SoL ~42~ Surprise in Party Mask.

~*°_____SoL_____°*~

In Hyun sedang berputar-putar di depan cermin karena memakai gaun yang sengaja dibelikan oleh Jeong Soon untuk acara ulang tahun dosennya malam itu.

"Bagaimana kau tahu kalau ini cocok untukku, Paduka?" tanya In Hyun menatap dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Gaun panjang berwarna biru muda tanpa tangan dan juga terdapat belahan di pinggir dari bawah sampai selutut membuatnya sangat terlihat anggun. Juga sepatu high heels berwarna senada dengan gaun membuatnya terlihat seperti cinderella dalam dunia nyata.

Jeong Soon memeluknya dari belakang lalu menaruh dagunya di atas pundak kanan In Hyun. "Karena di zaman ini, tak ada hanbok seorang Ratu yang bisa kupakaikan untukmu istriku." Candanya sembari mengecup lekukan leher In Hyun.

"Hanbok? Apa kau ingin aku terjatuh dan keseleo lagi seperti waktu itu di istana?" jawab In Hyun mengerucut bibirnya mengingat bagaimana susahnya dia berjalan memakai pakaian Kerajaan. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Semua pakaiannya berat dan juga panjang.

"Haha. Tidaklah, aku hanya bercanda. Pakaian apa pun selalu cocok dan tampak Indah bila kau yang memakainya, istriku." Ucapnya sembari mengangkat dagunya di pundak In Hyun lalu menghirup harumnya rambut In Hyun. Wangi sampoo vanilla dan rempah-rempah kesukaannya.

In Hyun memutar tubuhnya menghadap Jeong Soon tanpa melepaskan pelukan suaminya itu. "Kau juga sangat tampan, Paduka. Dengan texudo dan juga dasi kupu-kupu ini. Kau sudah mirip dengan selebriti di zaman ini."

"Selebriti? Apa yang kau maksud adalah mereka yang bermain film di televisi?" dia pernah mendengar kata itu tapi hampir lupa lagi.

In Hyun mengalungkan tangannya ke leher Jeong Soon. "Kau lebih dari selebriti. Kau adalah jagoan yang ada di dunia nyata ini. Kau pahlawanku, suamiku."

"Apa kau merayuku? Sebaiknya kita tak usah pergi. Kita habiskan malam ini hanya berdua saja." Kata Jeong Soon memeluk erat In Hyun menghilangkan jarak antara keduanya lalu menciumi leher In Hyun.

In Hyun mencoba berontak lalu mendorong tubuh Jeong Soon. "Aishh. Ini bukan waktunya. Kita sudah terlambat."

"Aigoo. Kita takkan kehabisan makanan atau minuman jika terlambat beberapa menit saja ke sana." Kata Jeong Soon mengerucutkan bibirnya.

In Hyun terkekeh geli mendengar perkataan Jeong Soon. Suaminya itu memang sudah beradaptasi di zamannya itu. Dia lalu mendekati lagi Jeong Soon kemudian mengecup bibirnya sedikit lama membuat Jeong Soon tersenyum lalu melumat bibir ranum In Hyun.

Lagi-lagi In Hyun mendorong tubuh Jeong Soon. "Kita benar-benar sudah terlambat." Ujarnya sembari tersenyum menggoda. "Kita bisa melanjutkannya setelah pulang dari sana."

Ucapannya itu sukses membuat Jeong Soon tersenyum geli juga. Begitu senangnya dia menggoda istrinya itu. Ia berdiri di samping In Hyun sembari menyodorkan lengannya. "Baiklah, sebaiknya kita segera pergi. Agar nanti bisa cepat pulang."

In Hyun menyenggol pinggang Jeong Soon sambil memalingkan wajahnya ke lain arah untuk menyembunyikan kedua pipinya yang merona.

Di depan pintu kamar. Jae Woon sudah menunggu mereka dari tadi.

"Yah. Kenapa kalian lama sekali?! Apa yang kalian lakukan dulu di dalam?" tanyanya kesal sudah menunggu dari tadi. Seandainya Jeong Soon mengizinkannya masuk ke dalam. Sudah pasti dia akan melihat apa yang suami istri itu lakukan.

Jeong Soon tak menjawabnya karena mustahil dia berbicara sendiri lagi. Bisa-bisa ia dianggap gila oleh In Hyun.

