SoL ~9~ Harus Tegar.

*°_______SOL_______°*

Malamnya.

In Hyun menyuruh Sun Hi dan Euna pulang saja. Mereka boleh ke sana lagi besok.

Sun Hi awalnya ngotot tak mau pulang. Tetapi, ketika Hie Tian kakaknya yang seorang dokter menyuruhnya pulang dulu. Akhirnya Sun Hi menurut. Ia pulang dengan Euna diantar oleh sopir keluarga Euna.

Ibu Yumi dinyatakan koma setelah berhasil diselamatkan nyawanya dengan bantuan saluran oksigen karena paru-parunya hampir terpenuhi asap kebakaran tadi.

In Hyun dan In Myun sedikit lega. Meski mereka semakin sedih karena Ibunya harus mengalami koma.

Baru saja In Hyun terbebas dari koma. Kini giliran Ibunya yang harus mengalami kejadian pahit itu.

In Hyun menyandarkan kepalanya ke bahu In Myun dengan air mata yang masih menetes. Mereka tak bisa membayangkan bagaimana hidup mereka kalau sampai kehilangan Ibu tercinta bagi keduanya. Karena, selain Ibunya. Mereka tak mempunyai sanak saudara yang bisa dijadikan untuk sandaran mereka, sementara keluarga In selalu saja memandang mereka sebelah mata layaknya orang asing, bukan layaknya sebagai saudara.

Sudah lama menunggu, akhirnya mereka diperbolehkan masuk oleh dokter melihat keadaan Ibunya. Datang beberapa polisi untuk meminta keterangan. Keduanya keluar karena tak boleh berisik di dalam kamar rawat.

In Hyun dan In Myun segera mengusap air mata mereka. Keduanya bingung harus menjelaskannya bagaimana, karena keduanya tak ada di tempat kejadian waktu tadi. Entah karena Ibu Yumi teledor lagi seperti kemarin lusa ketika terpleset di kamar mandi dan membiarkan masakannya gosong sehingga mengakibatkan kebakaran, atau ada listrik yang konslet. Mereka benar-benar tak tahu harus menjelaskan apa pada para polisi itu.

Namun, ketika sang polisi tadi langsung memeriksa ke rumah mereka yang kebakaran dan berhasil dipadamkan. Mereka menanyakan apakah lantai bawah (rumah yang berada di bawah) ada penghuninya ataukah kosong?

In Myun menjawab beberapa minggu yang lalu. Rumah itu telah kosong tidak ada penghuninya karena mereka sudah pindah rumah.

In Hyun langsung bertanya. Apakah kebakaran itu datang dari rumah bawah dan api merembet ke atas.

Sang polisi mengatakan kalau mereka kini sedang mengadakan penyelidikan lebih lanjut dikarenakan api bukan dari masakan yang gosong, atau gas yang bocor, atau dari listrik yang konslet.

In Myun bertanya lagi. Sebenarnya kebakaran itu berasal dari mana?

Sang polisi dengan ragu menjawab. Kenapa ragu? Karena baru dugaan mereka kalau rumah terbakar dari dua botol berisi minyak bensin penyebab kebakaran rumah mereka yang ada di rumah In Hyun dan satu lagi di rumah bawah sampai api merembet tak bisa dipadamkan dari dua rumah tersebut.

Degggg..

Jantung In Hyun dan In Myun langsung berdetak sangat kencang. Berarti kebakaran itu disengaja. Ada yang sengaja membakar rumah mereka dengan melemparkan botol berisi bensin yang dibakar, tapi siapa?

In Myun hanya mengingat-ingat apakah dia selama ini punya musuh di kantor atau di masa-masa kuliah--sekolah, atau akhir-akhir ini? Rasa-rasanya dia tak pernah mempunyai musuh.

Sementara In Hyun terpaku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dia menampar pemuda yang bermarga KIM itu sampai mengeluarkan ancaman. "Kau harus membayar mahal atas apa yang kau lakukan." Kata-kata itu kini terngiang kembali di telinganya.

