya aku terkejut! Lain kali jangan seperti itu jika ingin datang."

Ethan menoleh sekilas menatap Arabell bingung, "Lalu bagaimana caranya agar tak membuatmu terkejut?"

Arabell terdiam. Memikirkan cara yang tepat agar setiap kedatangan Ethan yang tiba-tiba tak membuatnya terkejut. Ia mendesah, menyerah karena tak bisa menemukan ide apapun.

"Aku tidak tau."

"Jadi, tak masalah 'kan kalau aku datang tiba-tiba? Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, kau ingin ke mana sekarang?"

"University of Queensland."

"Kau kuliah di sana?"

Arabell mengangguk.

"Baiklah kalau begitu aku akan menemanimu hari ini." Ethan mengulas senyum manis ke arah Arabell. Berhasil membuat tertegun Arabell sejenak, melupakan fakta kalau pria itu bukan seorang manusia.

"Tidak bisa, kau pasti akan membuat masalah di sana."

"Tidak akan, aku janji akan menjaga sikapku. Aku tak akan memakan orang-orang di sana meski ada yang memenuhi jadi mangsaku."

🍬🍬🍬

"Kau ke mana saat aku masuk kelas tadi?"

Ethan merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan sembari bersandar di sebelah loker milik Arabell, "Aku menghilang. Kulihat, tak ada seorang pun yang mengajakmu mengobrol daritadi?"

Arabell mengunci loker miliknya, menyimpan buku yang ia ambil ke dalam tas ransel, "Aku tak punya teman." balas Arabell setengah berbisik sembari menatap sekeliling, takut-takut pembicaraannya dengan Ethan membuat orang-orang di kampus curiga.

Pasalnya, Ethan sendiri sedang dalam mode menghilangkan tubuh, jadi hanya dia yang bisa melihat pria itu karena dia sudah membuat kontrak.
Kekuatan lain Ethan yang baru Arabell ketahui.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tas, sebuah permen. Membuka bungkus lalu menaruhnya di dalam mulut.

"Tidak punya teman? Apa maksudmu?"

Arabell mengedikkan bahu tak peduli, gadis itu berjalan mendahului Ethan, "Menurutmu apa maksudku?"

"Kau tak mau berteman dengan mereka atau bagaimana?"

"Mereka yang tak mau berteman denganku. Tapi aku tak masalah. Mereka bilang mereka tak sudi berteman dengan anak haram."

Ethan mengerutkan dahi sembari melayang cepat agar bersisian dengan Arabell, "Anak haram?"

"Ayahku berselingkuh dengan wanita lain. Lalu lahirlah aku."

"Mengapa?"

"Ayah tak pernah membicarakannya."

Ethan menghentikan langkahnya. Menatap punggung Arabell yang terus berjalan di depan. Ia tak menyangka hidup Arabell harus semenderita ini. Padahal gadis itu menurut Ethan tampaknya baru berusia sekitar 18 tahunan, tapi sudah harus menghadapi hidup serumit ini.
Andai Ethan bisa memakan jiwa Arabell untuk menghentikan penderitaan hidup gadis itu, maka akan Ethan lakukan. Tapi tentu saja tak bisa, karena ada larangan bagi para iblis untuk memakan jiwa manusia yang suci, apalagi seperti Arabell. Jika melanggar, maka siap-siap saja akan dihabisi langsung oleh raja.

"Kau ingin ke mana sekarang?"
Tanya Ethan setelah dia berhasil berjalan bersisian lagi dengan Arabell. Mereka berdua kini sudah berada di halaman kampus.

"Belanja bahan masakan ke pasar."

"Aku ikut ya."

"Kenapa kau terus mengikutiku? Kau membawa aura menyeramkan setiap kali kau datang."

"Tapi aku tak memakanmu 'kan? Lagipula aku adalah kekasihmu. Jadi aku harus menjagamu."

Arabell mengangkat satu alisnya, "Begitukah? Memangnya kau tak punya pekerjaan lain sebagai iblis?"

"Punya. Pekerjaanku mencari jiwa yang hilang dan memburu orang-orang jahat. Tapi sekarang tugas untukku kosong. Jadi aku bisa menghabiskan waktu berdua dengan kekasihku."