"Yah.. yah.. yah.. kenapa kau tak menjawabku?" Jae Woon melayang di samping Jeong Soon menembus setengah dinding karena koridor mansion menuju kamar Jeong Soon hanya cukup untuk dua orang saja. Dia kini melayang di depan In Hyun. "Wah, dia semakin cantik ternyata." Tatapannya terlihat penuh Cinta.

"Ehmm," Jeong Soon tiba-tiba berdeham sambil menuruni tangga. "Ingatlah ritual (pelepasan arwah)."

In Hyun berhenti melangkah lalu menoleh ke samping. "Ritual? Kenapa di saat seperti ini kau mengingatkanku kembali pada kejadian itu, Paduka?" ia mengira kalau yang dimaksud Jeong Soon adalah ritual pelepasan kutukan waktu di goa Joseon di saat keduanya dalam keadaan kedinginan. Dia melepaskan pegangan tangannya lalu bergegas menuruni tangga.

"Ritual?" Jeong Soon mengucapkan itu sesungguhnya pada Jae Woon bukan mengingatkan In Hyun akan ritual itu. Ia pun jadi terkekeh kecil melihat betapa lucunya dan menggemaskannya In Hyun saat kedua pipinya memerah.

Lain halnya dengan Jae Woon. Ritual pelepasan arwah bersangkutan dengan ritual apa sehingga membuat In Hyun menjadi merona begitu. "Yah, apa yang kalian bicarakan?"

Jeong Soon menuruni tangga dengan helaan napas tak henti-hentinya. "Kau tak usah tahu. Bagaimana dengan rencana kita?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Toh kalaupun diceritakan juga takkan mengerti.

"Tenang saja. Aku akan mencari pria itu sampai ketemu." Yakin Jae Woon. Dia berharap akan segera menemukan pria satunya selain Soo-jin yang telah bersekongkol dengan Lin Chia dan Yurika.

"Baguslah." Jeong Soon segera masuk ke dalam mobil di mana In Hyun sudah masuk duluan.

Tiga mobil kini melaju meninggalkan mansion. Mobil Jeong Soon berada di tengah diantara mobil para bodyguardnya.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya tanya jawab masalah Kuliah tadi. Sementara Jae Woon hanya menatap In Hyun tak ada bosannya dari tadi membuat Jeong Soon jengah dengan sikapnya itu.

"Menghadaplah ke depan." Ucap Jeong Soon membuat sang sopir mengernyitkan keningnya. Apakah yang dimaksud dengan menghadap ke depan adalah fokuslah dalam menyetir. Padahal sopir itu dari tadi fokus terus ke depan dan sesekali melihat ke spion tengah untuk memastikan kendaraan di belakang mobilnya agar tak menabrak.

Sang sopir hanya menjawab. "Mianhaeyo, Tuan Muda. Saya akan lebih fokus menyetir." Dia memang mengira perkataan itu padanya.

Jeong Soon lagi-lagi mengembuskan napasnya. Sulit memang jika berbicara dengan hantu yang tak bisa dilihat oleh siapa pun kecuali olehnya. Dan lagi-lagi menjadi salah paham bagi yang mendengarnya.

In Hyun tak banyak bicara lagi. Hari ini dia merasa kalau suaminya itu sedikit aneh.

Akhirnya mobil sampai ke depan restoran yang sangat besar yang sengaja dipesan oleh Sang-ji. Acara ulang tahun itu sengaja menjadi acara pesta bertopeng. Jadi yang datang harus memakai topeng yang sudah di sediakan di sana atau membawa sendiri dari rumah.

In Hyun menggandeng lengan Jeong Soon masuk ke dalam gedung itu yang tertutup dan hanya untuk para tamu undangan terdiri dari para mahasiswa/i dan juga teman-teman yang mereka bawa. Serta para Profesor dan pegawai dari laboratorium.

Dia memperlihatkan kartu ID fakultas kedokteran pada penjaga pintu. Akhirnya dia diizinkan masuk.

Ketika masuk. In Hyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari dua sahabatnya. Di ruangan itu sudah seperti pesta halloween karena hiasan lampunya tak terlalu terang. Bahkan ada sudut ruangan dengan penerangan yang temaram dihiasi oleh lentera-lentera berbentuk bunga, boneka, api dan juga labu layaknya halloween.

Seorang pelayan penerima tamu memberikan In Hyun topeng berbulu berwarna biru juga serasi dengan gaunnya. Jeong Soon juga menerima topeng berwarna hitam seperti tuxedo bertopeng. Keduanya benar-benar terlihat sangat serasi sekali.