Tetapi, perkataan itu buyar kala mengingat kejadian tadi pagi di depan gerbang. Cacian, hinaan dan bentakan wanita tunangan Soo-jin yang bahkan dia tak tahu siapa nama wanita itu, kini kembali terulang di benak In Hyun.

Sebenarnya dia harus menyalahkan siapa? Harus curiga kepada siapa? Bahkan dia tak tahu apakah harus menangis sejadi-jadinya ataukah harus bagaimana? Yang pasti dia sangat menyesali semua kejadian itu.

Kenapa harus dia yang menyesali? Karena dia merasa, salah besar jika dia membuka hati hanya untuk pemuda yang baru saja dikenalnya. Dan salah besar juga jika dia bertindak bodoh dengan menampar pemuda yang masih asing baginya itu (Jae Woon).

Kini penyesalan itu sudah tak ada artinya. Yang ada hanya berharap agar Ibunya cepat kembali sadar dan sembuh. In Hyun dan In Myun menggelengkan kepalanya dan menjawab tidak pada polisi, selama ini mereka tak punya musuh atau orang yang harus dicurigai.

Di hati In Hyun. Biarkan saja dia yang akan mencari siapa pelaku dari semua ini. Ia bisa menerka kalau video, kebakaran rumah dan semua kejadian yang menimpanya pelakunya adalah satu orang dan pasti orang itu mempunyai dalangnya. Atau mungkin dia sendiri sang dalangnya.

In Myun menggoyangkan tubuh In Hyun yang melamun dari tadi. Bahkan polisi sudah pamit pergi untuk melakukan investigasi di rumah In Hyun karena banyak kejanggalan atas kejadian kebakaran itu.

In Hyun tersentak lalu menoleh menatap In Myun. "Eonnie. Kita akan tinggal di mana?" tanyanya gemetaran.

In Myun memeluk In Hyun. "Kau tenang saja, kakak masih punya tabungan dan kita bisa tinggal beberapa hari di hotel atau langsung menyewa apartemen atau juga kontrakan untuk kita tinggal sementara waktu sebelum semuanya beres dan kita bisa menyewa tempat tinggal untuk kita." Jawabnya lirih.

"Kalau begitu, biarkan aku berhenti kuliah dan membantu Eonnie untuk bekerja saja-"

"Jangan Hyun," potong In Myun. "Eonnie mohon padamu. Kamu adalah satu-satunya harapan kami, kamu yang mempunyai masa depan cerah dan harus menjadi dokter untuk mewujudkan impian Eomma. Apa kau tak mau mewujudkan impian kami?"

In Hyun terlihat bingung, dari mana biaya kuliahnya jika harus mengandalkan In Myun sendirian. Bahkan kali ini biaya rumah sakit tidak ditanggung oleh orang lain seperti ketika dia koma yang menanggung adalah pemuda bermarga Kim itu. Kali ini In Myun juga yang menanggung semua biaya administrasi dan juga biaya kuliahnya, belum biaya hidup mereka ke depannya.

Melihat kebingungan adiknya itu. In Myun sedikit tersenyum untuk meredakan keresahan In Hyun. "Kau jangan khawatir, dengan uang pensiun dari Ayah dan juga gaji bulananku. Maka kita bisa mengatur hidup kita ke depannya dan juga biaya kuliahmu. Yang penting kau harus rajin belajar, segera wisuda dan harus menjadi seorang dokter yang hebat." Ia memberi semangat kepada adiknya sementara di dalam hatinya, seolah ada beban sebesar gunung kini menindihnya.

In Hyun mengurungkan niatnya untuk tidak kuliah. Setadinya karena kejadian tadi di depan gerbang, dia akan keluar kuliah dan akan bekerja saja. Tetapi, harapan In Myun dan juga Ibunya kembali membangkitkan semangat dan tujuannya untuk menjadi seorang dokter.

In Hyun memeluk tubuh kakaknya. Dan karena dia merasa lelah. Akhirnya dia tertidur di bahu kakaknya itu begitu juga In Myun. Sangking lelahnya, ia bahkan tak menyadari dan hampir lupa menanyakan sembap di sudut bibir In Hyun.

