30 : Rescue

Tidak masalah pada siapa aku jatuh cinta. Dunia ini penuh misteri dan penuh ketidakmasukakalan. Jadi, izinkan aku memberikan hatiku untuk seorang iblis.

♥️Arabell♥️

Author

Terlihat Arabell keluar dari pasar langganannya, St Lucia Marketplace, sambil membawa belanjaan yang sedikit dengan hanya muat dalam satu plastik berukuran sedang. Gadis itu berjalan pelan, mengamati setiap toko yang ia lewati di jalanan dengan sebuah lolipop yang terkulum di dalam mulut.

Dia berencana ingin mencari pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi dirinya sendiri dan juga sang ibu. Ia sangat tak enak hati jika hidupnya harus terus-terusan dibiayai oleh Ethan.

Arabell berpikir, tak mungkin selamanya dia akan mengharapkan bantuan dari Ethan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi pria itu akhir-akhir ini sering meninggalkan Arabell sendirian.

Arabell berhenti di sebuah kafe yang menjual berbagai jenis minuman. Matanya bergerak liar mencari kertas atau pemberitahuan mengenai lowongan pekerjaan di depan kaca jendela kafe tersebut, namun nihil, dia tak menemukannya sama sekali. Lantaran tak ingin menyerah sampai di situ saja, Arabell berjalan masuk ke dalam kafe, menghampiri seorang kasir yang ada di sana sembari mengeluarkan lolipop tadi dari mulutnya.

"Permisi, aku mau tanya, apa di sini sedang membutuhkan pekerja baru atau pekerja tambahan?"

Pria yang menjadi kasir tadi langsung berdiri dari duduknya, memperhatikan Arabell lekat. "Ah, aku juga tidak tau. Silahkan kau tanya langsung pada pemiliknya yang di sana."

Arabell mengikuti arah tangan si kasir kepada seorang pria berjas. Lantas, ia tersenyum ramah dan mengucapkan terima kasih pada kasir tadi sebelum akhirnya menghampiri si pria berjas.

"Maaf, permisi, saya Arabell Stacy, apa di sini ada lowongan pekerjaan?"

Pria berjas yang tengah sibuk pada ponsel pintarnya mendongak, memperhatikan Arabell dengan seksama. "Maaf, di sini sedang tidak menerima pekerja baru."

"Ah, begitu. Baiklah, terima kasih."
Arabell melemparkan senyum ramah dan izin pamit dari situ setelahnya.

Sesudah dari kafe tadi, Arabell terus mengunjungi beberapa kafe dan juga beberapa kedai untuk menanyakan hal yang sama. Tapi nihil, entah mengapa semuanya secara serentak tak ada yang membutuhkan pekerja baru atau pun pekerja tambahan.

Merasa lelah, dia pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah apalagi hari sudah akan petang. Arabell berpikir, mungkin lain kali dia akan mencari ke kafe lain dan kedai lain, mungkin hari ini ia hanya tak beruntung itu sebabnya semua kafe dan kedai yang sudah ia masuki tak ada satu pun yang membuka lowongan pekerjaan.

Sambil masih mengulum lolipop di mulut, mata Arabell seketika berbinar saat dia berjalan menyusuri jalanan matanya menangkap seekor kucing berwarna putih yang sedang melihat ke arahnya.

Dia tersenyum lebar, lantas berlari untuk menangkap kucing itu tanpa ia sadari kucing tadi sudah berlari menuju jalan raya.
Kucing tadi menyeberang dengan gerakan cepat, disusul Arabell yang juga akan menyeberang setelah menoleh ke kanan dan ke kiri sekilas, namun entah Arabell yang tidak sadar atau terlalu santai, sebuah mobil datang dari arah kirinya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Gadis itu menoleh dan terbelalak saat menyadari mobil tadi sudah mendekat, sedangkan posisinya sudah berada di tengah jalan. Ia memejamkan mata, takut membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkinkah ini hari terakhir hidup Arabell di dunia?

Bum!

Bunyi itu begitu nyaring hingga hampir memekakkan gendang telinganya, dia masih terpejam, dia merasakan dirinya seolah melayang.

Apa dia sudah di surga?

Tak mungkin! Dia ingin membuka mata tapi terlalu takut menghadapi kenyataan. Arabell takut membayangkan jika nanti dia akan mendapati tubuhnya sudah menjadi arwah.

Tapi Arabell merasakan hal yang aneh, dia merasa kakinya masih berpijak seperti sebelum kejadian tadi terjadi.

"Kau tak apa, buka matamu."

Suara itu.
Arabell tau persis itu suara siapa. Suara yang sudah dia rindukan begitu lama.

"Ethan?" Tanyanya begitu membuka mata dan mendapati sosok bermata perak sudah berdiri tepat di depannya.

"Kau baik-baik saja?"

Arabell tak menggubris pertanyaan Ethan, dia hanya terpaku menatap mata Ethan yang berubah warna menjadi perak. "A-aku hampir saja ditabrak---"

"Sudah kusingkirkan."

"Maksudmu?" Arabell bertanya dengan suara tercekat, dia masih merasa syok akibat kejadian tadi.

Sembari menunggu Ethan menjawab, Arabell memperhatikan sekelilingnya kemudian beralih pada kakinya. Dia sudah tak berada di jalanan tadi, sekarang mereka berdua tengah berdiri di bawah pohon rindang di sebuah taman yang Arabell sendiri tak tau di mana.

"Apa ini surga?"

Pertanyaannya barusan sukses membuat Ethan berdecak kesal. "Mana mungkin ada iblis di surga."

