28 : Worried

Satu cinta, dua hati, dua dunia, dua wujud.

♥️Author♥️

Author

Mobil van putih yang digunakan untuk menculik Arabell mengerem secara mendadak ketika dua orang pria menghalangi jalan mereka.

Thris dan Alex melongok untuk melihat dengan jelas siapa kedua orang itu, sedangkan Arabell terbelalak seperti mengenal kedua pria yang kini berjalan berlainan sisi, mengetuk kaca pintu pengemudi dan juga pintu belakang tempat penumpang.

"Turun."

"Siapa kalian berani menghalangi jalan kami?"
Bentak Thomas, tak kunjung membukakan pintu untuk pria berambut hitam yang menyuruhnya turun.

Di saat yang sama, pria berambut blonde---pria lain dari penghalang tadi---sedang berdebat dengan Alex, si pria bermata biru.

"Sebenarnya kau ini siapa?"
Tanya Alex geram dan turun dari mobil lantaran pria berambut blonde tak henti mengetuk kaca mobil.

"Serahkan gadis itu pada kami."

Alex menyeringai, menoleh sejenak untuk melihat Arabell, "Oh, jadi kalian mau menyelamatkan gadis ini, ya? Kalau begitu langkahi dulu mayat kami bertiga baru kau bisa membawa gadis ini."

"Oke, siapa takut," kata si pria berambut blonde dengan tenang. Sangat tenang bahkan dia sendiri hampir tertawa mendengar penawaran dari Alex tadi.

Alex yang geram langsung melayangkan tinjuannya, namun secepat kilat pria tadi mengelak, memutar lengan Alex hingga menimbulkan bunyi krek yang terdengar jelas sampai tubuhnya berputar dan jatuh.

Sedangkan pria berambut hitam kini sudah berhasil membuat Thomas terkapar di kursi pengemudi dalam keadaan tak sadarkan diri.

Thris yang masih tersisa sendiri segera keluar dari mobil dengan membawa Arabell yang masih terikat, menodongkan pisau ke arah leher Arabell yang di mana leher gadis itu sudah diapitnya. "Kalau kalian mendekat, aku akan membunuh gadis ini!"

"Ancaman yang klise, manusia," kata si rambut hitam bosan, "Bagaimana? Kau atau aku?"

Dia bertanya pada saudaranya, si rambut blonde memajukan diri, tanda dia yang akan beraksi untuk yang terakhir ini.

"Jika kau menyakiti gadis itu, akan merepotkan bagi dirimu nanti. Teman kami pasti akan memakanmu tanpa berpikir dua kali."
Thris mengernyit, matanya terbelalak kaget ketika si rambut blonde mengubah wujudnya menjadi bayangan hitam, kini melayang tepat di depan wajahnya.

Tangan Thris bergetar, diikuti apitannya di leher Arabell yang semakin mengendur, pisaunya pun bahkan sudah jatuh begitu saja ke aspal jalanan.
Ia ketakutan setengah mati dengan mulut terbuka lebar, seolah baru sadar pada lawan yang dia ancam saat ini. "K-kau? Kau ini apa?"
Tanyanya sambil mundur beberapa langkah.

Si rambut blonde yang berubah wujud tadi menyeringai, bersamaan dengan aktifnya mata perak miliknya.

Tak mau berbasa-basi lagi, bayangan tadi mendekati Thris dengan cepat, mencekik leher pria itu dengan sebelah tangan sampai tewas dan menjatuhkan tubuh Thris begitu saja di jalanan aspal.

Baru saja dia akan memakan jiwa Thris, jeritan Arabell yang teredam membuatnya berbalik cepat untuk melihat Arabell yang kini menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Ada apa, Arabell?"
Tanya si rambut blonde, mengubah kembali wujudnya menjadi normal, perlahan berjalan mendekati Arabell dan membuka tali serta lakban di mulut gadis itu.

"Jangan, Allan. Setidaknya, jika kau ingin memangsanya, jangan di hadapanku."

"Maafkan aku, aku lupa, maaf."

Arabell mengangguk sembari menyunggingkan senyum tulus, "Terima kasih kalian sudah menyelamatkanku. Dari mana kalian tau kalau aku---"

"Kami sudah menunggu kepulanganmu dari kampus sejak tadi. Kau tak menyadarinya karena kami mengubah wujud menjadi bayangan. Kami penasaran, mengapa wajahmu lebam?"

Arabell cepat-cepat melarikan pandangannya mendengar hal tersebut. "Ini hanya masalah tak penting yang terjadi padaku dan mahasiswi lainnya."

"Jangan bilang kalau mahasiswinya adalah yang berambut pirang berpakaian minim itu?"
Tebak Allen yang sejak tadi berada di belakang mereka berdua.

Allan yang menyadarinya pun langsung menatap Arabell lekat-lekat, "Apa dia yang melakukannya padamu? Kau tau? Yang menculikmu juga suruhan dari gadis itu. Saat kau dalam perjalanan pulang tadi, kau bertemu dengan seorang laki-laki dan seorang gadis kan? Gadis itu kan yang menyerangmu? Kami penasaran dengan gerak-geriknya yang tampak tak suka denganmu, lalu kami mengikuti mobilnya, dan dia menelepon seseorang menyuruh untuk menculikmu."

