Part 2
Disclaimer : All character belong to Masashi Kishimoto
.
.
.
.
15 Juli
Angin musim gugur berhembus lembut, membelai dedaunan pohon maple yang mulai menguning. Sudah banyak daun yang berguguran dan memenuhi jalanan di Konoha ini. Udara mulai berubah dingin dan matahari musim semi telah kemballi ke peraduannya untuk bersiap menyapa kembali setelah musim dingin berlalu.
Empat orang anak remaja—yang merupakan siswa SMP Konoha—sedang menikmati secangkir coklat panas di kedai chappuchino and chocolate milik tuan Akimichi sambil bersenda gurau. Mereka biasa mengobrol disana sepulang sekolah sambil melepas penat setelah seharian bergelut dengan pelajaran yang begitu membosankan. Mereka yang sedang berkumpul itu adalah Uchiha Sasuke, Sabaku Gaara, Uzumaki Naruto, dan Inuzuka Kiba.
"Kau tahu, kakak perempuanku—Hana—sekarang sepertinya sudah mendapatkan pacar baru," Kiba memberi tahi teman-temannya seolah itu kabar yang sangat penting "Dia sangat heboh saat akhir pekan kemarin, bingung saat memutuskan baju apa yang akan di pakainya saat berkencan dengan pacar barunya itu," Kiba menunjukkan ekspresi jijik "Aku sangat tidak suka jika Nee-chan sedang bersikap begitu"
Yang lain hanya tertawa menanggapi informasi yang diberikan oleh Kiba. Sebagian bingung, harus berkata apa untuk menanggapi cerita yang begitu tidak penting ini.
"Yang paling mengejutkannya lagi," Kiba mengatakannya seolah dia sedang memandu acara misteri yang sedang marak tayang di TV akhir-akhir ini. "Kudengar pacar barunya itu.... Itachi-senpai! Kakak Sasuke, yah, kakak Sasuke!"
"Apa? Yang benar saja Kiba? Berarti kau akan menjadi saudara dengan Sasuke! Itu kedengarannya asik," Naruto berbinar tak percaya. Wajahnya menyiratkan kekaguman dan kebahagiaan secara bersamaan. "Andai aku punya kakak perempuan... atau laki-laki... pasti akan aku jodohkan dengan Itachi senpai atau Temari senpai," tambahnya dengan mimik sedih
"Jangan terlalu berlebihan Naruto, kalau kau mau, kau saja yang menawarkan diri menjadi pacar Temari nee-chan, pasti kau tidak akan menyesal," Gaara terlihat geli dengan perkataannya barusan "Temari pasti akan langsung memberimu 'ucapan selamat hari jadi' dengan menendang bokongmu, alih-alih memberikan sebuah ciuman,"
"Itulah mengapa aku tidak mau menawarkan diri. Karena Temari begitu mengerikan," Naruto menekankan kata mengerikan tersebut dengan jelas "Dia wanita yang terlalu kuat, menurutku,"
"Apa kau menghina kakak perempuanku?"
"Tidak, aku tidak bermaksud!?"
"Kau harus berhadapan denganku kalau begitu," detik berikutnya terjadilah aksi menakjubkan Gaara versus Naruto di kedai ini.
Tanpa mereka sadari seorang remaja laki-laki berkulit pucat, berambut hitam dan bermata onyx yang mirip sekali dengan Sasuke telah berdiri di belakang tempat mereka duduk. Uchiha Sai dengan senyum andalannya seolah memberikan kalimat sapaan bagi Sasuke dan teman temannya.
"Oh, hai Sai! Kau sudah pulang tenyata," Kiba berdiri dari bangkunya dan mempersilahkan Sai duduk di sampingnya. Sai hanya mengangguk dan kemudian duduk dikursi itu. Mereka sudah mengenal Sai seperti mereka mengenal Sasuke. Salah satu tujuan mereka duduk di kedai ini sepulang sekolah adalah untuk menunggu Sai dan pulang bersama. Kebiasaan yang telah meleka lakukan sejak lama, sejak mereka pertama kali menjadi siswa SMP.
