13 : Defense
Hidupku tak berarti, bagai sampah tak berguna yang dibuang di jalanan. Sampai akhirnya dia mengubah segalanya.
♥️Arabell♥️
Author
Ethan menatap tajam seorang pria yang kini berada tak terlalu jauh darinya. Tak sulit bagi Ethan untuk mencari Kane karena laki-laki itu punya rambut pirang menyala---yang saat ini tengah berkumpul bersama teman-temannya, membicarakan sesuatu.
"Hei, pirang!"
Kane dan teman-temannya sontak menoleh ke arah sumber suara yang memotong pembicaraan mereka barusan.
Kane berdiri, mengamati kedua tangan Ethan yang terkepal kuat, "Kau lagi. Si misterius, ada apa?"
Nada suara Kane terdengar menantang, menciptakan seringaian mengerikan di wajah Ethan.
Ethan menghitung jumlah teman-teman Kane yang berjumlah lima orang. Terlalu mudah baginya jika harus melawan enam orang ini dalam sekaligus, dia bahkan bisa memakan jiwa mereka semua kalau dia mau.
Tanpa basa-basi lagi, Ethan menarik kerah kemeja Kane kasar, membuat teman-temannya yang lain ikut berdiri tak terima, "Beraninya kau mengganggu hidup gadisku lagi, heh?"
Sembari berbicara pada Kane, mata Ethan bergerak liar mencari-cari sesuatu di tubuh Kane.
Dia mengumpat dalam hati ketika menemukan sesuatu yang dicarinya.
Pantas saja dirinya tak bisa melihat benda itu kemarin, ternyata benda tersebut bersembunyi di balik kemeja Kane. Sebuah kalung salib, hal itulah yang merusak hipnotisnya. Jika orang yang dia hipnotis memakai benda-benda suci ataupun salib, maka hipnotisnya tak berarti apa-apa. Kini rasa penasarannya terbayarkan dengan menemukan kalung salib itu di leher Kane. Pantas, Kane masih bisa mengingatnya dan tetap mengganggu Arabell.
Kane terkekeh sinis, melepaskan kasar tangan Ethan dari kemejanya, "Semuanya sudah sia-sia. Kekasih tercintamu itu akan dijauhi oleh penghuni di kampus ini dan dicap sebagai gadis pembawa masalah. Sekarang, apa yang akan kau lakukan padaku? Jika kau menghajarku lagi pun semuanya sia-sia."
Ethan terbahak keras, membuat teman-teman Kane dan Kane sendiri mengernyit tak mengerti.
Sepercaya diri itu Kane bisa mengatakan kalau semuanya sudah sia-sia.
Padahal Ethan belum juga memulai, tapi seolah pria itu sudah mengklaim bahwa dialah pemenangnya.
"Apa yang lucu, sialan?"
"Kau, tentu saja."
Ethan kembali tertawa.
Merasa geram, Kane akan melayangkan pukulan di wajah Ethan, namun dengan gesit Ethan bergerak menahan kepalan tangan Kane dan memutarnya dalam satu gerakan cepat hingga tercipta bunyi krek yang sangat jelas. Tak lupa juga Ethan menarik kalung salib milik Kane dari leher pemuda itu hingga terputus tanpa disadari oleh Kane sendiri. Setelah itu langsung melempar kalung tersebut sejauh mungkin ketika merasakan tangannya mulai terbakar.
"Argh! Brengsek! Hajar dia!"
Kane mundur selangkah, membiarkan teman-temannya untuk maju melawan Ethan.
Sudah bisa dipastikan lengan kanannya tadi patah.
"Ayo, siapa yang mau mati terlebih dahulu?"
Ethan menyeringai, membuat salah seorang teman Kane yang bertubuh sedikit lebih besar diantara keempat temannya termasuk Kane maju, memposisikan diri setengah berjongkok, berlari berusaha menangkap tubuh Ethan.
