SoL ~41~ Open the Secret.

~*°_____SoL_____°*~

Jeong Soon sarapan dengan In Hyun. Ji Hoon pagi itu masih di rumah Yoon Ha dan akan langsung berangkat sekolah dari sana.

Jae Woon duduk di dekat In Hyun. Memandanginya dengan senyam-senyum sendiri sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Jeong Soon menghela napasnya. Kedua matanya menatap Jae Woon sampai Jae Woon menatapnya kembali. Jeong Soon menggerakkan bola matanya isyarat menjauhlah dari istrinya. Namun, hal itu tak digubris oleh Jae Woon.

Sekian lama Jae Woon tak melihat In Hyun dan kini wanita itu ada di rumahnya serta telah menjadi istrinya- ralat - istri sang Kaisar itu. Ia ingin menyentuh wanita idamannya itu. Namun, sayang. Dia tak bisa menyentuhnya sama sekali.

"Ehmmm!" Jeong Soon mulai berdeham.

Lagi-lagi tak digubris oleh roh Jae Woon.

"Jika kau tak menyingkir, akan kulenyapkan kau dengan ritual melepas arwah." Ancam Jeong Soon tak menatap Jae Woon dan masih sibuk menyantap sarapannya.

In Hyun yang mendengarnya mengernyitkan keningnya. Suaminya itu berkata pada siapa? Sementara di sana hanya ada mereka berdua karena Paman Hoong dan yang lainnya sedang sarapan juga. "Suamiku. Kau berbicara dengan siapa?"

"Tidak dengan siapa-siapa. Makanlah." Jawab Jeong Soon sembari mengusap tangan In Hyun yang ada di atas meja.

Mendengar ancaman itu. Jae Woon akhirnya melayang dan duduk di sebelah Jeong Soon. Tetapi saat melihat tangan Jeong Soon menyentuh tangan In Hyun. Ia kembali geram. "Yah, menyingkirlah dari tangannya. Dia milikku!"

Jeong Soon menoleh ke samping menatap tajam Jae Woon. Akhirnya Jae Woon tak banyak berkata lagi. Karena dia tahu jika Jeong Soon melakukan ritual untuk orang meninggal yaitu pelepasan arwah. Maka dia akan lenyap dari muka bumi. Jae Woon hanya bisa menahan kekesalannya.

"Dia lah gadis yang aku sukai itu,"

Jeong Soon menghentikan makannya kemudian menatap Jae Woon dengan tatapan menanyakan apa dia serius.

"Aku serius. Dia adalah Cinta pertamaku."

Jeong Soon kembali menyantap makanannya agar In Hyun tidak curiga. Dia bahkan tidak cemburu dan malah senang jika ternyata yang dicintai Jae Woon adalah In Hyun. Seandainya dia pergi. Jae Woon masih menjaga In Hyun dengan baik seperti dirinya saat ini atau mungkin bisa lebih.

Seusai sarapan.

Jeong Soon dan In Hyun satu mobil karena mereka akan pergi Kuliah bersama, sudah pasti sang roh Jae Woon ikut bersama mereka dan duduk di depan bersama sopir layaknya orang yang masih hidup.

"Kalian mau ke mana?" tanya Jae Woon aneh sambil menoleh ke belakang melihat penampilan Jeong Soon seperti anak Kuliahan. Dia tahu kalau ia memang masih Kuliah. Tetapi, bukankah dia kuliah di Busan?

"Ikut saja." Jawab Jeong Soon singkat.

In Hyun yang sedang memeriksa semua mata pelajaran yang disalin oleh Sun Hi heran kembali. Kenapa dengan suaminya itu? "Suamiku. Apakah kau baik-baik saja? Atau kau sakit?"

Jeong Soon menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Sementara Jae Woon tersenyum penuh kepuasaan mendengar In Hyun bertanya seperti itu. Pasti dia akan dianggapnya gila.

Jeong Soon merasa jengkel pada Jae Woon. Akhirnya dia sengaja memeluk In Hyun lalu disandarkan ke dadanya membuat Jae Woon kembali kesal. Sementara In Hyun benar-benar aneh dengan sikap Jeong Soon hari itu.

"Lepaskan dulu, aku sedang belajar." Kata In Hyun merasa gelisah karena sikap aneh suaminya itu.

"Yah... yah... lepaskan dia. Atau akan kucekik kau." Jae Woon juga menyuruh Jeong Soon melepaskannya.

Karena melihat In Hyun memang sedang belajar. Akhirnya Jeong Soon melepaskan pelukannya.