Sai sekolah di SMP Chunin untuk siswa berkebutuhan khusus. Sekarang Sai sudah lancar menggunakan bahasa isyarat. Sasuke juga bisa menggunakan bahasa isyarat yang di ajarkan oleh Sai kepadanya sehingga mereka berdua mudah dalam berkomunikasi.
"Bagaimana hari ini? Apakah menyenangkan?" Tanya Sasuke dalam bahasa isyarat kepada Sai yang tengah sibuk mengeluarkan kertas sketsanya diatas meja didepannya
"Yah, begitulah. Hari ini menyenangkan dan aku dapat teman baru dia siswa pindahan dari Ottogakure—namanya Tobi," Kata Sai gembira
"Apakah dia anak yang baik?" Tanya Sasuke lagi
"Dia lucu. Aku rasa dia anak yang baik," Sai meyakinkan Sasuke
"Kalau begitu aku jadi ikut senang mendengarnya,"
"Kau harus bertemu dengannya untuk membuatmu yakin kalau Tobi itu teman yang baik,"
"Kapan-kapan ajak dia kerumah kita,"
Sai mengangguk meng-iyakan tawaran Sasuke. Semua hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku teman mereka itu. Kemudian di kedai obrolan berlanjut sampai langit berubah menjadi jingga.
-oOo-
Sasuke tiba di Konoha tepat pukul 04.30 a.m. keesokan paginya. Perjalanan Amegakure-Konoha memakan waktu sekitar 7 sampai 8 jam. Jauh memang, tapi Sasuke tidak perduli jika itu menyangkut tentang Sai, saudara tiri yang sangat disayanginya.
Sasuke memesan taxi untuk mengantarnya pulang menuju rumahnya yang cukup jauh dari stasiun, butuh waktu sekitar 30 menit untuk tiba di sana. Cuaca sangat dingin sekali pagi ini, salju memang belum turun, namun angin musim gugur yang berhembus sudah cukup membuat badan Sasuke sedikit mengigil. Taxi yang dipesan oleh Sasuke tak kunjung tiba, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di kursi tunggu sambil mengotak-atik handphone nya. Rupanya ada satu pesan yang belum sempat dibacanya.
From : Michiko baa-san
Recived : 04.25 a.m
Sasuke, kau jadi pulang kan hari ini? Jangan sampai tidak jadi, aku sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk Sai. Kita akan merayakannya bersama.
Sasuke tersenyum kecil saat membaca pesan itu, dia tahu pasti bibi Michiko sudah menyiapkan suatu rencana untuk hari ulang tahun Sai. Selama 20 tahun masa hidupnya, Sasuke sudah merasakan 20 kali pesta ulang tahun yang sangat meriah. Bahkan saat usianya 17 tahun, ayahnya merayakan ulang tahun Sasuke dengan mengundang sebuah band terkenal asal Kirigakure untuk memeriahkan pesta. Hal itu juga yang dirasakan oleh Itachi. Setiap ulang tahunnya, maka akan ada sebuah acara perayaan yang mengesankan. Kemarin saat Itachi ulang tahun yang ke 24, dia mendapatkan hadiah sebuah mobil dari Fugaku. Hadiah yang cukup wah, bagi sebagian orang.
Tapi Sai, belum pernah sekalipun mendapatkan perayaan ulang tahun yang meriah. Fugaku tidak mau ribut dengan Mikoto karena membahas pesta ulang tahun anak yang di perolehnya dengan wanita lain itu. Namun Sai juga tidak terlalu menuntut, dia cukup tahu diri dan sangat berterima kasih atas jasa kedua orang tua mereka. Sai tahu kedudukannya di keluarga ini bagaikan parasit yang menempel dan mencemari sekitarnya. Bibi Michiko yang prihatin dengan kondisi tersebut membuat sebuah pestanya sendiri untuk Sai, meskipun dirayakan di kamar para pelayan dengan syarat tanpa suara keributan yang terdengar.
