SoL ~46~ Revenge 2.
~*°______SoL______°*~
Di mansion Jeong Soon masih saja gelisah. Hari sudah hampir tengah malam dan kabar tentang In Hyun belum di dapatkannya sedikit pun. Entah apa yang terjadi pada istrinya itu dan yang paling dia takuti adalah calon anaknya.
Dia dan Jae Woon kini duduk di ruang kerja menunggu kabar dari sahabat-sahabatnya yang pergi mencari tahu ke mana mobil hitam yang membawa In Hyun pergi. Ketiganya berpencar ke semua CCTV kota untuk menemukan mobil itu. Bahkan ahli komputer pun sampai melacak di mana ponsel In Hyun terakhir aktif.
Sin Wan masih memperhatikan video-video yang dikirim oleh Hwan Ki dan Han Cho. Sementara Dae Chung masih menunggu hasil rekaman di jalan Raya perbatasan karena siapa tahu kalau mobil yang dicari keluar dari kota.
Jae Woon melayang kesana-kemari membuat Jeong Soon semakin pening melihatnya.
"Bisakah kau diam," kata Jeong Soon pada Jae Woon. Namun, membuat Sin Wan menatapnya heran.
"Aku dari tadi diam saja memperhatikan komputer." Jawab Sin Wan bingung.
"Maaf, aku hanya ...," dia menjadi bingung untuk menjelaskannya. "Lupakan saja. Lanjutkan pekerjaanmu."
Sin Wan tahu kalau Jae Soon kebingungan dan juga sangat khawatir takut terjadi apa-apa pada In Hyun. Apalagi In Myun dan Ibunya belum mendapatkan kabar tentang hal itu dan mereka semua berharap kalau mereka tak tahu sampai In Hyun ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja.
"Sampai kapan kita akan menunggu di sini?"
"Bagaimana kalau kita terlambat untuk menyelamatkannya?"
"Kau kan seorang Kaisar. Kenapa kau tak langsung mencarinya?"
Jae Woon sungguh merasa geram karena dari tadi mereka hanya diam saja menunggu.
Jeong Soon tak bisa menjawab semua pertanyaan Jae Woon karena di sana ada Sin Wan.
Jae Woon kembali melayang memutari ruangan. Sesekali melirik melihat Sin Wan membesar mengecilkan foto mobil yang dikirim oleh Hwan Ki dari rumah sakit untuk memperjelas nomor platnya.
Lalu setelah itu beberapa foto diambil di kampus.
Mendadak kedua mata Jae Woon membulat. "Cepat kembalikan foto yang barusan!" perintahnya pada Sin Wan.
Jeong Soon terkejut mendengar teriakan Jae Woon.
"Hyung. Aku ingin melihat foto yang tadi di dekat kelas In Hyun!"
Jeong Soon langsung saja bangkit dari duduknya mendekati Sin Wan yang masih melihat-lihat foto-foto karena dia tak bisa mendengar teriakan Jae Woon barusan.
"Yah, coba kau bilang pada Sin Wan agar memutar kembali ke belakang dan melihat ulang foto-foto sebelumnya!" Jae Woon terus saja berteriak pada Jeong Soon.
"Memangnya ada apa?" tanya Jeong Soon heran.
Sin Wan mendongak melihat Jeong Soon. "Tidak ada apa-apa aku-"
"Hyung. Cepat putar kembali ke belakang," kata Jeong Soon penasaran kenapa Jae Woon ingin Sin Wan memutarnya dari awal.
Sin Wan pun mengembalikan foto-foto itu agar dilihat dari awal.
Jeong Soon sesekali menoleh menatap Jae Woon yang tampak serius melihat foto-foto dengan sangat teliti.
"Pelan-pelan."
"Pelan-pelan." Kata Jeong Soon mengulangi ucapan Jae Woon.
"Berhenti!"
"Berhenti!" kata Jeong Soon mengagetkan Sin Wan.
"Kembali lagi satu foto ke belakang."
Lagi-lagi Jeong Soon mengulangi apa yang diucapkan Jae Woon dan Sin Wan menurutinya.
"Dia. Pria itu adalah dia!" tunjuk Jae Woon yakin.
"Apa kau yakin?" tanya Jeong Soon.
"Yakin apa?" tanya Sin Wan aneh melihat In Hyun, Sun Hi dan Euna bersama satu pria di dalam foto itu dan tak ada yang aneh.
"Aku sangat yakin. Bagaimana bisa dia ada di Kampus?" Jae Woon belum pernah melihat pria kedua musuh mereka itu selama ikut ke Kampus.