Jae Woon kembali tersenyum puas.

Sesampainya di Kampus. Jeong Soon dan In Hyun turun dari mobil masih diikuti Jae Woon.

"Aku akan masuk kelas dulu, karena ada Kuliah pagi." Ucap In Hyun pada Jeong Soon.

Jeong Soon menganggukkan kepalanya sambil melambaikan tangannya.

Melihat kampus itu, Jae Woon sedikit terkejut lalu bertanya. "Apakah kau kini Kuliah di sini?"

"Ya." Jawab Jeong Soon singkat takut In Hyun mendengarnya lagi.

"Demi dia?" tunjuk Jae Woon ke arah In Hyun yang sudah berjalan menjauh.

"Pastinya." Jawab Jeong Soon lagi.

"Ke-kenapa kau pindah ke sini? Kampus ini tidak Bagus dan lebih Bagus yang di Busan." Protes Jae Woon tak terima. Bukankah waktu itu dia membatalkan pendaftaran ke Kampus itu.

Jeong Soon berjalan terus tanpa menghiraukan gerutuan Jae Woon.

"Yah, aku bicara padamu." Kata Jae Woon melayang menghalangi Jeong Soon tetapi lagi-lagi dia menerobosnya.

Banyak wanita cantik tersenyum melihat ke arah Jeong Soon yang masih berjalan menuju ke kelasnya. Sangat disayangkan kalau pemuda itu kini sudah mempunyai istri.

Jae Woon mengeryit tak percaya kalau tubuhnya memang sangat menawan, apalagi wajahnya yang tampan itu dan kini dia bisa melihat dan mendengar apa yang dibicarakan semua wanita di belakangnya. "Kau adalah seorang Kaisar, sudah pasti gaya dan sikapmu begitu tangguh dan perkasa seperti itu. Dan aku tahu bahwa wajah kita memang serupa."

"Dari mana kau tahu?" tanya Jeong Soon pelan bercampur aneh. Ternyata Jae Woon tahu banyak tentang dirinya dan kehidupannya di zaman Joseon.

"Tentu saja dari si kakek tua bangka itu. Tapi, tunggu dulu. Apa hubungannya kau dengan In Hyun sehingga kau terus mencarinya lalu menikahinya?" Jae Woon memang tahu kalau Jeong Soon datang dari masa lalu. Tetapi dia tidak tahu kalau In Hyun juga pernah terdampar di masa Joseon.

"Dia cantik dan baik. Jadi aku tertarik, bukankah dia juga telah menolong dirimu." Jawab Jeong Soon tak mau kalah.

"Kau benar. Sudah seharusnya kita nikahi dia- ralat - maksudku, kau menikahinya." Jawab Jae Woon sembari nyengir.

Sesampainya di kelas pribadi Jeong Soon. Jae Woon ikut duduk bersamanya.

"Boleh aku bertanya? Apakah selama di Kerajaan Zamanmu sikapmu dingin seperti itu? Dan memasang tampang sadis seperti di film-film kolosal itu?"

Jeong Soon menoleh menatapnya aneh. Dengan nada pelan. "Kenapa kau cerewet sekali? Setahuku, Tuan Muda Kim Jae Jung Woon adalah pemuda paling dingin di antara yang lainnya dan juga paling pendiam selama ini." Ujarnya benar-benar heran mendengar banyaknya pertanyaan yang dilayangkan olehnya.

Jae Woon menjadi duduk diam sembari merengut. "Aku begini karena aku kesepian. Hanya kau saja yang bisa melihat dan mendengarku. Sebenarnya aku tak seperti yang kau katakan tadi. Jika banyak orang aku memang akan bersikap acuh dan dingin. Tetapi, jika aku sendiri atau bersama keluargaku. Beginilah aku adanya."

"Kau serius?" tanya Jeong Soon hampir tak percaya dengan pengakuan Jae Woon.

Jae Woon menganggukkan kepalanya cepat. "Aku serius. Maka dari itu kau harus tahan dengan semua pertanyaan yang aku …?" ucapannya menggantung kala melihat dua orang wanita yang dikenalinya melewati kelas Jeong Soon.

"Kenapa?" tanya Jeong Soon aneh melihat Jae Woon menatap ke luar.

"Sebentar." Jawab Jae Woon sembari melayang keluar mengejar dua wanita itu.

Jeong Soon mengembuskan napasnya. Apakah itu balasan baginya karena telah meminjam tubuh orang lain dan harus sabar menghadapi kecerewetan sang Jae Woon. Ia pun mulai belajar sendiri karena dosennya sudah memberinya tugas dari jauh hari.