"Lalu kita di mana? A-aku tadi hampir saja tertabrak sebuah mobil saat aku sedang mengejar seekor kucing, lalu...kenapa aku jadi ada di sini? Dan bersamamu pula."

"Kau memang hampir tertabrak tadi. Tapi aku segera menyelamatkanmu dengan mendorong mobil itu mundur menggunakan kekuatanku."

"Mendorong mobil? Kekuatan?"
Arabell semakin tak mengerti pada apa yang terjadi. Bunyi dentuman keras tadi, apa iya itu akibat dorongan kekuatan Ethan?

"Aku bisa mendorong, mengangkat, dan melayangkan benda berat apa pun menggunakan tanganku, termasuk mobil yang berjalan. Setelah menghentikannya, aku langsung mengubah wujud menjadi bayangan dan membawamu ke sini."

"B-bagaimana keadaan si pengemudi?"

Ethan mengernyit dan mendengkus di saat bersamaan. Padahal dia sendiri sangat mengkhawatirkan keadaan Arabell, tapi gadis itu malah sempat-sempatnya memikirkan keadaan orang lain.

"Aku tidak tau, mungkin hanya terluka. Kenapa kau malah menanyakannya? Seharusnya aku yang bertanya bagaimana keadaanmu. Kau membuatku khawatir saat kau berlarian mengejar binatang pembawa masalah itu. Aku tak ingin kau mengulangi perilaku ceroboh seperti tadi lagi, Ara. Jika aku tak mengikutimu tadi, entah apa yang akan terjadi padamu."

Arabell mengangkat satu alis heran. "Mengikutiku? M-maksudmu kau mengikutiku hari ini?"

Ethan melarikan pandangan, entah perasaan Arabell saja atau memang benar adanya, tapi Ethan kelihatan gugup saat ini. Membuat hatinya sedikit tergelitik atas kelakuan menggemaskan dari sang kekasih.

"Hm. Aku mengikutimu sejak pulang dari kampus tadi."

Arabell tak bisa lagi menahan senyuman lebarnya, dalam satu gerakan cepat dia langsung mendekap erat tubuh Ethan, menumpahkan segala kerinduan yang ia rasa selama beberapa hari ini pada tubuh hangat itu.

"Aku sangat merindukanmu, Eth. Please, jangan tinggalkan aku lagi."
Meski Ethan tak membalas pelukan erat Arabell, tapi pria itu menampilkan senyum tipisnya. Menandakan kalau dia akan menuruti kata-kata di akhir kalimat Arabell.

💋💋💋

"Eth." Panggil Arabell yang kini sudah duduk di atas kaki Ethan yang terjulur, dengan kedua tangan Ethan yang ia suruh secara paksa untuk melingkari tubuhnya, memeluknya dari belakang.

Mereka berdua sudah berada di rumah Arabell, dan keduanya sama-sama sudah akan tidur dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi karena Arabell belum mengantuk, gadis itu mengajak Ethan untuk memandangi langit malam terlebih dahulu, di mana hal tersebut merupakan kesukaan bagi keduanya.

"Apa?"

Arabell bergerak mengubah posisinya menjadi menghadap ke arah Ethan, masih duduk di kedua kaki pria itu.

"Kau tak marah kan padaku karena aku tak setuju pada perbuatanmu ke Meta? Kau tau? Aku hanya syok harus mengetahui orang-orang yang pernah kutemui mati karenamu. Dan lagi, hal itu disebabkan olehku. Meta menyukai Adam, itu sebabnya dia menyiksaku bersama teman-temannya kemarin. Dia merasa aku sudah merebut Adam darinya, padahal Adam sendiri yang menyukaiku. Aku tak menyukainya, sungguh. Ciuman waktu itu...maafkan aku, Eth. Dia tiba-tiba melakukannya, aku syok dan langsung marah padanya setelah itu. Aku sudah jujur pada Adam kalau aku sudah punya kekasih. Dia kelihatan kecewa, tapi aku tak peduli. Aku mengerti apa yang kau lakukan pada Meta itu hanyalah untuk melindungiku, aku paham, dan aku sudah memaafkanmu atas kematian Meta."

"Aku tak membutuhkan maafmu, aku melakukannya karena aku ingin."

Arabell mendengkus sambil mengerucutkan bibirnya lucu. Gadis itu langsung bergerak untuk mendekap Ethan, "Kau ini, menyebalkan sekali! Apa kau tau kalau aku sangat merindukanmu sejak kau meninggalkanku? Akhir-akhir ini kau sering meninggalkanku karena masalah kita. Aku ingin memperbaiki hubungan kita, Eth. Aku tak ingin seperti ini terus. Aku tak ingin kau meninggalkanku lagi. Selama kita menjadi kekasih, kau tak pernah mengajakku berkencan. Bagaimana kalau kau mengajakku berkencan untuk memperbaiki hubungan kita?"

Arabell mendongak, menatap Ethan penuh harap.

"Tidak mau."

"Kenapa? Oh ayolah, please."

"Kenapa kau minta yang aneh-aneh padaku? Kita ini hanya---"

Mata Ethan membulat sempurna diikuti warna perak yang kini menguasai kedua mata ketika Arabell memotong ucapannya dengan langsung menyambar bibirnya, mencumbunya lembut.

Kau benar-benar mencari masalah, sayang.

Tbc...

Wah...kira-kira apa yang bakalan terjadi selanjutnya ya?😳

Kalau mau tau, tunggu updatenya😆

Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top