SoL ~40~ He is Back.
~*°_____SoL_____°*~
"Jae Woon?" Jeong Soon menyebut roh itu adalah Jae Woon dan memang dia adalah Kim Jae Jung Woon.
Roh itu juga menatap tak suka pada Jeong Soon. "Siapa kau? Beraninya kau memasuki tubuhku?" ucapannya itu hanya Jeong Soon yang bisa mendengar dan hanya dia pula yang bisa melihatnya.
Jeong Soon tidak panik atau takut. Tetapi seperti biasa dengan datarnya dia bertanya. "Ke mana saja kau? Kenapa baru pulang ke sini setelah selama ini?"
Jae Woon terlihat menunduk. "Aku terjebak di sebuah pusaran air dan tak bisa bernapas. Untung saja ada seorang kakek yang menyelamatkanku. Tetapi aku malah dikurung di kamar hotel tempat Ibuku meninggal. Sehingga tadi kau datang dan membuka lagi kamar itu. Akhirnya entah kenapa sang kakek yang mengurungku melepaskanku begitu saja."
"Jadi kau yang dari tadi membuntutiku? Kenapa kau tidak langsung menampakkan diri ke hadapanku?" lagi-lagi Jeong Soon bertanya dengan anehnya.
"Yah. Kau sungguh tak tahu bagaimana tersiksanya aku saat tahu aku sudah mati. Ke neraka atau ke surga kah tempatku. Tetapi, kakek tua bangka itu malah mengatakan kalau aku belum mati. Jadi, belum bisa memasukkanku ke neraka atau ke surga,"
Jeong Soon mengernyitkan keningnya mendengar cerita Jae Woon. Jadi selama ini pemuda itu memang belum mati dan ternyata dia hanya meminjam raganya saja untuk bertemu kembali dengan istrinya. Apakah setelah tugasnya selesai, dia akan pergi juga seperti istrinya yang kembali ke zamannya? Atau dia yang memang sudah mati?
"Kau tahu. Saat melihat kedatanganmu ke kamar hotel. Saat itu ingin rasanya aku mencekikmu karena telah berani-beraninya kau merampas tubuhku. Tetapi, saat melihat serta mendengar pembicaraanmu dengan Sin Wan di restoran. Aku mengerti kenapa kau datang ke sana dan ternyata kau sangat pintar sehingga menemukan sebuah benda sebagai barang bukti mengungkapkan misteri kematian Ibuku."
Jeong Soon merasa di taman itu udaranya semakin dingin. "Apa kau tak mau masuk kembali ke rumahmu?" dia hanya menghela napasnya mendengar hantu yang satu itu benar-benar cerewet.
"Tentu saja aku mau."
"Kalau begitu. Masuklah dan ceritakan semua tentang hidupmu serta tentang kematian Ibumu. Aku pasti akan membantumu sampai semuanya terungkap."
"Cincayo? Aihh. Kenapa aku baru bertemu dengan pria sehebat dirimu. Meski kau sudah merampas tubuhku …," kalimat Jae Woon terhenti kala melihat tatapan tajam dari Jeong Soon tentang merampas tubuhnya.
"Baiklah, maksudku meminjam tubuhku untuk memecahkan kasus Ibuku. Aku pasti dengan senang hati meminjamkannya padamu."
"Ikutlah." Ajak Jeong Soon sembari melangkah meninggalkannya di taman.
Jae Woon saat ini hanya sebagai roh dan sudah pasti dia akan begitu cepat sampai ke depan pintu. Sementara Jeong Soon masih berjalan di tengah taman. Ketika sampai depan pintu,
Jae Woon kembali bertanya. "Apa kau menyukai rumahku? Apakah dulu istanamu sebesar ini atau hanya sebatas istana tua yang saat ini menjadi bangunan sejarah di pusat kota?"
Jeong Soon berhenti berjalan. Sangat aneh mendengar kalau Jae Woon mengetahui siapa dia sebenarnya. "Dari mana kau tahu bahwa aku seorang Kaisar?"
Jae Woon tersenyum penuh misteri. "Tentu saja dari si kakek tua bangka itu." Jawabnya sembari melihat kanan-kiri tampak takut kalau omongannya itu diketahui oleh kakek tua yang berulang kali dia sebutkan dari tadi.
Kakek tua? Siapakah beliau? Batin Jeong Soon heran. Apakah kakek tua itu yang telah membawanya ke zaman tersebut dan menahan roh Jae Woon yang belum mati itu? "Kalau boleh aku tahu. Bagaimana ciri-ciri kakek itu dan kemana beliau saat ini? Apakah dia seorang manusia atau-"
"Dia juga arwah gentayangan seperti aku. Nanti kalau dia muncul akan aku bawa kehadapanmu biar kau tahu siapa kakek tua bangka itu." Jae Woon masih terlihat kesal pada kakek yang saat ini masih dalam bayangan Jeong Soon.