Dua orang wanita menghampiri In Hyun. "Hyun-ah. Kau sangat cantik sekali." Kata Sun Hi terpesona dengan penampilan In Hyun.

"Ya, sepertinya Nona anggun di pesta ini pasti akan di menangkan oleh sahabat kita ini." Kata Euna menggodanya juga.

"Euna-ah. Jangan terlalu yakin. Kalian juga sangat cantik dan pakaian yang kalian pakai sungguh sangat serasi dengan wajah kalian serta topengnya." Jawab In Hyun memuji keduanya.

Ketiganya tergelak.

Sun Hi segera menggandeng lengan In Hyun. "Tuan muda Kim. Bolehkah kami membawanya untuk mengobrol dan minum sedikit?"

"Boleh, bawalah dan bersenang-senanglah," jawab Jeong Soon mengizinkan In Hyun dibawa oleh keduanya.

"Tapi …?" In Hyun tampak ragu meninggalkan Jeong Soon sendirian.

"Tak apa, aku akan duduk di sana dan mengobrol dengan anak kelas kalian yang lain." Jawab Jeong Soon tahu keraguan In Hyun.

In Hyun tersenyum. Akhirnya suaminya itu mau beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya. "Baiklah, aku akan ke sana dan kau jangan jauh-jauh."

"Sudahlah Hyun-ah, dia takkan kabur jauh atau pergi meninggalkanmu sendiri di sini." Canda Sun Hi.

Keduanya menyeret In Hyun menuju ke meja minuman dan juga makanan.

Dengan nada pelan, Jeong Soon menyuruh Jae Woon tetap mengikuti In Hyun dan mencari pria yang disebutkannya tadi. Dia berharap kalau pria itu memang ada di sana malam itu juga.

Sungguh mereka tak menyadari kalau di dalam pesta itu datang Lin Chia dan Soo-jin. Keduanya memakai ID palsu alias memakai ID dua orang mahasiswa di fakultas kedokteran yang sengaja dibayarnya tinggi agar digantikan sementara oleh keduanya. Siapa yang tak tergiur uang banyak hanya untuk ID dan tak menghadiri sebuah pesta ulang tahun.

Hanya karena keduanya memakai topeng juga. Jadi tak ada yang mengenalinya dan penjaga pintu pun mengira kalau wajah mereka sama dengan yang ada di ID itu.

Keduanya terus memperhatikan gerak-gerik In Hyun. Sementara Jae Woon sudah lama dia tak menghadiri pesta seperti itu. Jadi sambil menikmati pesta, ia pun menjaga In Hyun dan mencari pria yang terakhir.

Jae Woon bingung. Bagaimana dia bisa mengenali pria terakhir itu jika semuanya memakai topeng? Tapi, dia yakin bisa menemukannya.

Jeong Soon memperhatikan gelagat para tamu di sana. Sesekali melihat In Hyun bersama dengan kedua sahabatnya itu dan juga melihat Jae Woon yang terbang kesana-kemari.

Cho Sang-ji maju ke depan dengan sebuah mic di tangannya, topeng hampir menutupi seluruh wajahnya. "Semuanya, tolong perhatiannya sebentar,"

Semuanya menatap ke arah Sang-ji.

"Bagaimana pestanya?" tanya Sang-ji.

"Menyenangkan, sajangnim!" jawab semuanya serentak.

"Aigoo, kalian menikmati pesta sampai melupakan yang punya acara ini?"

"Andue!" jawab semuanya tergelak dengan candaan Sang-ji.

Lagu pesta mulai berganti dengan lagu selamat ulang tahun diiringi kue ulang tahun yang dibawakan oleh seorang dosen wanita dari fakultas kedokteran juga.

Mereka mulai menyanyikan lagu ulang tahun sampai Sang-ji meniup lilin kemudian memotong kue. Sorak sorai dan tepuk tangan semakin memeriahkan pesta tersebut.

In Hyun mendekati Jeong Soon. "Bagaimana pestanya?"

"Menyenangkan," jawab Jeong Soon memeluk pinggang In Hyun. "Jangan banyak minum lagi, aku tak kuat untuk menggendongmu pulang ke rumah."

In Hyun mengerjap tak percaya atas perkataan Jeong Soon. "Memang aku berat sekali ya?"