Namun Ethan dengan cepat pula menghindar, menangkap kepala pria tadi dan memberikan tinjuan kuat tepat di rahangnya hingga terjungkal.
Setelah temannya yang satu tumbang, empat teman Kane tadi maju sekaligus, namun tak ada satu pun yang berhasil mengalahkan Ethan.
Bahkan untuk menyentuh tubuh Ethan pun mereka tak sempat, mereka sudah terkapar terlebih dahulu membuat mereka berpikir sebenarnya Ethan ini manusia seperti apa?
"Siapa lagi? Kemampuan kalian hanya segitu? Lemah sekali."
Ethan terkekeh, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Merasa terhina, Kane kembali maju mendekati tubuh Ethan, berlari kencang untuk menangkap tubuh itu, namun tanpa disangka Ethan langsung merubah wujudnya menjadi bayangan hitam yang masih dapat terlihat dengan jelas oleh mata Kane mau pun teman-temannya.
"K-kau?"
Kane terbata, memundurkan langkah dengan kaki bergetar.
Kelima temannya pun ikut berdiri menyaksikan wujud Ethan yang kini sungguh mengerikan untuk mereka. Berbentuk bayangan hitam dengan mata menyala terang. Seolah membenarkan dugaan Kane bahwa, pria itu memang makhluk yang jadi rumor di kota mereka.
"Makhluk apa dia?"
Tanya teman-teman Kane ketakutan, mereka semua akan segera melarikan diri bersama Kane namun Ethan dengan cepat menghalangi mereka.
"Aku Ethan, si iblis dari tanah neraka. Kalian semua tataplah mataku, dengarkan aku baik-baik." Ethan menyeringai licik saat menyadari Kane dan teman-temannya sudah terpaku pada matanya, "Lupakan tentang aku. Lupakan semuanya yang terjadi hari ini. Mulai sekarang, kalian semua harus menjauhi gadisku, Arabell Stacy. Simpan di ingatan kalian bahwa Arabell Stacy adalah gadis baik, maka jika kalian bertemu dengannya atau sekedar berpapasan, kalian akan menegurnya ramah dan memberikan senyuman terbaik kalian. Jika kalian melihat Arabell diperlakukan dengan tak wajar oleh mahasiswa dan mahasiswi lainnya, lindungi Arabell dan hajar orang yang mengganggunya. Perlakukan Arabell dengan istimewa, tapi jangan mendekatinya. Kalian hanya akan melindunginya jika melihat ada yang mengganggunya. Jika kalian mengerti, anggukkan kepala kalian."
Kane dan kelima temannya mengangguk patuh, mata mereka tak lepas memandangi mata perak milik Ethan.
Ethan terkekeh sebelum akhirnya mengubah wujudnya kembali seperti normal, pria itu mengucapkan selamat tinggal pada keenam orang mahasiswa tersebut sebelum akhirnya beranjak dari situ.
Meninggalkan Kane dan teman-temannya yang masih terpaku.
⌚⌚⌚
Arabell terus-terusan menatap layar ponselnya sambil bergerak gelisah. Sudah sekitar setengah jam-an dia menunggu Ethan di dalam mobil pria itu yang terparkir di depan kampus.
Arabell menebak-nebak ke manakah pria itu pergi hingga selama ini?
Pikirannya jadi memikirkan bayangan-bayangan buruk akan apa yang sedang dilakukan Ethan saat ini.
Bagaimana kalau dia sedang mencari mangsa di kampus ini?
Atau mungkin, Ethan memakan jiwa Kane karena masih dendam akibat kejadian kemarin?
Arabell mengusap wajahnya kasar, dia menggelengkan kepalanya berulang kali berusaha meredam pikiran negatif dari kepalanya itu.
Akibat rasa penasaran yang sudah menggerogotinya, ia membuka pintu mobil berniat mencari Ethan di dalam kampusnya.