In Hyun bertemu dengan Sun Hi dan Euna. "Aiihhh, pengantin baru sudah pulang dari bulan madunya." Goda Euna.

"Ya, maafkan kami Hyun. Kemarin ketika menghadiri pemakaman Nenek Kim. Kami tak banyak menyapamu karena tahu kau pasti sangat sibuk di hari itu," kata Sun Hi tak enak hati tak bisa memeluk atau menemani In Hyun di hari wafatnya Nenek Kim.

"Tidak apa Sun Hi, Euna. Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Dan begitulah takdir, tak ada yang tahu." Jawab In Hyun sedih.

"Sudahlah, kita lanjutkan ngobrolnya nanti di kantin di jam istirahat. Sekarang kita masuk ke kelas dulu." Kata Sun Hi melihat Profesor Cho Sang-ji berjalan menuju ke arah mereka.

"Kalau begitu, sampai bertemu di kantin." Kata Euna pergi meninggalkan keduanya sembari melambaikan tangannya. Ia sendiri yang berbeda kelas.

Profesor Cho kini sampai di dekat In Hyun dan Sun Hi. "Selamat pagi," sapanya pada keduanya dan juga pada mahasiswa lainnya.

"Selamat pagi, sajangnim." Jawab Sun Hi dan In Hyun hampir bersamaan sembari membalas senyum Sang-ji.

Cho Sang-ji senang melihat In Hyun. "Nona Hyun, senang atas masuknya kau kembali. Kelas dan laboratorium sepi rasanya jika tak ada dirimu."

"Ehemm... ehemmm...," Sun Hi berdeham membuat Sang-ji tersenyum malu. Sementara In Hyun juga hanya tersenyum kecil.

"Masuklah, pelajaran kita mulai sekarang." Kata Sang-ji lagi.

Sun Hi dan In Hyun masuk ke dalam kelas bersama dengan Sang-ji.

Jeong Soon sesekali mengernyitkan keningnya. Sudah sangat lama Jae Woon tak kembali ke kelas. Apakah rohnya telah lenyap? Atau dia terjebak di salah satu kelas? Atau ...? Baru saja dia memikirkan pemuda itu. Jae Woon melayang masuk kembali ke dalam kelasnya.

"Yah, apakah kau kenal dengan wanita yang bernama Lin Chia?" tanya Jae Woon tiba-tiba.

Jeong Soon mencoba mengingat-ingat nama itu. Sepertinya nama itu memang tak asing baginya.

"Aigoo. Kau tak mengingat wanita yang telah menyakiti istriku - ralat lagi - maksudku In Hyun."

Jeong Soon kembali mengingatnya. "Apa maksudmu Lin Chia teman saudara wanita In Hyun?"

Jae Woon mengangguk cepat.

"Yang selalu bersama In Yurika?"

Jae Woon kembali menganggukkan kepalanya.

"Aku ingat. Memangnya kenapa?"

"Dia yang telah menyakiti In Hyun,"

"Aku tahu," jawab Jeong Soon mengingat bagaimana Lin Chia menghina In Hyun dan menuduhnya merebut tunangannya di depan pintu gerbang Kampus.

"Dia juga yang telah menyebarkan video In Hyun dan yang menyuruh seorang pria membakar rumahnya,"

"APA?!" Jeong Soon terkejut mendengarnya. "A-apa kau yakin?" tanyanya masih tak percaya.

"Aku yakin sekali."

°°Flashback°°

Jae Woon sebenarnya tak berniat mencari tahu tentang In Hyun. Apalagi takut kalau Ayahnya akan mengusik kehidupan gadis itu.

Pertemuannya di halte, Cafe, jalan bahkan sampai mengikutinya kemanapun In Hyun pergi membuat Jae Woon semakin menyukainya dan sering merindukannya.

Oleh sebab itu, semenjak In Hyun telah menyelamatkan nyawanya. Jae Woon terus mencari tahu tentang keluarga In Hyun, apa kesehariannya dan ke mana saja dia pergi.

Tetapi, karena In Hyun saat itu sedang patah hati karena pernikahan Nam Suuk. Jae Woon hanya mengetahui kalau In Hyun dari Kampus pergi ke perpustakaan, dari sana langsung pulang ke rumah. Jika hari libur sesekali dia pergi ke taman dan menangis di sana.

