20 : AllanAllen

Mengapa memendam rasa itu sulit? Rasanya ingin mati saja.

♥️Arabell♥️

Author

"Aku Allan Juan. Dan di sebelahku ini Allen Juan, adikku. Kami iblis dari tanah neraka."
Allan menyodorkan tangannya, namun Arabell hanya diam lantaran masih sibuk menatap kedua pria kembar itu secara bergantian.

Allan dan Allen terlihat sangat mirip untuknya, hampir saja dia tak bisa membedakan kalau tak menyadari warna rambut keduanya yang menjadi pembeda.

"Tch, kami ini memang kembar. Jangan melotot begitu juga memandangnya."

Allan menyikut lengan Allen di sebelahnya, memberi pria berambut hitam itu peringatan. "Kau ini, biarkan saja dia berusaha mengingat detail dari kita! Dia pasti sedang mencari perbedaan kita. Jangan kasar pada manusia, yang ini berbeda."

Mendengar hal itu, Arabell hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum kikuk, "Maafkan aku. Aku tak bermaksud membuat kalian tersinggung."
ujarnya sambil menyatukan kedua telapak tangan, mengisyaratkan dia meminta maaf.

"Tak apa, Arabell. Jangan dengarkan kata-kata Allen, dia memang begitu. Sangat dingin, padahal dia baik kok."

"Aku tak butuh dipuji olehmu!"
Gumam Allen melirik tajam kakaknya, namun hal itu tak digubris oleh Allan.

"Kalian...tau dari mana namaku?"

"Jangan pura-pura, Arabell. Kau pasti tau kalau kami ini bukan manusia 'kan? Lihatlah, kami berwujud asap sekarang. Kau pasti mengenal kami dengan baik."
Merasa bingung, Arabell mengangkat satu alisnya. Dia tak mengerti akan ucapan Allan barusan. Mengenal mereka dengan baik? Bukankah dia baru saja bertemu pada kedua pria ini?

"Kami sahabatnya Ethan kalau kau belum tau."

Arabell tersentak, baru mengingat jika Ethan pernah memberitahunya bahwa dia punya sahabat kembar bernama Allan dan Allen. Jadi, kedua pria itu yang dimaksud Ethan? Lantas, apa yang mereka lakukan di sini?

Arabell mengangguk, "Ethan pernah bilang padaku bahwa dia punya sahabat kembar bernama Allan dan Allen. Ternyata itu kalian, maaf ya. Aku baru ingat. Jadi, ada perlu apa ke sini? Apa Ethan yang memberitahu alamat rumahku dan tentang aku pada kalian?"

"Sebelum itu, biarkan kami bertanya terlebih dahulu."
Allan dan Allen melewati tubuh Arabell di hadapannya, kemudian mendudukkan diri mereka di lantai dekat ranjang milik gadis itu, merubah tubuh mereka hingga berwujud kembali.

"Bagaimana bisa kau dan Ethan menjadi kekasih? Maksudku, kalian kenal dari mana sampai bisa menjalin kasih?"
Tanya Allan antusias saat Arabell ikut bergabung duduk di dekat mereka, berbeda dengan Allan yang tampak antusias dan bersemangat, Allen justru terlihat lebih tenang sembari memainkan bunga yang Arabell baru sadari keberadaannya di tangan pria bermanik hitam itu sedari tadi.

"Kami bertemu di gang sempit."
Arabell tak tau harus memulai ceritanya dari mana, jika si kembar di depannya ini menganggap hubungannya dengan Ethan serius, maka mereka bisa kecewa kalau tau apa yang sebenarnya terjadi sehingga dia dan Ethan bisa menjadi sepasang kekasih.

"Waktu itu Ethan tengah berburu jiwa, aku ketakutan saat pertama kali bertemu padanya."

"Jadi, kau sudah tau semuanya tentang kami, ya?"

Arabell menggeleng cepat membalas pertanyaan Allan, "Tidak semua. Hanya sebagian. Lagipula, aku dan Ethan bisa menjadi kekasih karena suatu alasan tertentu."

"Alasan? Maksudmu?" Tanya Allen yang mulai tertarik akan pembicaraan ini. Allan dan Allen menunggu dengan sabar ketika Arabell membiarkan pertanyaannya begitu saja. Gadis itu tampak takut untuk membicarakannya, terlihat dari dia yang menggigit bibir bawah.

"Kami bisa menjadi kekasih karena suatu perjanjian yang kami buat. Ethan menawarkanku untuk menjadi kekasihnya, sedangkan dia membayarkan biaya rumah sakit Ibuku waktu itu. Bisa dibilang, aku benar-benar membutuhkan uang saat itu."

"Astaga!" Allan sontak menutup mulutnya syok, ternyata dugaannya kalau Ethan dan Arabell punya hubungan yang serius salah besar.
Mereka terikat sebuah perjanjian.

"Tapi kalian seperti sepasang kekasih sungguhan. Ethan sampai membeli mobil untuk mengantar jemputmu 'kan?"
Tanggapan Allen barusan berhasil membuat dia jadi pusat perhatian Arabell dan Allan. Allan mengangguk kemudian, sependapat dengan adiknya itu.

"Dengar, Arabell. Kami tau Ethan punya kekasih sejak dia tak pulang ke kerajaan padahal dia tak punya tugas apa pun. Dari situ kami bertanya padanya, dan dia menjawab dengan santai bahwa dia punya kekasih seorang manusia. Tentu kami terkejut mendengarnya, perlu kau tau, Ethan itu termasuk pria yang sulit didekati perempuan. Bahkan di kerajaan kami saja, dia sering digoda oleh perempuan iblis di sana namun dia tak pernah tertarik pada salah satunya pun,"

Allan berhenti sejenak untuk melihat reaksi Arabell, "Dia menganggap perempuan itu tak penting. Itu sebabnya kami syok mendengar bahwa dia punya kekasih, seorang manusia pula. Karena penasaran, akhirnya kami mengikutinya diam-diam saat akan menjemputmu ke kampus waktu itu. Lalu kami melihatmu. Kami mengikuti kalian hingga ke sini."