Jeong Soon terkekeh lagi. Betapa senangnya dia menggoda istrinya itu. "Lihatlah, teman-temanmu memanggilmu kembali. Pergilah, aku akan duduk lagi di sini." Ujarnya sembari mengecup sekilas pipi In Hyun.

"Baiklah, aku akan minum sedikit dan mengobrol sebentar dengan Sun Hi dan Euna. Setelah itu kita segera pulang." Kata In Hyun mengecup sekilas pipi Jeong Soon lalu bergegas menghampiri lagi kedua sahabatnya.

Jeong Soon kembali duduk di sofa. Sesekali ada teman sekelas In Hyun yang ikut duduk di sana mengajaknya minum.

Soo-jin yang duduk di dekat meja bar tampak melihat kesana kemari lalu memanggil satu pelayan yang kebetulan melewatinya dengan nampan jus dan minuman lainnya, kemudian dia pura-pura menuangkan wine ke dalam gelas yang ternyata gelas itu sudah diberi beberapa tetes obat tidur barusan. "Berikan gelas ini untuk pria yang memakai jas hitam itu." Tunjuknya pada Jeong Soon sambil memberikan beberapa lembar uang.

Sang pelayan yang melihat dia menuangkan wine di depan matanya tak menaruh curiga dan langsung saja mengirimkan wine itu pada Jeong Soon. Ketika dia memberikan gelas berisi wine pada Jeong Soon sambil menunjuk ke arah Soo-jin.

Jeong Soon langsung saja menerimanya kemudian mengangkat gelas itu tanda bersulang dengan Soo-jin dibalas oleh Soo-jin dengan mengangkat gelasnya juga. Tanpa curiga sedikitpun pada pria bertopeng itu. Jeong Soon meneguk sekali habis wine tersebut.

Di sisi lain. Lin Chia terus mengintai In Hyun.

"Aku ingin ke toilet dulu." Kata Euna.

"Aku juga ikut." Kata In Hyun.

"Kalau begitu, aku akan menunggu kalian di sini." Jawab Sun Hi.

In Hyun dan Euna berjalan menuju ke toilet yang ada di belakang restoran. Ketika dia masuk, dua orang pria sudah menunggu di pintu belakang tepat di luar dapur tempat biasa pelayan membuang sampah. Karena restoran itu kini disewa sepenuhnya oleh Sang-ji dan makanan datang dari Catering. Jadi dapur menjadi cukup sepi tak terpakai malam itu.

In Hyun dan Euna masuk ke dalam toilet. Tak berapa lama, Lin Chia juga masuk ke sana.

Awalnya Euna yang sudah selesai duluan. Tiba-tiba dari belakang, Lin Chia langsung membekapnya dengan saputangan yang sudah diberi cairan hipnotis sehingga Euna pingsan di sana dan dibiarkan terbaring di lantai dekat wastafel.

Berselang beberapa menit. In Hyun keluar dari toilet berniat untuk mencuci tangan. Namun, terkejut melihat Euna pingsan di bawah. Ia panik langsung memburunya dan berjongkok. "Euna-ah. Kau kenapa?" ia mencoba menggoyangkan tubuh Euna dan juga menepuk-nepuk kedua pipinya.

Tiba-tiba dari belakang. Lin Chia membekapnya juga dengan saputangan yang sama membuat In Hyun langsung mencoba berontak. Tetapi, cairan hipnotis itu begitu cepat membuatnya kehilangan kesadarannya.

Setelah merasa In Hyun sudah pingsan dan tergeletak di lantai. Lin Chia bergegas keluar menyuruh dua pria tinggi besar yaitu bodyguard Soo-jin masuk lalu membawa In Hyun keluar dari restoran tersebut lewat jalan belakang di mana di sana sudah ada sebuah mobil yang menunggu.

Keduanya langsung menggotong tubuh In Hyun keluar dari toilet tanpa ada seorang pun yang tahu. Melihat dua bodyguard itu sudah membawa In Hyun. Lin Chia segera menghubungi Soo-jin.

Ketika telepon tersambung. "Hallo, aku sudah membawa In Hyun keluar dari restoran dan kini dia ada di dalam mobil."

Soo-jin tersenyum puas. "Baiklah, aku juga akan segera keluar dari sini dan menunggu di mobil. Atau kau langsung saja ke tempat itu sambil membawa para wartawan. Kita tak boleh membuang waktu lagi."