Sampai ketika dia ditampar oleh In Hyun. Sebenarnya dia tak membencinya, dia mengatakan akan membalas bukan dengan kebencian. Tetapi dengan cintanya. Dia berkata seperti itu hanya demi membuat suruhan Ayahnya percaya kalau dia tak menyukai gadis itu sama sekali.

Karena dia Kuliah di Busan. Jadi dia hanya mendengar kabar dari suruhannya yang sengaja dikirimkan untuk mengintai terus In Hyun dan memberinya semua kabar tentang keseharian In Hyun.

Maka dari itu. Setiap kejadian yang menimpa In Hyun dia mengetahuinya. Bahkan dia menyelidiki motor yang melemparkan bensin menyala ke bawah rumah kosong sehingga membakar semua rumah In Hyun sampai Bibi Yumi mengalami koma.

Ketika In Hyun dihina dan dimaki oleh Lin Chia. Ketika Nam Suuk mabuk, bahkan pria yang menyeringai di dalam mobil ketika rumah In Hyun kebakaran saja dia tahu, pria itu adalah Nam Suuk.

Nam Suuk saat itu sangat senang. Bukan karena dia yang membakar rumah In Hyun, tetapi dia yakin kalau In Hyun akan meminta bantuan atau menerima bantuan yang akan dia berikan yaitu rumah atau apartemen lain. Dengan begitu, dia akan mendapatkan kembali cintanya.

Namun, harapan Nam Suuk pupus sudah saat mendengar kalau In Myun tinggal bersama dengan Yul Hana dan In Hyun tinggal di sebuah gedung flat yang diberikan oleh klinik tempatnya bekerja paruh waktu.

Selama setahun. Jae Woon tahu apa yang In Hyun lakukan dan dia sengaja Kuliah di Busan agar Tuan Kim tak mengganggu In Hyun sampai dia siap untuk menghancurkan perusahaan Tuan Liu ayah Nam Suuk dan Tuan In, Ayah Yurika.

Sehari sebelum kecelakaan. Dia berniat akan pergi ke Seoul dan meminta Ayahnya untuk memberikan pekerjaan kantor padanya karena saat itu dia sudah siap untuk menghancurkan keluarga Liu dan In. Sayang sekali, dia keburu mengalami kecelakaan di sungai.

Saat di sungai. Roh Jae Woon keluar dari tubuhnya lalu dibawa oleh sang kakek yang selalu diceritakan olehnya. Dan masuklah roh Jeong Soon ke dalam tubuh Jae Woon.

Dari hari itu. Jae Woon dikurung di kamar hotel Nyonya Kim dan tiba-tiba dibebaskan oleh sang kakek ketika Jeong Soon datang ke sana sehingga Jae Woon mengikuti Jeong Soon sampai ke rumah In Hyun yang dikiranya bukan lagi rumah In Hyun karena sudah direnovasi. Sampai menuju ke mansion sebelum melihat dengan jelas wajah In Hyun.

°°Flashback off°°

"Apa kau yakin wanita itu bersama dua pria lainnya?" tanya Jeong Soon pelan hampir tak bisa percaya kalau ternyata yang membenci In Hyun bukan hanya In Yurika dan Lin Chia saja. Nam Suuk juga baik karena ingin In Hyun kembali lagi kepadanya dan akan menceraikan Yurika.

"Aku yakin sekali dan aku juga awalnya tak percaya. Namun, setelah satu tahun aku selidiki semuanya. Mereka masih bersangkutan satu sama lainnya." Jelas Jae Woon sambil duduk di atas meja di depan Jeong Soon.

"Jadi, selama ini bukan kau atau Ayahmu yang telah menjahati In Hyun?" awalnya Jeong Soon mengira kalau Tuan Kim yang telah mengusik kehidupan In Hyun atau Jae Woon sendiri yang telah menjahati istrinya itu karena pernah mendapat tamparan satu tahun ke belakang.

"Aigoo, mustahil aku harus menjahati istri-mu itu." Jae Woon selalu saja hampir kelepasan dengan menyebut In Hyun dengan istriku atau wanita yang dicintainya.

"Baguslah. Sekarang kita sudah tahu siapa saja yang menyimpan dendam pada In Hyun dan kita tinggal mencari kelemahan atau bukti untuk menghancurkan mereka," ucap Jeong Soon merasa jalan yang gelap perlahan mulai terang dan teka-teki yang tersembunyi akan segera terpecahkan.

Jeong Soon menatap Jae Woon yang tampak memikirkan sesuatu. "Coba kau jelaskan. Dari mana kau yakin kalau dia juga ikut andil ingin menghancurkan In Hyun?"