"Hyung. Kita harus segera pergi ke suatu tempat." Ajak Jeong Soon semakin geram. Kini mereka sudah mengetahui pria yang membenci In Hyun. Berkat Jae Woon.
Sin Wan tak banyak bertanya dan Jeong Soon belum menjawab pertanyaan Jae Woon barusan.
Jeong Soon mengerahkan semua pengawal dan bodyguardnya dan menyuruh Sin Wan untuk menelepon polisi. Dia tahu jika zaman itu tidak bisa main hakim sendiri. Ia pun menyuruh dua bodyguardnya untuk mengintai terus pria yang ada di foto itu ke manapun dia pergi dan menyuruh Sin Wan pergi ke suatu tempat.
Jae Woon hanya menyilangkan kedua tangannya di dada menunggu apa yang akan Jeong Soon lakukan. Dia tak sabar ingin segera menyelematkan In Hyun.
_____🍁🎎🍁_____
Byuuurrrrhhh...
"Ahh, haaa?" In Hyun mencoba bernapas kala air mulai menyirami wajah serta seluruh tubuhnya.
"Haha. Kau terkejut bukan?!" kata Yurika tertawa jahat karena baru saja dia menyiram In Hyun yang tertidur disebabkan menangis terus dengan seember air.
"Yu-Yurika. Kenapa kau me-lakukan ini?" tanya In Hyun mulai gemetaran saat tubuhnya mulai merasa kedinginan. Belum lagi bibirnya yang terluka semakin terasa perih.
"Kenapa aku melakukan ini? Kau ingin tahu kenapa aku melakukan semua ini?" Yurika semakin menatap mengerikan pada In Hyun.
In Hyun mengangguk ketakutan. Apakah dia bisa diselamatkan oleh suaminya atau sampai kapan dia di sana sementara kehamilannya masih sangat rentan.
Tangan kanan Yurika meremas dagu In Hyun dengan keras sehingga membuat In Hyun merintih kesakitan dan semakin ketakutan.
Jauh di pusat kota.
Jeong Soon bersama Jae Woon kini berada di sebuah apartemen. Mereka langsung saja masuk dengan paksa ke sana.
Ternyata apartemen milik pria yang dicari itu sudah kosong.
"Sial! Dia sudah tak tinggal di sini," rutuk Jeong Soon geram.
"Apakah ini apartemen miliknya?"
Jeong Soon menganggukkan kepalanya.
"Apa dia tidak punya rumah yang lain?"
Jeong Soon tampak berpikir. Kenapa saat itu otaknya tidak berpikir dengan jernih hanya karena memikirkan apa yang terjadi pada In Hyun saja membuatnya tak bisa berpikir karena terlalu panik dan gelisah.
"Dia tidak tinggal di sini. Pasti dia sudah pulang ke kotanya," jawab Jeong Soon memicingkan matanya.
Jae Woon menatap Jeong Soon dibalas olehnya dengan tajamnya. "Apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan juga?"
Jeong Soon menganggukkan kepalanya. Baru saja dia hendak melangkah keluar dari apartemen itu. Teleponnya berdering menghentikan langkahnya dan kini dia berada di ambang pintu. Ketika dilihat, private number.
"Angkat, aku yakin kalau itu adalah orang yang menculik In Hyun." Kata Jae Woon menatap ponsel yang masih terus berdering.
Dengan ragu-ragu, Jeong Soon mengangkatnya.
"Hahaha!" terdengar suara tawa seorang pria di seberang sana.
Jeong Soon mengeratkan kepalan tangan kirinya dan yakin kalau itu adalah suara pria yang saat ini mereka cari.
"Apa kau mencariku? Kau pikir aku masih ada di apartemenku itu?" kata pria itu.
Jae Woon menanyakan dengan isyarat apa itu pria yang dicari? Dan Jeong Soon mengangguk sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen. Pasti ada sebuah kamera CCTV di sana sehingga tahu apa yang akan mereka lakukan. Ternyata pria itu memang tak sebodoh yang diperkirakannya.
"Kau di mana? Dan kau apakan istriku?" tanya Jeong Soon mencoba untuk menahan amarahnya.
"Relax. Istrimu masih hidup dan saat ini memang ada bersamaku,"
"Apa maumu? Apa kau membutuhkan uang? Berapapun akan aku berikan asal kau bebaskan istriku dan jangan kau apa-apakan dia. Jika terjadi apa-apa padanya. Ke Neraka ke tujuh pun akan kukejar kau."