______🍁🎎🍁______

Pagi-pagi.

Orang yang lalu-lalang di depan rumah In Hyun sesekali memotret rumah yang sudah setengah menjadi arang itu. Semuanya sudah habis terbakar dan tak ada yang tersisa sedikitpun di dalam sana. Lalu semua itu di sangkut pautkan dengan video di youtube serta pertengkaran kemarin.

Beribu gosip mulai muncul dan membuat suasana menjadi semakin panas. Tetapi, In Hyun berusaha untuk tidak menghiraukannya karena kini yang terpenting adalah cita-citanya dan juga cita-cita kedua orang yang sangat dicintainya yaitu Ibu dan kakaknya.

In Hyun dan In Myun masuk ke dalam rumah. Semua barang-barang sudah hangus menjadi arang. Foto keluarga, pakaian, lemari, televisi, bahkan perkakas dapur banyak yang pecah dan juga hangus juga. Keduanya masuk ke dalam kamar masing-masing.

Laptop, nakas, ranjang, boneka bahkan fotonya bersama Ayah, Ibu, kakak dan teman-temannya hangus. Album kenangan bersama dengan Nam Suuk juga sudah setengah terbakar dan In Hyun tak memperdulikan album itu yang sudah seharusnya dibakarnya sejak dulu.

Ia berjongkok meraih sebuah foto yang sudah setengah terbakar. Hanya tinggal Ayahnya yang tak terbakar, tetapi hanya setengah foto itu yang tersisa dari banyaknya kenangan foto mereka di kamarnya itu.

Tak ada barang satupun yang bisa dia ambil dari sana. Hanya tinggal puing-puing dan juga sampah abu dan arang dari semua barang.

In Hyun keluar bertepatan dengan In Myun juga keluar dari kamar yang sudah tak ada pintunya itu. Dia membawa sepotong foto Ayahnya. Sementara In Myun hanya menemukan sepotong dari foto Ibunya. Jadi hanya kenangan itu yang mereka bawa keluar dari sana.

"Hanya ini Eonnie yang tersisa." Ucap In Hyun lirih memperlihatkan sepotong foto Ayahnya.

"Kau benar. Aku juga hanya bisa menemukan ini." Ujar In Myun memperlihatkan sepotong foto Ibunya.

"Biarlah hanya dua foto ini yang tersisa karena hanya ini yang berharga bagi kita." In Hyun menggenggam erat foto Ayahnya itu.

"Ya. Dan kita berdua bisa membuat kenangan yang lain lagi. Apalagi setelah Eomma sembuh dan sadar nanti." Semangat In Myun jelas terlihat meski jauh di dalam manik matanya terdapat luka yang menganga.

Keduanya keluar dari rumah itu dan kini menyerahkan semuanya kepada polisi serta berharap jika memang benar ada yang sengaja ingin membakar rumah itu. Maka pelakunya akan segera ditemukan dan segera ditangkap.

Ketika keduanya sedang berdiri menatap rumah hangus mereka. Lewat sebuah mobil mewah ke sana. Di kursi penumpang, sepasang mata menatap sekilas ke rumah tersebut tetapi tak berani berhenti di sana. Mobil itu hanya lewat saja. Tersungging sebuah senyuman penuh kepuasan melihat keluar jendela mobil ke arah rumah keluarga In yang sudah hangus terbakar.

In Myun melingkarkan tangannya di tengkuk In Hyun. "Sekarang kau ikut kakakmu ini."

"Ke mana?" tanya In Hyun penasaran.

"Ikut saja, nanti kau juga akan tahu." Jawab In Myun mengajaknya berjalan ke halte bus dan menunggu bus tujuannya lewat. Keduanya naik bus yang tak lama berhenti di sana.

Ternyata In Myun membawa In Hyun ke rumah sahabat baiknya yang sama-sama bekerja di kantor, untuk sementara waktu mereka berdua akan tinggal di sana, lebih tepatnya menumpang sebelum mereka menemukan sebuah apartemen atau sebuah kontrakan untuk tempat tinggal mereka.

