39 : Date
If I say you are mine, that means you are my responsibility.
♥️Ethan♥️
Author
Arabell tersenyum manis ke arah Ethan yang berada di bangku pengemudi. Setelah keduanya sepakat bahwa mereka akan menikah dua hari lagi yang di mana bertepatan dengan hari ulang tahun Arabell, Arabell mengajak Ethan untuk berkencan terlebih dahulu sekaligus mengunjungi ibunya yang sudah lama tak ditemui.
"Oke, pertama kau akan mengajakku ke mana dulu, hm?"
Ethan tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya melempar senyum misterius, "Rahasia."
Arabell terkekeh, sebenarnya tujuan mereka hanya dua saat ini---ke rumah Paula dan berkencan---tapi otak gadis tersebut terlintas sebuah tempat yang sejak kemarin ingin ia kunjungi.
"Eth, aku ingin menemui temanku sebentar, boleh?"
Ethan yang sedang fokus mengemudi menoleh, mengernyitkan dahi, "Teman yang mana? Adam?"
"Bukan, Lorret Gibson, teman baruku kami satu kelas. Teman dekat."
"Lorret Gibson? Kau belum mengenalkannya padaku." Nama itu memang baru pertama kali ini Ethan dengar. Awalnya dia kira Arabell ingin ke rumah Adam lagi, meski hubungan mereka sudah sebagai seorang kekasih sungguhan, namun tampaknya Ethan tak bisa mengurangi perilaku posesifnya. Bahkan mungkin harus ditingkatkan lagi hal tersebut.
Ethan menoleh bingung saat mendengar Arabell terkikik geli di sebelahnya, "Kurasa aku tak mengatakan sesuatu yang lucu."
"Kau tak sadar, kau baru saja mengatakannya. Lorret Gibson? Kau belum mengenalkannya padaku. Kau tau? Kau bicara seperti Ayahku. Ayolah Eth, dia seorang gadis bukan pria, oke? Aku ingin menemuinya, sebentar saja."
"Baiklah, katakan di mana alamat rumahnya."
"Bukan rumah, tapi club. Dia bekerja di sana."
Ethan hanya bisa menatap Arabell yang saat ini tengah tersenyum tipis kepadanya.
Apalagi sekarang?
🍺🍺🍺
"Kau mau ke mana? Tunggu di sini saja."
Ethan mengurungkan niat untuk membuka pintu mobil tepat ketika Arabell mengatakan hal barusan, dia mengernyit, menatap Arabell dengan curiga, sungguh tak mengerti pada perintah sang kekasih.
"Eth, please. Ini pembicaraan wanita. Kau tak perlu masuk, hm? Aku janji akan sebentar."
Sambil tersenyum manis, gadis berambut coklat tersebut segera mendekatkan bibirnya ke bibir Ethan, memberi kekasihnya kecupan singkat.
Melihat Arabell segera masuk ke dalam club, hati Ethan sedikit tak tenang dibuatnya. Bagaimana tidak, pasalnya dia tau club itu tempat yang seperti apa. Dan dia khawatir kalau-kalau gadisnya digoda oleh pria yang ada di dalam sana.
Maka dengan gerakan cepat, Ethan segera turun dari mobil dan menyusul sang kekasih memasuki club. Mengabaikan perintah dari Arabell tiga detik yang lalu.
"Maaf sayang, aku tak bisa menunggu saja."
Bisiknya sembari berjalan cepat dengan kedua tangan disembunyikan di dalam saku jubah.
Ketika masuk, Ethan langsung disambut oleh suara musik dj yang berputar serta ruangan dengan lampu warna-warni menyala.
Dia berusaha mencari keberadaan sang kekasih di tengah orang-orang yang berkunjung ke sana. Memang keadaannya tak seramai saat malam hari, namun hanya dengan cahaya lampu warna-warni yang tidak cukup terang membuat Ethan sedikit kesulitan mencari surai coklat itu.
"Kau butuh sesuatu, Tuan?"
Seorang wanita berambut curly berwarna blonde tiba-tiba saja mendekatinya, menatap Ethan dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun Ethan tau bahwa manusia di depannya ini termasuk manusia jahat, sasaran empuk untuk menjadi makanan. Tapi untuk saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat mencari mangsa.
"Aku mencari Lorret, Lorret Gibson. Kau kenal?"
Wanita dengan bibir merah menyala itu tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk, "Ya, dia bartender di sini. Ada apa dengannya?"
"Di mana dia?"
Tanya Ethan bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan wanita tadi, dia tak peduli pada wanita di depannya ini mau pun si Lorret Gibson itu, yang dia pedulikan hanyalah gadisnya baik-baik saja.