Jae Woon mengembuskan napasnya. "Sebenarnya aku baru tahu beberapa hari sebelum aku kecelakaan di sungai. Aku melihat Lin Chia bersama pria itu duduk di Cafe di Busan dan tampak sangat akrab sekali. Setelah aku menyelidiki semuanya. Ternyata mereka masih memiliki hubungan darah (Saudara)."

"Apa kau tahu siapa namanya?" tanya Jeong Soon karena dari tadi, Jae Woon tak menyebutkan nama satu pria yang masih misterius itu.

Jae Woon menggelengkan kepalanya. "Nama aslinya aku tahu. Tetapi ternyata dia menggunakan nama palsu di Kota ini. Tapi, jika aku bertemu kembali dengannya. Aku pasti masih mengenalinya."

"Baguslah kalau begitu. Aku akan segera menyelidiki dulu satu pria yang kau sebutkan tadi dan mencari cara untuk menghancurkannya." Jeong Soon menatap tajam ke depan lalu menyeringai mengerikan. Satu pria yang pura-pura baik itu telah diketahui olehnya dan tak lama lagi dia pasti akan hancur. Pria itu adalah Kang Soo-jin.

Ternyata benar apa yang diceritakan oleh Jae Woon. Ternyata selama ini, Soo-jin tidak pernah mencintai In Hyun. Cinta matinya hanya untuk Lin Chia. Dia kini sedang merayu-rayu pada Lin Chia di lorong gedung yang sepi.

"Ayolah sayang. Jangan marah lagi, bukankah aku sudah melakukan apa yang kau mau. Kalau bukan demi anak kita dan permintaanmu, sudah pasti aku tak mau dekat-dekat dengan wanita lain." Rayu Soo-jin.

Soo-jin akan diterima lamarannya oleh Lin Chia dengan satu syarat. Yaitu menghancurkan In Hyun serta membuatnya menderita dan membuatnya malu di depan semua orang. Jadi, ketika In Hyun diadang oleh para preman yang ternyata adalah suruhannya juga malam itu. Soo-jin pura-pura menolongnya dan menyuruh preman itu melukai tangannya agar In Hyun tersentuh hatinya.

Maka dari itu. Setiap hari, Soo-jin terus saja mengejar In Hyun dan langsung menyatakan perasaannya di saat tahu kalau In Hyun mulai menaruh perasaan padanya. Pada hari yang sama pula, mereka mempermalukan In Hyun di depan gerbang Kampus.

Semua itu sudah direncanakan dan disusun dengan rapi oleh Lin Chia dan Soo-jin. Dan dalangnya adalah In Yurika.

Lin Chia dan Yurika adalah sahabat ketika di sekolah dasar sampai SMA. Ketika kuliah, Lin Chia pindah ke Luar Negeri dan sengaja pulang ke Korea sampai pindah universitas untuk membantu sahabat baiknya itu membalas dendam pada saudaranya sendiri. Yaitu In Hyun.

"Usaha kita yang pertama untuk mempermalukan wanita jalang (In Hyun) itu sudah berhasil. Tapi, sekarang kita harus mencari cara lain agar dia dibuang oleh suaminya yang sombong dan sok paling kaya itu." Dengus Lin Chia tak terima jika usaha yang selama ini dia susun harus berhenti di tengah jalan atau harus gagal total karena kehadiran Jeong Soon.

Soo-jin menyeringai. "Kau tenang saja sayang. Akan kupisahkan mereka dengan mudahnya dan akan kubuat wanita sialan sok kecantikan itu menderita sampai malu untuk memperlihatkan wajahnya di depan umum."

Dia lalu menceritakan apa rencana selanjutnya pada Lin Chia yang langsung diangguki oleh tunangannya itu.

Mereka tak menyadari kalau dari tadi. Jae Woon berdiri di dekat keduanya sambil tersenyum puas mendengarkan apa rencana mereka.

Jae Woon disuruh Jeong Soon untuk mengikuti Lin Chia dan bertemu dengan Soo-jin di lorong itu.

Kebetulan juga Jae Woon mendengarkan apa yang akan mereka lakukan pada In Hyun. "Jangan harap kalian akan berhasil menyakitinya," ucapnya kesal. Kalau saja dia bisa mencekik keduanya. Maka dia akan melakukan hal itu. "Ternyata menjadi hantu sangat menyenangkan. Tetapi aku rindu pada kakak, adik dan juga Appa."