Jeong Soon yakin kalau kakek tersebut bukan arwah sembarangan. Buktinya beliau bisa mengurung roh Jae Woon dan memanggilnya ke zaman itu. Hal itu membuatnya ingin sekali bertemu dengannya dan berharap kalau kakek itu orang yang dikenalnya ketika di Joseon.
"Kenapa kau tak masuk?" tanya Jeong Soon heran melihat Jae Woon masih berdiri di depan pintu.
"Kau harus mengundangku masuk. Karena tanpa izin Tuan rumah. Aku tak bisa masuk ke dalam."
"Bukankah ini rumahmu dan kau adalah Tuan rumahnya?"
"Aigoo. Coba lihat siapa yang telah bicara ini. Kau telah merebut semua milikku, jadi aku adalah arwah yang tak bisa masuk jika tak dipersilakan masuk."
"Kalau begitu, jangan masuk." Canda Jeong Soon sembari melangkah masuk duluan.
"Yah, kau ternyata bukan pria baik-baik. Kau penjahat!" teriak Jae Woon hendak masuk tetapi terpental lagi karena belum ada izin masuk ke dalam rumahnya sendiri.
Jeong Soon berhenti berjalan lalu menoleh lagi ke belakang. "Masuklah, selamat datang ke rumahmu sendiri."
Jae Woon mengerjap tak percaya. Dia dipersilakan masuk juga oleh pria itu. "Aku pulang!" ucapnya sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan kali ini dia bisa masuk ke sana dan kembali melayang.
Jae Woon melayang di samping Jeong Soon yang mulai berjalan lagi menuju tangga. "Kau tak merubah rumahku kan. Bagaimana keadaan adik dan juga kakakku?"
"Mereka baik-baik saja, kau jangan khawatir." Jawab Jeong Soon mulai merasa jengah dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh pemuda itu.
"Boleh aku bertanya. Apakah wanita yang tadi makan siang denganmu dan kau bawa ke rumah ini adalah pacarmu?" tanya Jae Woon sebelum Jeong Soon menjawab memperbolehkannya bertanya. Dia sudah bertanya duluan.
"Istriku,"
"Mwo? Is-istri? Aigoo, kau pasti bercanda kan." Kata Jae Woon tertawa geli.
"Aku serius, kami sudah menikah minggu yang lalu."
Jae Woon berhenti melayang. Menikah? Jadi tubuhnya itu telah menikah dengan gadis yang hampir dia lupakan itu karena hanya sekilas melihatnya ketika masuk ke dalam mobil. Selama ini dia terkurung di kamar hotel, jadi dia belum mengetahui semua kejadiannya.
Dan juga, ketika melihat Jeong Soon menggendong In Hyun. Jae Woon hanya menatapnya dari kejauhan sementara In Hyun menyembunyikan wajahnya di dada Jeong Soon.
Jeong Soon masih berjalan menapaki tangga menuju kamarnya sambil memikirkan sesuatu. Kejadian itu mengingatkannya kembali ke zaman Joseon. Pria misterius sang pria bertopeng yang sangat kuat adalah dirinya sendiri. Kini di zaman itu pula dia mempunyai kembaran, tetapi kali ini malah kembalikannya. Jae Woon arwah yang lemah dan pastinya cerewet serta menyebalkan.
Jae Woon melihat Jeong Soon berjalan menaiki tangga. Dia kembali menyusulnya. "Yah, apa kau serius telah menikahinya?"
Jeong Soon hanya mengangguk.
"Kenapa kau menikahinya?"
"Karena aku mencintainya." Jawab Jeong Soon tak mau panjang lebar.
"Benar juga apa katanya. Jika tanpa Cinta, kenapa dia menikahinya?" Gumam Jae Woon pelan seolah takut ada yang mendengarnya tapi Jeong Soon memang bisa mendengarnya. Kini dia melayang di depan Jeong Soon. "Apakah kau sudah menyentuhnya?"
"Tentu saja, kenapa aku menikahinya kalau hanya sebagai hiasan saja." Jawab Jeong Soon ingin tahu ekspresi Jae Woon.
Benar saja. Wajah Jae Woon yang pucat berubah semakin pucat mendengarnya. "Kenapa kau menyentuhnya? Itu adalah tubuhku. Kau telah mengotori tubuhku in-"
"Apa selama ini kau tak pernah menyentuh wanita atau jatuh Cinta?" pertanyaan Jeong Soon membuat Jae Woon lupa akan amarahnya barusan.
Kedua pipi Jae Woon malah langsung memerah.