"Baiklah. Aku juga akan melakukan tugasku dengan baik." Kata Lin Chia tertawa jahat. Ia langsung saja keluar dari toilet menuju ke mobil dua bodyguard tadi yang kini duduk di kedua sisi sementara In Hyun yang pingsan di tengah-tengah mereka.

Lin Chia memberikan uang pada dua bodyguardnya dan juga kartu ID Soo-jin. "Berikan kartu ini pada Manager hotel. Katakan padanya kalau wanita ini adalah teman Soo-jin yang mabuk dan kalian hanya mengantarkannya saja ke hotel atas perintah darinya."

"Baik Nona." Jawab salah satu bodyguard itu kemudian menyuruh sang sopir segera meluncur ke hotel.

Di dalam. Pesta masih sangat meriah.

Soo-jin melihat ke arah Jeong Soon yang duduk di sofa sudah tertidur pulas akibat obat tidur yang dia berikan tadi. Dengan tergesa-gesa ia segera keluar menuju ke mobilnya.

Lin Chia juga sudah naik mobilnya sendiri menuju ke tempat di mana para wartawan dari berbagai media sosial dan juga televisi berdatangan ke sana dengan undangan *komplik sebenarnya di balik kebahagiaan keluarga anak kedua Tuan Kim*. Dengan berkata begitu, semua wartawan tak mau ketinggalan apalagi selama ini mereka sudah mengincar anak kedua Tuan Kim yaitu Kim Jae Jung Woon alias Kim Jae Soon.

In Hyun kini dibawa ke hotel berbintang lima. Di sana sudah ada satu pria yang menunggunya dan sudah disewa juga oleh Soo-jin dan Lin Chia. Mereka akan membuat In Hyun seolah berselingkuh dengan pria tersebut sepulangnya dari pesta ulang tahun dengan meninggalkan suaminya yang masih di pesta.

Di dalam mobil. Lin Chia tersenyum sendiri membayangkan betapa terkejutnya dunia saat mengetahui kabar kalau istri dari Tuan Muda Kim berselingkuh dengan pria lain. Bahkan usia pernikahan mereka masih sangat baru. Dengan begitu, satu panah tiga burung didapatkannya.

Menghancurkan rumah tangga In Hyun dan Jeong Soon yang sudah pasti akan diceraikannya. Membalaskan dendam Yurika dan juga membuat malu keluarga Kim, menjatuhkan anak kedua Tuan Kim sama dengan membuat hancur semua keluarganya. Komplik itu pasti akan membuat dunia meledak sekaligus.

Sesampainya di hotel milik keluarga Soo-jin. In Hyun dibawa lagi oleh kedua bodyguard itu lewat jalan belakang juga karena di depan sudah banyak wartawan yang menunggu. Sesuai perintah dari Lin Chia, keduanya naik lift menuju kamar yang ditunjuk.

Kedua pria itu kini berdiri di depan pintu kamar kemudian mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka, tampak seorang pria tampan memakai handuk berbentuk baju melekat di tubuhnya lumayan gagah dan berkulit putih.

"Masukkan dia ke dalam." Pria itu menyuruh mereka memasukkan In Hyun ke dalam lalu membaringkannya ke atas kursi sofa. Napasnya tampak terengah-engah karena baru selesai berolahraga.

Keduanya melihat pria tersebut menatap In Hyun dengan tatapan menggiurkan membuat mereka tersenyum. Pasti wanita itu akan segera diserangnya. Apalagi melihat pakaian ketat dan sexi yang dipakai In Hyun.

Setelah memasukkan In Hyun. Pria itu memberikan segepok uang kepada kedua bodyguard itu lalu menyuruhnya untuk segera pergi dari kamarnya.

Kedua pria tinggi besar itu bergegas keluar. Salah satunya langsung menelepon Lin Chia. "Nona, kami sudah melakukan tugas kami."

Lin Chia yang berdiri di tempat parkir belakang hotel tersenyum puas. "Baiklah, tugas kalian sudah selesai dan kalian segeralah pergi dari sana karena permainan akan segera dimulai."

Kedua bodyguard itu langsung saja turun kembali. Lalu keluar dari gedung hotel kemudian masuk ke dalam mobil meninggalkan tempat itu.

Lin Chia mencoba menghubungi Soo-jin tetapi ponselnya di luar jangkauan. "Mungkin ponselnya habis baterai? Aisshh. Dia selalu saja lupa mengisi ponselnya agar tidak habis disaat genting seperti ini." Rutuknya dalam hati kesal.