Jae Woon sudah tahu kalau neneknya sudah meninggal dan dia juga tak menyalahkan siapa-siapa. Dia juga tak tahu sampai kapan dia akan menjadi roh, seandainya semua masalah dan teka-teki misteri sudah terpecahkan. Akankah dia kembali ke tubuhnya? Atau dia akan menjadi roh yang sempurna yang akan dimasukkan ke surga?

Melihat Lin Chia dan Soo-jin pergi dari sana. Jae Woon kembali pada Jeong Soon untuk memberitahukan apa rencana jahat mereka pada In Hyun.

Di kelas fakultas kedokteran.

Sang-ji sudah selesai mengajar. Mendadak salah seorang mahasiswi berdiri langsung mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"Sajangnim. Saengil Chukaehamnida. Kami semua mengucapkan selamat ulang tahun pada Anda."

In Hyun dan Sun Hi yang tidak tahu kalau itu adalah hari ulang tahun Profesor Cho hanya melongo.

Cho Sang-ji hanya nyengir sambil garuk-garuk kepalanya tak gatal. "Gomawoyo, untuk kalian semua. Saya juga hampir lupa kalau ini adalah ulang tahun saya."

Seorang mahasiswa berdiri lalu membungkuk. "Sajangnim, Mianhae. Kami juga belum membawa kado untuk Anda. Apakah malam ini Anda akan merayakan ulang tahun Anda?"

Sang-ji lagi-lagi terlihat bingung. "Sebenarnya saya ada urusan penting malam ini. Tetapi, karena saya hanya dosen sementara di sini dan tak tahu kapan akan bisa merayakan ulang tahun saya bersama kalian lagi. Maka saya akan merayakannya di sebuah Cafe dan semua mahasiswa/i di kelas ini saya undang ke acara sederhana saya nanti malam."

"Aahh, sajangnim. Apakah kita bisa membawa pacar atau sahabat kita ke acara Anda?" tanya mahasiswi yang tadi mengucapkan selamat padanya.

"Baiklah, kalian bebas membawa pasangan atau sahabat kalian agar acaranya nanti semakin ramai." Jawab Sang-ji setuju.

"Yeeaahh. Akhirnya kelas kita akan merayakan party juga." Seru para mahasiswa/i di dalam kelas itu.

"Baiklah, selamat belajar untuk mata pelajaran selanjutnya. Selamat istirahat dan saya akan bagikan alamat Cafe ke pesan group kelas kita nanti." Kata Sang-ji sambil membereskan buku-bukunya di atas meja.

Sun Hi dan In Hyun mengadangnya di dekat pintu. "Chukaihamnida sajangnim. Maaf kami tidak tahu kalau hari ini adalah ulang tahun Anda. Jadi, sekali lagi saya minta maaf." Ucap keduanya.

"Haha, kenapa kalian meminta maaf. Selama ini tak da yang tahu hari ulang tahunku. Dan aku jarang sekali merayakannya, jadi tak usah minta maaf." Kata Sang-ji tetap ramah pada mereka.

"Kami hanya tidak enak saja, sajangnim." Kata In Hyun memang merasa tak enak. "Kalau begitu. Aku akan memaafkan kalian jika kalian berdua menghadiri pesta nanti. Dan kalian tenang saja, kalian bisa membawa pasangan masing-masing ke sana,"

"Benarkah seperti itu?" tanya In Hyun semringah. Dia bisa membawa Jeong Soon suaminya ke acara dosennya itu.

Sang-Ji menganggukkan kepalanya. "Kalau mau juga, kalian bisa bawa teman-teman kalian sebanyak mungkin."

In Hyun hanya tersenyum begitu juga Sun Hi.

Sang-ji melihat jam tangannya. "Kalau begitu, aku pergi dulu dan sampai jumpa lagi nanti."

In Hyun dan Sun Hi membungkuk sedikit lalu melambaikan tangannya. Setelah dosen mereka jauh. Keduanya saling menatap lalu berteriak. "Malam ini kita pesta!"

"Dan jangan lupa bawa Euna." Kata In Hyun girang.

"Tentu saja." Kata Sun Hi tak kalah semringahnya.

Keduanya lalu berjalan meninggalkan kelas menuju ke kantin.

                 ※♚♥♡🎎♡♥♚※

**°°_____TBC_____°°**






Kemarin mau up kehambat masalah di tutup'y watty.. Jdi kata'y masih bisa Up.. Typo masih bertebaran.. 😊

Enjoy..

Up* 11~08~2019

By* Rhanesya_grapes 🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top