Namun sebelum itu terjadi, Arabell sudah melihat Ethan berjalan tak jauh darinya, menghampirinya.
"Mau ke mana?"
Tanya Ethan santai, seolah lupa kalau yang seharusnya ditanya itu adalah dirinya.
"Kau yang ke mana? Sebenarnya habis dari mana kau bisa membuatku menunggu sekitar setengah jam lebih di dalam mobil?"
Ethan mengusap tengkuk, menggenggam sebelah tangan Arabell, menuntunnya untuk memasuki mobil, tak mau menghiraukan dulu tatapan curiga yang diberikan gadisnya itu.
"Eth, kau belum menjawab pertanyaanku!"
"Iya sayang, sabar."
Sahut Ethan di sela-sela kegiatannya memasang sabuk pengaman miliknya dan juga milik Arabell.
"Apa kau memakan jiwa murid di kampus tadi?"
Arabell tampak tak bisa bersabar, membuat Ethan menghela napas panjang.
"Aku menghajar Kane."
Mata Arabell terbelalak, "Kau---apa?"
"Aku tau dia menyuruh para murid di kampusmu untuk menjauhimu karena punya kekasih sepertiku."
"Darimana---kau menyentuh tubuh Kane untuk melihat semua itu?"
Ethan menggeleng, "Saat menunggumu keluar tadi, aku mendengar percakapan mahasiswi yang membahas tentangmu dan juga Kane. Lalu aku menyentuh mereka untuk melihat lebih lanjut, dari situlah aku langsung mencari Kane yang kebetulan belum pulang dan masih berkumpul bersama teman-temannya."
"Lalu?"
"Aku menghajar mereka dan menghipnotis mereka."
"Eth, hipnotismu tak berpengaruh untuk Kane. Buktinya dia masih bisa mengenalmu---"
"Dia memakai kalung salib."
Arabell menaikkan satu alis, berpikir keras mencerna cepat kata-kata Ethan, "Maksudmu, jika dia memakai benda suci ataupun salib, hipnotismu juga tak berpengaruh untuknya?"
Ethan tersenyum, "Gadis pintar. Itulah sebabnya aku melepas salibnya terlebih dahulu tadi dan menghajar mereka semua. Aku sudah memeriksa seluruh tubuh teman-temannya, untunglah mereka tak memakai benda suci apa pun atau kalung salib seperti Kane. Dan saat memegang kalung salib tadi, tanganku mendapatkan ini."
Ethan menunjukkan luka bakar kecil yang ada di tangan kanannya pada Arabell.
Arabell sontak memegangi tangan Ethan, terkejut ternyata Ethan tak main-main dengan perkataan mengenai kelemahannya tadi malam.
"Ini pasti sakit. Maafkan aku, Eth."
Arabell menatap Ethan dengan pandangan sedih, mengelus pelan tangan Ethan yang kini bertumpu di pahanya.
Ethan menaikkan satu alis, bergerak membelai rambut halus Arabell, "Hei, ini bukan salahmu, okay? Aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil."
"Tentu ini salahku. Kau harus mendapatkannya karena berusaha melindungiku dari mereka."
Suara Arabell bergetar menahan tangis.
Lagi, dia kembali merasa lebih sensitif jika mengenai sesuatu yang berhubungan dengan Ethan.
Arabell masih bingung akan perasaannya sendiri, entah mengapa Ethan bisa berpengaruh sebesar itu untuk hidupnya.
Ethan membawa tubuh Arabell ke dalam dekapannya ketika melihat mata Arabell sudah berkaca-kaca ingin menangis, "Tch, jangan menangis, Ara, aku tak suka itu. Aku baik-baik saja, sayang. Percayalah. Aku sudah sering mendapatkan ini jika bertemu mangsa yang juga memakai kalung salib atau pun semacamnya. Jadi, jangan terlalu melebihkannya, hm?
Arabell melarikan diri dari pelukan Ethan, menatap lekat pria di hadapannya itu.