"Dia sedang di lantai atas bersama seorang wanita yang baru datang. Mau minum bersamaku? Ayolah, selagi dia berbincang bersama wanita tadi kita duduk dulu di sana, oke?"
Seharusnya Ethan menarik lengannya yang kini digandeng oleh wanita tadi, namun dia hanya menurut mengingat Arabell sebelumnya memang tak mengizinkan untuk masuk. Mungkin kekasihnya punya urusan mengenai kuliah bersama gadis bernama Lorret itu. Kalau pun ada urusan lain, sebenarnya Ethan tak perlu khawatir, dia bisa mengetahui apa urusan itu nanti dengan kekuatan yang dimiliki.
"Aku Betty Lou, siapa namamu?"
Betty tampak melambaikan tangan pada seorang bartender hingga datang ke sofa yang mereka duduki.
"Ethan Ricardo, si iblis dari tanah neraka."
Betty tersenyum lebar, dan Ethan tau apa penyebabnya. Setiap manusia yang ia temui akan selalu menganggap kalau yang dikatakannya adalah sebuah lelucon, ya kecuali Arabell, saat mengatakan itu Arabell malah semakin ketakutan pada Ethan, Ethan sedikit merasa lucu mengingat kejadian tersebut.
"So, jadi kau iblis, heh? Semacam badboy begitu?"
Ujar Betty dengan suara sok sexy sembari tangannya mengelus dada bidang Ethan yang masih tertutup pakaian.
Reflek saja Ethan menangkap lengan Betty, menatapnya dengan intens, diam-diam dengan cara itulah Ethan mencuri kesempatan untuk mengetahui identitas Betty.
'Betty Lou, 39 tahun, memiliki seorang putra, bekerja sebagai pelayan sex di club ini.'
Baca Ethan di dalam hati, masih tak melarikan tatapan lekat dan pegangan tangannya dari Betty sebelum dehaman seorang bartender menyadarkan mereka berdua.
"Ah, bawakan aku sebotol bir."
Betty berkata buru-buru tanpa menatap ke arah bartender laki-laki tadi, matanya terus tertuju pada Ethan, dalam hati dengan cepat dia menilai bahwa tindakan Ethan tadi sebagai bentuk dari ketertarikan pria itu terhadapnya. Padahal kenyataannya tidak begitu, Ethan menggali identitasnya lewat sentuhan fisik.
"So, ada perlu apa kau ke sini? Maksudku, apa hubunganmu dengan Lorret?"
Ethan berdecak di dalam hati saat dirasanya tangan Betty kini giliran menyentuh pahanya.
Sebagai seorang iblis yang baik-baik---setidaknya itulah menurut Arabell---dia ingin menjadi kekasih yang setia untuk Arabellnya.
Jika tidak sedang berada di tempat seperti ini, di gang sempit misalnya, Ethan pasti sudah langsung memangsa jiwa Betty. Namun dia sedang di club, ada beberapa orang di sekitarnya kini, dan dia tau bahwa sekarang bukan waktunya untuk mencari mangsa atau kalau tidak Arabell akan memarahinya habis-habisan lantaran membuat kacau acara kencan mereka.
"Dia---"
Ucapan Ethan terhenti begitu ia melihat sang kekasih akan turun melewati tangga, dia reflek berdiri diikuti Betty yang keheranan mengikuti arah pandangan Ethan.
Saat Arabell tepat hampir menyentuh anak tangga terakhir, Ethan bergegas membalikkan badan, memeluk Betty dengan terpaksa hanya agar Arabell tak melihat kehadirannya di sana hingga gadis itu keluar melewati pintu utama.
"Terima kasih atas infonya, aku ingin bicara dengan Lorret dulu."
Setelah mengatakan hal tersebut Ethan langsung naik ke lantai atas meninggalkan Betty yang masih terkejut dengan wajah merona merah.
💄💄💄
"Lorret Gibson? Apa itu kau?"
Seorang gadis dengan gaya rambut bob menghentikan kegiatannya melapisi lipstick di bibir, menoleh memandangi Ethan dengan sebelah alis terangkat.
"Ya. Aku Lorret Gibson, siapa kau?"
Ethan tak menjawab apa-apa lagi, pria yang kini mengubah matanya menjadi perak itu segera saja mendekati Lorret, memulai aksinya untuk menghipnotis gadis berambut hitam tersebut.
"Kau kenal Arabell Stacy? Teman satu kelas di kampusmu?"