Dia masih menunggu Soo-jin. Tetapi, 15 menit sudah berlalu dan dia sudah tak sabar lagi. Apalagi mungkin In Hyun kini sudah ditiduri oleh pria bayarannya di kamar hotel dan para wartawan sudah tak sabaran. Ada juga yang pulang karena menganggap itu hanya gosip belaka.

Tanpa menunggu persetujuan dari Soo-jin. Lin Chia segera menghubungi wartawan yang dikenalnya, ia mamakai kaca mata hitam kemudian menutupi kepalanya dengan topi serta masker untuk melihat keadaan di dalam sana.

Satu wartawan tadi yang di telepon Lin Chia bergegas masuk ke lift diikuti oleh wartawan lain yang tak mau ketinggalan berita. Ada juga yang naik lewat tangga karena tak sanggup menunggu. Akhirnya rahasia yang terpendam selama ini tentang anak kedua Tuan Kim terungkap sudah.

Bahkan pernikahannya yang mendadak itu masih hangat dan menyisakan ribuan pertanyaan. Ada apa sebenarnya di balik keharmonisan pengantin baru itu?

Lin Chia juga bergegas naik ke dalam lift. Dia benar-benar tertutup karena tak mau dikenali banyak orang.

Semua wartawan keluar dari lift berjalan menelusuri koridor hotel dengan berebutan menuju ke kamar yang disebutkan Lin Chia. Kamar nomor 223 itu tampak pintunya sedikit terbuka. Awalnya semuanya ragu untuk masuk. Lagi-lagi Lin Chia mengirimi pesan pada wartawan kenalannya.

Sang wartawan itu yang pertama menerobos ke dalam kamar diikuti yang lainnya. Mereka langsung saja memotret dan mengamera isi ruangan itu. Tampak ruang televisi sebelum kamar tidur sangat berantakan. Belum lagi gaun biru yang dipakai In Hyun, sepatu dan juga topengnya berserakan di ruangan tersebut.

Lin Chia juga sudah sampai di sana lalu ikut masuk. Di balik masker penutup setengah wajahnya itu, bibirnya menyeringai jahat. Dia tahu gaun itu milik In Hyun dan pasti pria bayarannya itu sudah melakukan tugasnya.

Semua wartawan dengan ragu melihat kamar tidur yang pintunya setengah terbuka.

Belum sempat mereka membukanya. Manager dan beberapa pelayan masuk ke sana lalu mencoba mengusir serta mengamankan tempat itu.

"Kalian telah lancang. Izin dari siapa sehingga kalian masuk ke dalam kamar pelanggan kami tanpa tahu malu!" sang manager tampak marah.

Tiba-tiba Lin Chia membuka masker, kaca mata dan juga topinya. "Izin dariku. Kau tak boleh ikut campur Manager. Aku adalah tunangan Soo-jin, pemilik hotel ini dan akulah yang mengizinkan mereka untuk meliput kamar ini!"

Semua kamera kini mengarah kepadanya. Bahkan ada yang sedang siaran langsung juga.

Lin Chia tersenyum licik dan Manager hotel itu tak bisa berbuat apa-apa lagi dikarenakan Lin Chia memang calon menantu Tuan besar pemilik hotel tempatnya bekerja itu. Jadi dia dan beberapa pelayan tadi hanya bisa menyingkir ke samping.

"Baiklah, terima kasih semuanya karena sudah datang ke sini. Jadi, kalian akan tahu rahasia yang selama ini tersembunyi di balik tangguhnya keluarga Kim yang sok berkuasa di kota kita ini dan kali ini kalian akan menyaksikan ada kisah apa di balik harmonisnya rumah tangga pengantin baru anak kedua keluarga Kim itu?"

Dengan percaya dirinya. Dia mempersilakan semuanya masuk ke sana tanpa ada rasa takut sekalipun.

Lin Chia semakin menyeringai melihat dua insan di atas ranjang yang sedang berpelukan dengan penuh kemesraan seolah sudah melakukan aktivitas suami istri.

Sementara semua mata para wartawan membelalakan matanya termasuk Manager di sana.

※♚♥♡🎎♡♥♚※

**°°_____TBC_____°°**



Gimana... Cepet kan up'y.. 😁😁 ingin segera selesai soal'y.. Biar ide baru di story baru gk beleberan lg.. Dan ujung'y malah hiantus.. 😁😁

Enjoy..

Up* 14~08~2019

By* Rhanesya_grapes 🍇




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top