"Haha. Sudah kukatakan relax. Aku tak membutuhkan uangmu. Karena uangmu lah yang telah menghancurkan hidupku,"
Jeong Soon mengernyitkan keningnya. Uangnya telah menghancurkan hidup pria itu. Kenapa dan ada apa? Dia sungguh tak mengerti apa motifnya menculik In Hyun?
"Kau tak mengerti bukan? Aku tahu kini kau hilang ingatan. Baiklah, aku takkan memaksamu untuk mengingatnya. Jika kau ingin melihat istrimu untuk terakhir kalinya. Datanglah ke tempatku sekarang,"
"Cepat katakan," kata Jeong Soon sudah tak sabar.
"Tapi, dengan satu syarat,"
"Apa itu?"
"Jangan sampai kau menelepon polisi atau membawa para bodyguardmu itu. Kau hanya boleh datang sendiri ke sini,"
Jeong Soon mengembuskan napasnya berat. "Baiklah,"
Tiba-tiba datang dua orang pria berpakaian pelayan apartemen kini berdiri di sana.
"Kau harus ikut bersama dengan dua pria itu dan jangan sampai kau melakukan hal yang bodoh dengan mereka jika ingin istrimu tetap hidup."
"Baiklah. Aku akan menuruti semua apa maumu."
Setelah panggilan terputus. Satu pelayan meminta telepon Jeong Soon lalu dinonaktifkan. Sementara satu lagi memeriksa seluruh tubuh Jeong Soon memastikan kalau dia tak membawa senjata atau pun alat pelacak lainnya.
Seusai pemeriksaan itu. Jeong Soon dibawa keduanya menuju mobil mereka yang berada di belakang gedung di mana tak terdapat CCTV.
Satu pria yang duduk di kursi kemudi menatap Jeong Soon tajam. Jeong Soon pun masuk ke dalam mobil dengan masih dikawal keduanya di kursi belakang. Kedua matanya bahkan ditutup oleh kain hitam.
Sementara Jae Woon hanya bisa melayang mengikuti mereka dan memperhatikan jalan. Jeong Soon akan dibawa kemana oleh mereka?
Perlahan mobil melaju cepat ke arah yang berbeda dengan kota Busan.
Hampir dua jam mereka menempuh perjalanan. Akhirnya mobil melaju masuk ke dalam hutan yang entah di mana karena hutan itu jauh dari kota Busan atau berada di luar area kota Seoul.
Tak lama mobil berhenti.
Jeong Soon setengah diseret untuk keluar dari mobil.
"Tenang saja. Aku takkan melawan atau kabur dari kalian." Ucap Jeong Soon kala merasakan kedua lengannya dipegang erat oleh kedua pengawal itu.
"Ikutlah dan jangan banyak bicara!" bentak pengawal itu kasar.
Jae Woon yang mengikuti mereka tampak geram. Tetapi sejujurnya dia tak bisa bertarung. Semenjak sering diseret oleh para bodyguardnya dulu, dia belum pernah bisa memukul salah satu dari bodyguardnya itu. Karena dia memang tak pandai berkelahi.
Jeong Soon dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan. Satu pengawal membuka penutup matanya.
Jeong Soon mengerjapkan kedua matanya di saat melihat ruangan itu remang-remang. Kini kedua matanya menatap seorang pria yang duduk di sebuah kursi tak jauh darinya dan setengah tubuhnya tertutupi kegelapan ruangan tersebut.
"Selamat datang di Neraka. Di mana kau akan berada di dunia ini untuk terakhir kalinya." Ujar pria itu menyeringai.
"Di mana istriku?" tanya Jeong Soon menatap sekeliling tak ada In Hyun di sana.
Jae Woon juga berkeliling di seluruh ruangan itu. Ternyata di luar memang hanya hutan pinus jauh dari kota dan juga tak ada In Hyun. Berarti Jeong Soon hanya dijebak oleh pria itu.
Jae Woon mendekati Jeong Soon. "Di sini tak ada In Hyun. Kau telah dijebaknya, hati-hati."
"Kau menipuku." Kata Jeong Soon menatap tajam pada pria itu.
"Aku tidak menipumu." Jawab pria itu bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju ke arah yang terang oleh lampu.
Ketika melihat wajah pria itu dengan jelas. Jeong Soon menyeringai. Benar saja kalau pria itu adalah Cho Sang-ji.
°°Flashback°°
Saat Jae Woon berada di Busan. Setelah kejadian Lin Chia menampar dan menghina In Hyun di pintu gerbang. Tak sengaja dia melihat Lin Chia bersama dengan Cho Sang-ji mengobrol sangat akrab di sebuah Cafe dan saat itu mereka tak menyadari kalau Jae Woon memperhatikan keduanya dari kejauhan.