Akhirnya taxi yang Sasuke pesan tiba juga. Dengan semangat dia berjalan menuju tempat taxi itu menunggu. Dia sudah sangat tidak sabar ingin segera bertemu Sai. Sasuke sudah menyiapkan kado untuk Sai jauh-jauh hari sebelum ulang tahun Sai tanggal 25 Novmber kemarin. Dia sudah membelikan Sai seperangkat alat melukis yang baru, ada kanvas, cat minyak, dan kuas. Sasuke yakin Sai akan senang menerima hadiah darinya ini.
"Kemana tujuan kita, tuan?" Tanya supir taxi itu kepada Sasuke. Dia mengintip dari kaca dashboard nya.
"Ke jalan Senju, komplek perumahan Green Leaf Konoha,"
"Baiklah,"
Taxi yang sasuke tumpangi melaju di tengah keramaian kota dengan kecepatan sedang. Kepulangan Sasuke ini hanya di ketahui oleh bibi Michiko pelayan keluarganya. Fugaku dan Mikoto tidak tahu perihal kepulangan anak tengah mereka ini. Sasuke yakin jika dia memberi tahu ibu dan ayahnya maka sudah pasti yang dia dapatkan adalah larangan untuk pulang, dan Sasuke tidak mau hal itu terjadi kepadanya.
Tak terasa 30 menit telah berlalu dan sekarang disinilah Sasuke berada—didepan gerbang utama kediaman Uchiha. Dengan tenang Sasuke memencet intercom yang terhubung ke pos jaga satpam yang berada dibalik gerbang itu. Dia yakin kepulangannya ini cukup membuat satpam-satpam itu terkejut.
"Siapa disana?" Tanya Iruka, salah satu dari satpam-satpam itu.
"Aku Sasuke, tolong bukakan pintunya," kata Sasuke tak sabar
"Ah, tuan muda! Baik-baik... saya buka kan segera!" lalu pintu gerbang itu bergeser sedikit demi sedikit hingga akhirnya terbuka lebar memperlihatkan halaman depan kediaman Uchiha yang rapi dan indah.
"Terimakasih," kata Sasuke sebelum dia berjalan masuk dan pintu pagar pun kembali tertutup perlahan-lahan hingga akhirnya tertutup sempurna.
Sasuke segera menuju halaman belakang rumah mereka. Disana ada sebuah bangunan khusus tempat tinggal para pelayan dirumah mereka. Sai sering kesana untuk sekedar duduk di terasnya sambil melukis. Dan benar, anak itu sekarang sedang duduk disana, bedanya dia tidak sedang melukis melainkan hanya duduk termenung sambil memandang langit pagi yang sebentar lagi akan berubah warna menjadi kekuningan akibat cahaya matahari.
"Sai!" Sasuke berlari mendekat kearah anak itu. Sasuke tahu Sai tidak mungkin mendengar teriakannya karena Sai itu bisu, dan orang bisu itu biasanya juga tunarungu. Setelah jarak mereka cukup dekat Sai baru menyadari kehadiran Sasuke dan dia cukup terkejut. Hal itu dibuktikan dengan ekspresi yang terpeta jelas di wajahnya. Sai segera berdiri dari duduknya dan segera menyambut Sasuke dengan pelukan.
"Kenapa kau tiba-tiba ada disini? Kenapa pulang?" Tanya Sai kebingungan setelah melepas pelukan singkat mereka.
"Kenapa?" Tanya Sasuke menyeringai "Aku pulang karena ada adikku yang ulang tahun," Sasuke tersenyum jahil. Dia lalu mengacak rambut Sai dengan sayang.
"Hanya karena ulang tahun ku kau pulang ke Konoha?" Sai merubah ekspresi wajahnya yang tadinya senang menjadi ekspresi kesal "aku tidak mau kau terlibat masalah dengan Otousan, kakak ku sayang," Sai member penekanan pada kata terakhirnya itu
Sasuke hanya tertawa geli melihat Sai yang memasang wajah kesal "Aku tidak perduli, lagi pula hari ini memang aku libur. Kemarin aku sudah mengajukan proposal penelitianku dan sudah disetujui oleh dosen pembimbingku, aku free sampai minggu depan," kata Sasuke
"Oh, terserah kau saja... jangan sampai mereka menghukumu Sasuke, dan itu semua gara-gara aku," Sai menunduk sedih
"Jangan kahwatir yang berlebihan.. lihat aku bawakan hadiah untukmu," Sasuke menunjukkan sebuah bungkusan tebal kepada Sai.