Yul Hana. Sahabat terbaik In Myun yang menawarkan mereka secara cuma-cuma untuk tinggal dengannya di kontrakannya itu dan berharap mereka akan betah tinggal di sana mengingat kalau tempat tinggalnya bukan sebuah apartemen mewah atau sejenisnya. Bahkan letaknya sangat jauh dari kampus In Hyun sehingga membuat In Hyun bangun lebih pagi untuk pergi kuliah naik bus.

Keduanya tidak mempermasalahkan hal itu bahkan sangat berterima kasih karena sudi menampung mereka di sana.

______🍁🎎🍁______

Semenjak kejadian itu. Banyak sekali gunjingan dan gosip yang menerpa In Hyun. Bahkan gadis yang bernama Lin Chia kini pindah kuliah di sana bersama dengan tunangannya Soo-jin.

In Hyun hanya bisa berpura-pura tak mengenal mereka meski terkadang ketika dia lewat di kantin, di koridor, di aula bahkan dimanapun kakinya melangkah di kampus itu, banyak mendengar celaan bagi dirinya. Ketika di toilet-pun sering sekali mendengar gosipan tentangnya yang selalu di sangkut pautkan dengan Nam Suuk, dan kini pemuda yang bernama Soo-jin itu.

Ia hanya bisa menutup mata dan telinganya demi cita-citanya.

Nam Suuk yang mengetahui musibah yang menimpanya seolah tak pernah peduli sedikitpun atau menanyakan kabar Ibunya yang masih koma di rumah sakit.

Jujur dia merasa sakit. Apakah jika mereka tak menjadi satu. Maka persahabatan pun terlarang untuk mereka?

Dari sekian banyaknya penghuni di Seoul. Hanya Sun Hi dan Euna serta sekarang Yul Hana yang selalu baik dan tulus membantu mereka tanpa pamrih dan tanpa perhitungan.

Sun Hi dan Euna juga banyak membawakan In Hyun hadiah dari pakaian, serta perlengkapan lainnya. In Hyun sudah banyak menolak, tetapi keduanya selalu memaksa dan selalu mengatas namakan persahabatan mereka.

Sementara keluarga Pamannya, In Seung Gi dan Kwan Tie Im. Ayah Yurika dan Ibunya itu seolah menutup mata mereka juga. Hanya beberapa kali mereka menengok Ibu Yumi di rumah sakit dan memberikan bantuan uang ala kadarnya. Setelah itu, tak pernah muncul untuk menanyakan keadaan Ibu Yumi karena mereka merasa hanya terikat dengan kakaknya saja In Yeong Gi (Ayah In Hyun) dan Ibu Yumi hanyalah sekadar kakak ipar.

In Hyun dan In Myun juga merasa tak perlu dikasihani oleh keluarga itu. Dan seandainya mereka bisa mengganti marga mereka serta menghapus nama mereka dari keluarga IN. Pasti mereka sudah melakukannya semenjak dulu. Tetapi, mengingat marga itu adalah marga Ayahnya, tentu saja mereka hanya bisa menahan kekesalan kepada keluarga dari Ayahnya itu.

Satu bulan kemudian.

Setelah beberapa lama dari kejadian kebakaran itu. In Hyun tak lagi banyak mendengar gosipan-gosipan tentangnya di kampus meski masih saja ada satu dua yang menggunjingkan dirinya terutama dari grup Lin Chia yang kini bergabung dengan Yurika karena mereka ternyata satu kelas di fakultas ekonomi. Keduanya berteman karena satu kelas orang kaya dan merasa punya satu orang yang sama-sama dibenci yaitu In Hyun.

Hanya tinggal menunggu satu bulan lagi. Nam Suuk akan lulus dan Wisuda alumni fakultas bisnis. Sementara Yurika dan Lin Chia akan masuk ke semester tiga. Dan In Hyun hanya akan naik ke semester tahun kedua, itupun jika dia bisa mengejar ketinggalan di tahun semester pertama kemarin dan tentunya waktu liburanpun harus dia habiskan dengan belajar mengejar ketinggalannya.