"Benarkah? Astaga, sial! Dia benar-benar tak menyerah menggangguku."

"Sebenarnya apa masalah yang terjadi di antara kalian?"

Arabell berdeham, "Hanya masalah kecil. Aku bahkan tak terlalu mempedulikannya."

"Baiklah, sepertinya kau memang tak ingin bercerita pada kami. Mungkin kau mau menceritakannya pada Ethan nanti."

Arabell melarikan matanya cepat memandangi Allan, "Ethan akan datang?"

"Ya, sebentar lagi mungkin. Sebelum menyelamatkanmu dari penculik tadi, Allen kusuruh untuk memberitahukan pada Ethan perihal kejadian yang menimpamu hari ini. Walaupun Ethan sedang menjalankan tugas, aku yakin dia akan cepat menyelesaikannya dan menemuimu."

"Kurasa persoalan ini akan jadi semakin rumit jika Ethan ikut campur."

"Lebih baik begitu daripada kau terus diganggu oleh gadis sialan itu, bukan?"

Arabell menghela napas pasrah, mengangguk mengiyakan pendapat Allan. Allan ada benarnya juga, dia bahkan ingin memanggil Ethan ketika diculik tadi, tapi kondisinya tak menguntungkan lantaran mulutnya dilakban.
Entah apa yang akan dilakukan Ethan nanti jika melihat kondisinya seperti ini.

🚪🚪🚪

"Ternyata lebih cepat dari yang kubayangkan."
Gumam Allan ketika mereka mendapati Ethan sudah bersandar sambil memasukkan kedua tangan di saku jubah di depan pintu rumah Arabell. Mereka bertiga baru saja sampai, dan Ethan tau-tau sudah berdiri di sana dengan wajah suram penuh kegelisahan.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau tetap tak memanggilku?"
Ethan meluapkan emosi serta kecemasan yang dirasanya sejak tadi, menghampiri Arabell dengan mata yang aktif.

"Kau menakutinya, bodoh."

"Ya, kau tak tau kejadian yang sebenarnya. Dia tak bisa memanggilmu karena mulutnya ditampal."
Sambung Allan menimpali perkataan adiknya, Allen.

Ethan mendengkus kasar mendengar penjelasan si kembar. Alhasil, ia menggerakkan tangan cepat ke wajah Arabell, matanya berkilat marah mendapati beberapa lebaman menghiasi wajah sang kekasih.

"Mereka juga memukulimu? Brengsek!"

"Ini bukan ulah yang menculikku, Eth."
Arabell menggenggam tangan kekar Ethan di wajahnya. Setiap kali tangan Ethan menyentuh kulitnya, Arabell merasakan kehangatan menjalar di hatinya. Padahal suhu tubuh Ethan sendiri sangat dingin seperti orang mati.
Mungkinkah ini pengaruh cinta?

"Lalu siapa? Ara, katakan!"

Allan dan Allen hanya bisa mendengkus melihat tingkah kedua sejoli itu. Mereka benar-benar mirip seperti sepasang kekasih pada umumnya, banyak drama. Padahal mereka berbeda wujud. Sungguh tak masuk akal.

Karena Arabell tak kunjung mengatakan yang sebenarnya, sedangkan Ethan sudah tak bisa bersabar menahan emosi, Allan yang mengambil alih untuk menjawab pertanyaan itu. "Aku tak tau siapa namanya. Dia seorang gadis berpakaian minim berambut pirang. Dia yang merencanakan penculikan pada Arabell dan juga yang menyerang wajah Arabell. Tapi Arabell tak mau mengatakan apa yang membuat gadis itu melakukan hal ini padanya."

Kedua tangan Ethan terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih, mengapa masih ada saja yang mau mencelakai gadisnya?
Padahal dia yakin sekali seluruh murid di kampus Arabell sudah dihipnotisnya tanpa terkecuali.
Dan lagi, ke mana para bodyguard Arabell yang sudah diperintahkan itu?

Mengambil lengan Arabell cepat, Ethan menggenggamnya kuat, memejamkan mata untuk mencari tau sendiri apa yang sebenarnya terjadi lewat ingatan kekasihnya tersebut.

"Meta Wesley, Ley Jason, Carl Riddick, dan Yura Hitari. Akan kuberi pelajaran mereka semua!"
Ethan langsung menghilang bersamaan dengan asap hitam seperti biasa sebelum Arabell sempat mencegahnya.

"Bagaimana ini?"
Tanya Arabell pada si kembar.
Allan dan Allen serentak mengedikkan bahu mereka, tanda tak tau harus berbuat apa.

Well, sepertinya Meta memang mencari masalah pada orang yang salah.

Tbc...

Nah lho, akan diapakankah keempat gadis itu oleh Ethan?

Mau tau dund, yang baca Silver Eyes rata-rata umur brp?:3
Aku pernah 17 tahun dua tahun yg lalu btw:3

Wajib jawab yak.

Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top