"Kau yakin baik-baik saja?"
Ethan mengangguk, mengelus sebelah pipi Arabell, "Iya, sayang."
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Hm?"
Tanya Ethan tanpa menatap lawan bicaranya, sibuk memperhatikan jari-jarinya yang kini mengelus lembut pipi Arabell.
"Mengapa kau...sering memanggilku sayang akhir-akhir ini?"
Ethan reflek menghentikan pergerakan jarinya di pipi Arabell, memandangi gadisnya itu tak mengerti, "Apa itu salah?"
"Tidak, aku hanya...tak terbiasa."
Arabell menundukkan pandangannya, pipinya sudah bersemu saat ini.
Menyadari Arabell sedang malu-malu padanya, Ethan menarik dagu gadis itu perlahan, memaksanya untuk bertatapan dengannya, "Apa kau menyukainya?"
"Entahlah, aku tak tau."
"Kalau kau merasa tak nyaman, aku bisa memanggilmu Ara saja."
"T-tidak, maksudku---ah, terserah kau saja."
Arabell dapat melihat senyum jahil kini menghiasi wajah Ethan, membuat pipinya semakin bersemu tanpa sadar, "Kalau begitu aku lebih memilih untuk memanggilmu sayang."
"Eth, aku ingin melakukan sesuatu. Boleh?"
"Melakukan ap---hmph."
Sesuatu yang kenyal dan padat berhasil memotong ucapan Ethan. Pria itu mendelik cepat menyadari bahwa bibir Arabell yang mencumbu bibirnya kini.
Perlahan, nafsu di dalam dirinya mulai melonjak, menyebabkan matanya langsung berubah warna menjadi perak.
Ethan terus-terusan mengumpat dalam hati ketika Arabell bukan hanya mencumbu bibirnya, namun juga sesekali memberi gigitan di bibir bawahnya, seolah Arabell lupa kalau pertahanannya bisa runtuh kapan saja.
Apalagi dada Arabell yang kini menekan dada bidangnya semakin membuatnya tak bisa berpikir jernih selain memikirkan bagaimana caranya membuka pakaian Arabell sampai tak bersisa.
Namun tentu saja Ethan tak ingin melakukan hal itu.
Dia sudah berprinsip untuk tak menyentuh tubuh kekasihnya. Meski nyatanya dia seringkali merasakan tubuhnya memanas saat malam hari ketika dirinya tidur di sebelah gadis itu, namun dia bersikeras untuk menahan nafsunya.
Selagi dirinya mempertahankan benteng prinsipnya, Arabell malah semakin bergerak liar dengan mengalungkan lengannya di leher Ethan, membuat cumbuan itu semakin dalam dan panas.
Sebelum dirinya benar-benar kehilangan pertahanannya, dengan satu sentakan kuat, dia mendorong tubuh Arabell menjauh darinya hingga cumbuan panas itu terlepas begitu saja.
"Sial!"
Ethan meremas rambutnya kasar, berusaha meredakan gejolak yang masih berkobar di dalam dada.
"Eth---maaf, a-aku bahkan tak mengerti pada tindakanku sendiri...aku...maaf."
"Kenapa kau menyiksaku, Ara? Katakan!"
Arabell terperanjat mendengar bentakan dari Ethan barusan, alhasil dia hanya bisa menundukkan pandangannya sedih, "Maaf, maafkan aku."
"Sebaiknya kita pulang sekarang."
Balas Ethan kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan meninggalkan area kampus.
Tak mempedulikan permintaan maaf dari Arabell tadi.
Tbc...
Kira-kira Arabell kenapa ya bisa seagresif itu? Untung babang Ethan masih bisa nahan, kalau nggak kan.......🙈
Siapa yang gemes dengan kelakuan pasangan ini?
Kira-kira Ethan bakalan marahin Arabell lg gak ya atas kejadian ini?
Kalau mau tau, tunggu nextnya😋
Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚
❤MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top