Soo-jin masuk ke semester tiga di fakultas teknik dan dia sering kali mencuri-curi pandang kepada In Hyun dan banyak sekali dia mencuri-curi kesempatan untuk mendekati lagi In Hyun tetapi hal itu selalu saja berhasil di hindari oleh In Hyun karena ia tak mau mengulang kejadian yang sama seperti waktu itu.

Sepulangnya dari kuliah ke rumah Yul Hana.

In Myun dan Hana ternyata sudah menunggu kedatangan In Hyun dengan gelisah.

Sudah selama itu, In Myun baru tahu tentang berita video di youtube dan gosip tentang In Hyun. Bahkan banyak postingan video tentang In Hyun ketika ditampar dan dihina oleh gadis bernama Lin Chia itu di depan gerbang.

"Aku pulang-" baru saja In Hyun masuk, dia sudah diadang dan langsung di interogasi oleh kakaknya.

"Hyun," dengan gaya menyeramkan, In Myun menatap In Hyun di dekat pintu. "Coba kau jelaskan semua ini." Ia menunjukkan video di ponselnya tentang In Hyun.

"Aish. Eonnie. Kemarin ke mana saja. Video itu sudah lama beredar dan semua juga sudah terselesaikan. Jangan khawatir." Jawab In Hyun santai sembari melepaskan sepatunya.

Keduanya duduk di sebuah bantalan di depan meja pendek.

"Jadi karena tamparan gadis sok itu, waktu itu pipimu sampai sembap?" tanya In Myun masih penasaran dan menjadi geram.

In Hyun hanya mengangguk saja menanggapi semua pertanyaan yang dilayangkan oleh kakaknya itu.

Yul Hana yang sebenarnya iseng-iseng membuka youtube dan kebetulan melihat video itu tadi menjadi ikut penasaran juga. Maka dari itu dia langsung memberitahukannya kepada In Myun yang selama ini hanya sibuk bekerja tanpa sempat melihat berita-berita.

Yul Hana menaruh dua gelas jus lemon hangat dan satu gelas teh hijau untuknya di atas meja, kini ikut menatap In Hyun penuh keheranan. "Hyun, kenapa kau tak berani melawannya?"

"Hana benar Hyun. Kenapa kau malah diam? Akh payah kau ini." Gerutu In Myun. Andai saja dia yang menjadi In Hyun. Maka dia akan membalas menampar Lin Chia, menjambak serta meninjunya dengan jurus boxing-nya itu.

In Hyun terkekeh geli melihat kehebohan dua wanita di depannya itu. "Kalian tenang saja. Meski bukan aku yang membalas, karena aku tak bersalah. Maka keadilan akan selalu berpihak kepada orang yang benar, dan suatu hari nanti keadilan itu pasti akan datang."

"Aiyooo. Sekarang calon dokter kita sudah terlihat bijak sekali." Goda In Myun.

"Sudahlah, jangan bahas yang itu lagi. Besok aku akan mulai masuk ke laboratorium di kampus karena dosen pembimbing akan mengajakku untuk penelitian. Dosen itu sangat tertarik dengan cara diriku meramu obat-obatan herbal waktu praktek di kelas percobaan."

"Baguslah kalau begitu. Semoga berhasil Hyun." In Myun selalu memberi semangat dan dukungannya.

Ketiganya mengepalkan tangan lalu saling menatap. "Aza.. aza.. fighting!"

Ketiganya meraih gelas lalu meminumnya. In Myun dan Yul Hana diam-diam akan mencari tahu juga, siapa yang telah mencemarkan nama baik In Hyun.

In Hyun menatap dalam keduanya dengan sebuah senyuman. Dia telah membuka lembaran baru dan dia yakin, di masa depan nanti pasti akan lebih baik lagi.

                       ~♛♡🎎♡♛~

*°°°______TBC______°°°*










Mumpung ide ini masih lancar.. Jadi cepet Up'y.. 😊😊

Kalau PDKT kaya'y takkan cepat Up.. 😁😁 masih cari² ide.. Jhehe

Gomawo.. Semoga tak membosankan membaca cerita amburadul ini 😁😂

Up* 24~08~2018

By* Rhanesya_grapes 🍇


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top