"Apa ini?" Sai menerimanya dengan senang "aku kira kau lupa untuk memberiku kado,"
"Kalau aku lupa membeli kado untuk apa aku jauh-jauh pulang," kata Sasuke "aku pulang kan untuk memberikan kado ini,"
"Hah kau ini sok manis seperti adegan dalam drama saja,"
"Jangan sungkan begitu, kita kan saudara, sudah sepantasnya aku memberimu kado sebagai ucapan selamat atas ulang tahunmu yang ke 20,"
"Oke, oke, terima kasih banyak Uchiha Sasuke, tapi aku tidak bisa memungkiri kalau aku ingin dapat kado dari Okaasan dan kak Itachi juga," kata Sai jujur
Sasuke tidak tahu harus berkata apa. Itu adalah keinginan Sai yang wajar dan mungkin sudah lama dipendamnya. Dia hanya ingin ibu dan kakaknya mengingat hari ulang tahunnya dan ikut memberikan kado, tapi sepertinya itu hanya mimpi.
"Kau dapat kado apa dari pacarmu itu?" Tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan
Sai memang memiliki pacar, namanya Ichiraku Ayame. Mereka sudah menjalin hubungan itu sejak awal Sai duduk di bangku kuliah. Ayame adalah mahasiswi jurusan Sastra Jerman di Konoha University yang juga mempelajari bahasa isyarat. Ayah Ayame memiliki sebuah kedai ramen di sekitaran kampus Sai. Jadi mereka sering bertemu disana.
Ayame pandai berbahasa isyarat karena dia sering melayani pembelian untuk para pelanggan yang tuna rungu. Konoha memang memiliki sebuah tempat pelatihan renang bagi penyandang tuna rungu. Karena kemampuan Ayame yang mahir berbahasa isyarat dia jadi mudah berkomunikasi dengan Sai dan jatuh cinta pada pemuda ini.
"Oh, Ayame-chan... dia memberiku ini.." Sai menunjukkan kalung yang disematkan cincin diantara talinya. "Ayame-chan bilang, ini adalah tanda sayangnya untukku dan aku dilarang melepasnya sampai kapanpun,"
Sasuke tersenyum senang, masih ada yang menyayangi Sai selain dirinya. Sasuke harus berterima kasih dengan Ayame yang sudah membuat Sai merasa berharga.
"Baiklah, jaga kalung itu jangan sampai hilang," kata Sasuke
"Ya, aku sudah berjanji dengan Ayame-chan"
"Kau sangat beruntung punya Ayame," kata Sasuke sambil menepuk bahu Sai
"Aku lebih beruntung karena memiliki saudara sebaik dirimu, terima kasih Sasuke, hanya kalian berdua penyemangatku untuk bertahan hidup,"
Sasuke terharu saat mengerti isyarat kata-kata Sai, dia kembali memeluk erat Sai. Tak terasa air matanya mengalir. Mungkin jika Sasuke ada di posisi Sai, dia tidak akan berpikir dua kali untuk bunuh diri. Hidup di lingkungan keluarga yang menolak kehadiranmu. Diasingkan dari rasa kasih sayang seorang ibu, belum lagi ada kakak laki-laki tertua yang membencimu dan selalu berusaha membuatmu celaka, ayah yang kurang perduli dan yang paling menyedihkan adalah kenyataan bahwa dirimu tak sama dengan yang lain, kau bisu. Apa yang bisa diberikan kepada orang seperti ini selain rasa prihatin dan belas kasihan.
Tanpa Sasuke dan Sai sadari seorang wanita paruh baya mengawasi mereka berdua. Dengan tatapan penuh amarah dia berteriak "SASUKE!"
.
.
.
.
To be continued
ooooh noo!! :"
sebenarnya cerita ini gaje ga sih? wkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top