Jae Woon geram melihat Lin Chia. Dia pun punya dendam pada Cho Sang-ji.
Jae Woon mulai menyelidiki Sang-ji yang ternyata adalah kakak sepupu Lin Chia dari Ibunya. Satu hari sebelum kecelakaan saat dia berniat pergi ke Seoul demi menghancurkan keluarga In, keluarga Liu dan yang telah membakar rumah In Hyun.
Ternyata yang membakar rumah In Hyun adalah Sang-ji dengan mengendarai motor.
Sang-ji lah yang melemparkan botol berisi bensin dan menyala. Setelah diselidiki oleh Jae Woon, dia akhirnya tahu pelakunya adalah Sang-ji dan dia akan membalasnya dengan menghancurkan reputasinya sebagai seorang profesor.
Sayangnya pembalasan itu belum terlaksana dan Jeong Soon benar-benar tak tahu akan semua itu.
Di pesta ulang tahun. Sang-ji pula yang pastinya mengundang Lin Chia dan Soo-jin agar datang untuk menculik In Hyun sehingga In Hyun dan Jeong Soon berpisah.
Di pesta itu Jae Woon tak melihat Sang-ji karena memakai topeng. Ketika Jae Woon pergi untuk pertama kalinya ke Kampus. Ia tak pernah melihatnya karena sering kali berselilisih jalan dengan Sang-ji.
Sangat mengecewakan kala rencana Sang-ji, Soo-jin dan Lin Chia gagal total. Dari saat itu, besoknya Sang-ji tak masuk Kuliah sampai saat ini dengan alasan banyak pekerjaan di Busan.
Dari saat Lin Chia dan Soo-jin masuk penjara. Sang-ji sibuk menyusun rencana untuk membalaskan dendam pada Jeong Soon dan akhirnya dia memutuskan untuk bekerja sama pula dengan Yurika lalu menculik In Hyun saat penjagaan keluarga Kim lengah.
Foto yang dilihat Jae Woon di komputer tadi adalah foto In Hyun bersama dengan Sang-ji.
Jeong Soon tak menyangka kalau pria itu ikut andil dalam kejahatan yang dilakukan oleh semua orang yang membenci In Hyun.
Sepanjang perjalanan. Jae Woon menceritakan semua kejadian yang diketahuinya pada Jeong Soon.
°°Flashback off°°
Jeong Soon masih menatap Sang-ji yang diketahui Jae Woon bernama asli Sang-hyuk. "Kenapa kau menculik istriku?"
"Karena aku mencintainya," jawab Sang-ji sambil senyum mengejek.
Kedua tangan Jeong Soon semakin mengepal.
"Relax, dia memang tak ada di sini tapi dia baik-baik sa-"
Buukkkkhh...
Belum sempat Sang-ji menjawab semuanya. Kaki Jeong Soon sudah melayang ke arah perutnya sehingga membuatnya terpental dan kini dia terduduk di atas lantai.
Jeong Soon berhasil memukul dua bodyguard yang dari tadi memegang lengannya kemudian berlari hendak memukul Sang-ji. Namun, belum sempat tinjuannya itu menyentuh tubuh Sang-ji.
"Lepaskan aku. Kenapa kau melakukan semua ini padaku?!"
Mendadak tubuh Jeong Soon menegang seketika. Terlihat kalau dia menelan salivanya susah payah. Kepalan tangannya yang masih mengambang tepat di depan Sang-ji terpaksa diturunkannya.
Bugghhh...
Sang-ji kini yang memukul wajahnya sehingga sudut bibir Jeong Soon mengeluarkan darah dan tubuhnya terjengkang ke belakang.
Jeong Soon melihat sebuah layar televisi yang menunjukkan In Hyun dalam keadaan terikat dan juga kedua matanya kembali ditutup oleh Yurika. "Hyun, istriku?"
"Ya, dia istrimu. Dan jika kau mencoba melawan kami. Maka akan aku bunuh istrimu itu," ancam Sang-ji masih dengan seringaian mengerikannya.
"Jangan! Aku mohon jangan kau apa-apakan istriku." Jeong Soon mulai gemetaran mengingat kalau In Hyun dalam keadaan hamil.
Sang-ji menyuruh kedua pengawalnya untuk mengikat kedua tangan Jeong Soon ke belakang. Lalu dia mematikan televisi sebelum In Hyun menyebutkan nama Yurika di depan Jeong Soon.