Lorret mengangguk seperti robot, matanya menatap lurus tepat ke bola mata Ethan yang bersinar, "Ya."
"Mengapa Arabell Stacy menemuimu tadi?"
"Untuk menyetujui tawaranku yang ingin membawanya kerja di sini, bersamaku menjadi bartender."
Ethan terdiam, sedikit terkejut atas pernyataan Lorret barusan. Jadi alasan Arabell ke sini karena ingin bekerja di club ini bersama Lorret? Yang benar saja? Arabell bahkan tak memberitahunya apa-apa mengenai hal ini.
Ethan berdeham, memulai lagi yang ingin ditanyakannya pada teman baru Arabell tersebut. "Kapan dia bisa mulai bekerja di sini?"
"Besok."
Ethan mendengkus kasar mendengarnya, "Lupakan semua ini, lupakan aku pernah ke sini dan menemuimu."
Setelahnya Ethan langsung menonaktifkan mata peraknya dan segera keluar dari club tersebut.
"Kau memasuki club, Eth? Kenapa?"
Arabell bertanya begitu melihat Ethan memutari mobil dan masuk ke dalam, di samping kekasihnya itu.
"Kau mencariku? Kupikir kau ke tempat lain, mengapa kau---"
"Ada masalah? Lagipula aku ke sana untuk memastikan sesuatu. Dan aku sekarang jadi tau sesuatu yang tak aku tau."
Mendengar hal itu Arabell langsung melarikan pandangan, tak berani bertatapan dengan mata emerald Ethan yang kini seolah mengintimidasinya, "Se-sesuatu apa?"
"Sesuatu tentangmu, bahwa besok kau sudah bisa bekerja di club itu."
"Eth, aku harus---"
"Harus apa? Katakan, harus apa, Ara?"
Potong Ethan cepat, tetap menatap Arabell yang kini sudah berani menatapnya.
"Aku harus bekerja untuk menghidupi diriku sendiri dan juga Ibu. Aku tak ingin selamanya bergantung padamu, kau sudah banyak membantuku selama ini. Aku---"
"Tapi kita akan menikah, Ara. Dengarkan aku, saat kita sudah menikah nanti aku berhak untuk memenuhi kebutuhan hidupmu beserta Ibumu. Itu adalah tugasku. Kau tau? Aku ini hanya iblis, uang tak terlalu penting untuk kami, jiwa manusia jahat yang penting. Jadi apa salahnya uangku kuberikan untukmu? Untuk hidupmu dan juga Ibumu?"
Arabell memegangi tangan Ethan yang kini berada di sebelah pipinya, menatap sang kekasih dengan lembut, "Eth, aku tau, tapi aku tak ingin selamanya begitu. Selama ini aku sudah cukup merepotkanmu dengan segalanya. Jadi aku mohon dengan sangat tolong izinkan aku bekerja di club itu, oke?"
Ethan menggeleng cepat, "Tidak, kau tak boleh bekerja di sana, kau tak boleh bekerja, Ara. Sebentar lagi kau akan menjadi istriku, seperti manusia pada umumnya, jika sudah begitu suami berhak membiayai hidup istrinya, kau mengerti? Jadi jangan membahas masalah ini lagi, kita sudah menyepakatinya bahwa kau tak akan bekerja di mana pun, oke?"
"Eth---"
"Oke, Ara?"
Arabell menghela napas panjang, menatap mata Ethan yang meminta kepastian. Semua yang dikatakan Ethan tidak sepenuhnya salah, namun dia juga merasa tak ingin selalu merepotkan kekasihnya. Tapi jika sudah begini apa yang bisa dia lakukan? Untuk berbohong pun rasanya susah, well dia berurusan dengan seorang iblis tentu saja ini bukan perkara yang mudah. Mau tak mau, jalan keluar dari semua ini hanyalah menyerah.
"Oke, Eth."
Mendengar hal itu Ethan langsung menampilkan senyumnya, membawa kepala Arabell bersandar di dada bidangnya.
Tbc...
Haee i'm back!:")
Aku kangen beut sumpah sama pasangan EthAr:""
Dan syukurlah setelah sekian lama akhirnya SE bisa up lagi😭😭😭
Buat yang udah lama nungguin SE update maapkan aku yak, aku ga bisa menuhin janjiku buat rajin update pas bulan puasa kemaren:"
Sekarang jadwalku udah padet (sok padet maksudnya), main hp pun pas tengah malem sama pagi baru bisa karna udah kerja:(
Tapi kalo ada waktu aku sempetin kok buat update:"*
Love kalian pecinta EthAr❤❤❤
Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚
❤MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top