Arabell hanya bisa manggut-manggut mendengarnya. Ekspresinya boleh biasa saja, namun di dalam hatinya ia merasa sangat bahagia saat Allan mengatakan kalau Ethan sulit untuk didapatkan perempuan mana pun.
Dia bingung harus bangga atau tidak.

Yang pasti, dia merasa senang mengetahui fakta lain dari kekasihnya tersebut.

"Tunggu dulu, apa Ethan tidur di sini selama dia tak ada di kerajaan?"

Arabell mengangguk menjawab pertanyaan Allen.

"Jangan bilang kalau kalian tidur berdua?"

Mengerutkan dahinya, Arabell kembali mengangguk membuat pria kembar di depannya itu saling berpandangan dengan wajah syok.

"Apa Ethan menidurimu?"

Seolah baru mengerti maksud dari raut kedua pria yang juga mengenakan jubah itu, pipi Arabell memerah tanpa diperintah, kepalanya mulai membayangkan hal-hal negatif bersama Ethan. "T-tentu saja tidak! Kami hanya tidur berdua. Dia menemaniku,"
katanya sambil memalingkan wajahnya yang bersemu.

Allan dan Allen mendesah lega. Mereka memang tau Ethan adalah tipikal iblis yang tenang, jadi nafsunya bisa ia kontrol dengan mudah, berbeda dari mereka yang suka kehilangan kendali. Jika mereka menjalin kasih dengan manusia sama seperti Ethan, mereka tak yakin bisa menahan nafsu apalagi sampai harus tidur berdua dengan gadis di hadapan mereka ini. Bentuk tubuh Arabell yang menonjol di bagian tertentu meski tubuhnya masuk kategori langsing, membuat iblis mana pun pasti tak akan bisa mengontrol nafsu mereka kecuali Ethan.
Mereka harus berdecak kagum pada sahabat mereka itu.

"Sebenarnya di mana Ethan sekarang? Apa dia ada di kerajaan?"
Arabell bertanya setelah dirasanya semburat merah di pipinya menghilang, memandangi kedua pria tampan di hadapannya tersebut.

"Ya. Seminggu ini dia terlihat murung dan tak ingin bicara pada kami. Kau pasti yang jadi penyebabnya 'kan? Aku heran, manusia sepertimu bisa dengan mudahnya mempengaruhi hidup Ethan."

Allan mendengkus, "Jangan kasar begitu padanya, llen. Mungkin saja Ethan dan Arabell sedang ada masalah. Benar begitu, Arabell?"

Arabell menundukkan pandangannya, mengangguk samar, "Ini adalah kesalahanku. Itu sebabnya Ethan sudah tak ke sini selama seminggu."

"Apa yang kau lakukan sampai membuat Ethan marah? Kau bercinta dengan pria lain?"
Celetukan dari Allen barusan berhasil membuat kepala Arabell mendongak cepat, gadis itu merasa sedikit tersinggung mendengar hal itu. Tanpa tau apa pun Allen bisa menebak secara asal begitu saja mengenai dirinya.

"Mana mungkin aku tidur dengan pria lain! Aku belum pernah tidur dengan siapa pun!"

"Arabell, maaf ya. Allen memang begitu, dia bodoh, jangan dengarkan dia. Jelaskan alasannya mengapa Ethan bisa marah padamu."
Allan kembali meminta maaf atas kesalahan adiknya, pria itu tersenyum lembut berusaha meyakinkan Arabell untuk melanjutkan ceritanya.

Jika saja tak ada Allan di saat seperti sekarang, Arabell tak akan mau berurusan pada Allen.
Antara Allan dan Allen, Arabell dapat menilai bahwa Allan sebagai kakak memang sangat dewasa sikapnya jika dibanding adiknya.
Dan lagi, sifat bersemangat yang sering ditunjukkan Allan, membuat nilai lebih tersendiri untuk pria itu di mata Arabell.
Bisa dibilang, dia suka pada karakternya Allan ketimbang Allen.
Meskipun kembar dan punya wajah yang sangat mirip, namun mengenai sifat, Allan lebih baik menurutnya.

"Waktu itu aku ke rumah temanku, dia seorang pria. Itu kesalahanku tak memberitahu Ethan akan pergi ke mana. Aku takut Ethan tak akan kembali lagi untukku."

Tangan Allan bergerak membelai lembut pipi Arabell, membuat gadis itu sedikit tersentak mendapat perlakuan tiba-tiba itu.

"Ethan akan kembali, percaya padaku, hm?"
Arabell mengangguk sambil mengulas senyum lembut membalas senyuman manis dari Allan.

"Allan?"

"Hm?"

"Boleh aku minta antar ke kerajaan kalian untuk menemui Ethan?"

Allan tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk. Ternyata Arabell juga sudah tau kalau manusia bisa pergi ke sana jika hanya ada iblis yang membawa mereka lewat wujud asap, pikir Allan.

"Boleh saja, kapan?"

"Sekarang."

Tbc...

Arabell mau nemuin babang Ethan tuh, siapa yang mau ikut ke kerajaan iblis?😶

Di antara Allan dan Allen, kalian suka siapa? Pilih ya:)) kalo aku sih Allan dund😋

Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top