Arabell sedikit ngeri saat Ethan menyebut akan menghabiskan waktu berdua dengannya. Mengingat pria itu bukan manusia, kedengarannya konyol kalau menghabiskan waktu bersama makhluk yang bukan berasal dari dunia yang sama sepertimu, "Siapa yang memberikan tugas itu? Raja?"

"Ya."
Arabell hanya mengangguk paham, setelahnya tak ada percakapan lagi di antara mereka.

"Aku mendapatkan tasmu!"
Arabell jatuh terduduk saat seorang mahasiswa menubruknya begitu saja.
Namun laki-laki itu tak langsung pergi saat menyadari dia sudah menabrak Arabell, alhasil dia mengulurkan tangannya untuk membantu Arabell bangun.

Arabell menatap kedua tangan yang kini sama-sama ingin membantunya dari dua pria berbeda---Ethan dan pria yang menabraknya tadi.

Karena tak ingin mengambil resiko, akhirnya ia menerima uluran tangan pria berambut pirang yang menabraknya tadi.

"Maaf ya, aku sedang bercanda dengan seorang temanku. Kau tak apa 'kan?"
Kata pria tadi sambil mengusap tengkuknya, merasa bersalah.

Sebelah tangannya masih memegangi tas yang diyakini Arabell bukan milik pria itu.

Arabell mengangguk, "Tak apa. Aku baik-baik saja."

"Benarkah? Kalau boleh tau siapa namamu? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya?"

"Arabell Stacy. Anak jurusan seni."
Jawab Arabell tanpa berniat sedikit pun untuk bertanya balik siapa nama pria di hadapannya ini.

"Oh, seni ya. Oke Arabell, namaku Kane Everett. Anak jurusan psikologi."

Arabell terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjabat tangan Kane. Kane terus melemparkan senyum yang sulit diartikan ke arah Arabell, namun Arabell membalasnya dengan ekspresi datar, tak berniat untuk mengenal seorang pun di kampus ini.

Dia sudah terbiasa hidup sendiri tanpa teman. Jika punya teman pun, ujung-ujungnya mereka akan menjauhi Arabell setelah beberapa hari lantaran termakan hasutan dari orang-orang yang sudah mengenalnya sebagai anak hasil dari hubungan gelap.

"Hei, kembalikan tasku, brengsek!"
Kane menoleh cepat ke belakang, mendapati temannya yang diambil tasnya tadi sudah berlari mendekati. Buru-buru Kane pergi dari situ setelah sempat berpamitan pada Arabell.

"Kau menyukainya?"

Satu alis Arabell terangkat, heran mendengar pertanyaan Ethan yang sejak tadi di sebelahnya, "Tentu saja tidak. Apa yang kau bicarakan?"

"Dia tampaknya menyukaimu."

"Aku tak peduli."

"Benarkah? Lalu mengapa kau lebih memilih menyambut tangannya ketimbang tanganku sendiri yang adalah kekasihmu?"
Nada suara Ethan terdengar kesal. Semakin membuat Arabell tak paham.

"Aku tak ingin dia tau keberadaanmu. Kau lupa kalau kau sedang menghilang?"

Ethan berdecak, sejak tadi dia hanya diam memperhatikan Kane yang bicara pada Arabell.
Dia menilai, sepertinya Kane bukan pria baik-baik. Terlihat dari bagaimana cara Kane menatap Arabell tadi, tatapannya liar ke arah gadis itu. Tapi sepertinya Arabell tak menyadari, itulah yang membuatnya kesal.

"Tapi jangan seperti itu juga. Aku ini kan kekasihmu."

"Bisakah kau tak usah terus menekankan kalau aku ini adalah kekasihmu? Aku risih mendengarnya, Eth."

"Kenapa? Kau mau membatalkan perjanjian kita? Kau menyukai pria itu kan?"

"Kenapa jadi Kane? Aku membicarakan kita di sini."

"Terserah."
Setelah itu bayangan Ethan di sebelahnya segera menghilang entah ke mana.

Arabell menghela napasnya kasar, dia tak menyangka ternyata seorang iblis bisa lebih cerewet dari manusia.

Padahal kan ini hanya masalah kecil. Tapi Ethan seolah membesarkannya.
Dia sudah tak mengerti jalan pikiran pria itu.
Arabell melanjutkan jalannya, tak mempedulikan kehilangan Ethan hanya karena pertengkaran kecil mereka.

Tbc...

Adakah yang menunggu cerita ini?

Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top