Jae Woon benar-benar geram kepada mereka. Tetapi, apa hendak dikata, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Jeong Soon menoleh ke samping di mana Jae Woon bengong melihat kalau dia mulai diikat oleh kedua pengawal Sang-ji. Dengan isyarat kedua matanya, Jeong Soon menyuruh Jae Woon untuk mendekat padanya.
"Ada apa? Apa yang harus aku lakukan?"
Dengan nada pelan Jeong Soon menjawab, "cepat cari In Hyun. Aku yakin dia tak jauh dari sini."
"Baiklah. Kau harus bertahan. Aku akan mencoba untuk mencarinya."
Jeong Soon mengangguk pasrah.
Bugghhh... bukkhhh...
Ketika Jae Woon melayang pergi. Pukulan bertubi-tubi terus dilayangkan oleh kedua pengawal Sang-ji. Bahkan Sang-ji juga ikut beberapa kali melayangkan pukulan serta tendangannya pada Jeong Soon sampai darah mengucur dari hidung, mulut serta sudut matanya.
Sungguh mengenaskan. Seorang Kaisar sekaligus putra kedua Tuan Kim sang macan kumbang kini babak belur tak bisa berkutik sedikitpun demi istrinya.
Jae Woon masih menelusuri hutan menuruti instingnya. Benar saja, ada sebuah rumah tua di dekat danau. Dia langsung memelesat masuk ke sana dengan menembus tembok.
Kedua matanya membulat kala melihat In Hyun memang ada di sana dan satu wanita lagi tampak duduk dengan santainya dengan sesekali menyeringai mengerikan. Siapa lagi kalau bukan Yurika.
Jae Woon mengepalkan tangannya semakin erat. Ingin sekali dia mencekik Yurika sampai mati. Apalagi melihat sudut bibir In Hyun berdarah dan sembap.
"Yurika, tolong lepaskan penutup kedua mataku ini. Aku takut akan kegelapan." Bujuk In Hyun sembari merintih kesakitan.
"Haha, kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?" Yurika malah tertawa meledek.
"Kita adalah saudara Yurika. Aku mohon lepaskan aku, kita sudah berbeda. Kau telah mendapatkan Nam Suuk dan aku telah menikah dengan Jae Soon."
"Karena hal itu aku membencimu. Kenapa saat aku ingin kau dicampakkan oleh Nam Suuk untuk melihatmu menderita. Tapi kenapa pemuda Kim itu malah menikahimu. Kalian benar-benar membuat kesabaranku habis." Geram Yurika dengan kedua mata melotot.
"Tapi-"
"Diam! Jangan banyak bicara lagi sebelum aku akan membuatmu tak bisa bicara lagi untuk selamanya!" Bentak Yurika membuat In Hyun kembali mengucurkan air matanya di balik penutup matanya itu.
Tiba-tiba tubuh Jae Woon yang melayang bergetar hebat. Sebuah cahaya mulai mengelilinginya membuatnya ketakutan. Apakah itu adalah waktunya dia pergi ke akhirat untuk selamanya? Tapi, dia masih belum siap meninggalkan Jeong Soon dan In Hyun dalam keadaan seperti itu.
Braakkk... sebuah kursi kini melayang memukul punggung serta kepala Jeong Soon dari belakang sampai kursi itu hancur dan kepala Jeong Soon terluka mengucurkan darah.
Bruugghhh...
Kini Jeong Soon terbaring di atas lantai dengan napas yang terengah-engah serta darah membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia sudah tak berdaya di sana dan tubuh itu memang terlalu lemah untuknya.
Perlahan kedua matanya mulai menutup lalu napasnya mulai melemah. Bersamaan dengan itu, perlahan roh Jae Woon mulai menghilang.
※♚♥♡🎎♡♥♡♚※
**°°_____TBC_____°°**
Gimana nih.. Tegang gk.. 😁✌
Sudah terjawab kan siapa pria kedua yk sekongkol dengan Lin Chia dan Yurika.. Ya itu lah profesor tampan kita Cho Sang-ji.. 😆
Hahhh.. Gembira sekaligus sedih nih.. Hanya tinggal 2 chap+epiloge ya.. Tak terasa sudah mau selesai lg.. 😁😁
Oh ya.. Promosi cerita baru ya.. Nanti setelah SOL selesai.. Akan ada dua cerita yk kejar tayang.. 😂 (emnk film) in syaa Allah.. Mau mencoba genre romancis nih.. Semoga aku bisa.. Doakan dan harap dukungan'y ya.. 🙏
Ini dia yk akan dilanjut..
1. Gongzhu yue
2. Secret My Wife (20+) new story
Harap dukungan.. Kritik dan saran'y seperti biasa.. Huangkyu 😊😘
Up* 23~08~2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top