Jeong Soon tersenyum geli. Ternyata hantu juga bisa merona dan dia baru mengetahuinya.
Jae Woon tampak berpikir lalu menjawab. "Aku tak pernah menyentuh atau disentuh wanita manapun. Tapi, selama ini hanya ada satu wanita yang ingin aku miliki dan mungkin aku telah jatuh Cinta kepadanya."
Jeong Soon tersenyum miring. "Apa wanita itu tahu bahwa kau mencintainya?"
Kini mereka sampai di tangga terakhir kemudian kembali berjalan di koridor mansion menuju kamar Jeong Soon.
Jae Woon kembali berpikir. "Entahlah. Terakhir kali yang kuingat adalah dia telah menyelamatkanku ketika aku hampir tertabrak dan juga aku bertemu dengannya kembali waktu di Kampus. Waktu itu dia sempat menampar pipiku."
"Haha!" Jeong Soon tak kuat menahan tawanya mendengar cerita Jae Woon.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Jae Woon aneh dan semakin sebal dengan Jeong Soon.
"Kau mencintainya, lalu kenapa kau ditampar olehnya. Apakah kau sudah berbuat tak senonoh padanya?" goda Jeong Soon.
"Yah. Jangan bicara sembarangan terhadap Tuan muda Kim ini. Aku tak berbuat sekeji itu. Aku hanya- Bukkkkhh, awwhhh!" Jae Woon terpental kembali ke belakang ketika hendak masuk ke dalam kamarnya.
Jeong Soon tersenyum. Ternyata tanpa izinnya, Jae Woon tak bisa masuk ke dalam kamarnya itu. Baguslah, dengan begitu dia takkan mengganggunya atau mengganggu In Hyun. "Kau boleh masuk ke dalam kamar mana pun atau ruang mana pun kecuali kamar untuk wanita dan juga satu kamarku ini."
"Kenapa? Bukankah ini juga kamarku?!" protes Jae Woon tak terima
Jeong Soon memegang knop pintu lalu menoleh menatap Jae Woon. "Di dalam kamar ini ada istriku. Apakah kau ingin melihat apa yang kami lakukan di dalam sana?"
Lagi-lagi kedua pipi Jae Woon terlihat merah. "Baiklah, aku akan membiarkanmu memiliki kamarku ini, dan setelah aku kembali ke dalam tubuhku. Maka aku akan …," kalimatnya terhenti kala melihat Jeong Soon membuka pintu dan langsung masuk ke dalam kamar.
"Kau memang ber*ngs*k!" gerutu Jae Woon. Tapi dia kini senang karena bisa kembali pulang. Meski hanya sebagai roh saja. Dia melayang kesana-kemari di dalam mansion melepaskan kerinduannya itu.
Di dalam kamar.
Jeong Soon masih belum bisa percaya kalau roh pemuda itu sudah kembali. Apakah waktunya hanya tinggal sebentar? Seandainya dia memang harus pergi. Dia pasti akan pergi dan dia juga sudah pasrah. Kebahagiaannya telah sempurna karena dipertemukan kembali dengan istrinya dan bisa kembali menikahinya.
Jika nanti Jae Woon kembali ke tubuhnya itu. Dia yakin pasti In Hyun akan diceraikannya karena mengira kalau Jae Woon tidak mencintai In Hyun.
Jeong Soon berjalan ke arah ranjang lalu baringan di samping In Hyun. Memeluknya dari belakang kemudian tertidur lelap tanpa takut akan diganggu oleh roh Jae Woon.
_____🍁🎎🍁_____
Pagi-pagi semua sudah bangun seperti biasa. Jeong Soon sedang di kamar mandi sementara In Hyun baru selesai berpakaian. Dia berniat akan ke laboratorium serta kembali kuliah. Ia sudah tertinggal banyaknya mata pelajaran. Tetapi Sun Hi benar-benar sahabat terbaiknya, dia mengirimkan semua pelajaran yang disalinnya sengaja untuk In Hyun.
Jae Woon melayang di depan pintu kamar Jeong Soon. Pagi itu dia menemui paman Hoong, tetapi tak ada yang bisa melihatnya. Hanya Jeong Soon sendiri yang bisa melihatnya. Jadi dia kini melayang kesana-kemari di depan pintu kamar menunggu Jeong Soon keluar.
"Suamiku. Aku akan membuat dulu sarapan. Kalau kau sudah selesai, segera turunlah." Kata In Hyun di depan kamar mandi.
"Ya, aku akan segera selesai." Jawab Jeong Soon mulai mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
In Hyun tersenyum lalu meraih tasnya yang ada di atas sofa kemudian melangkah keluar.
Jae Woon melihat pintu terbuka. "Yah, aku …?" dia mengira Jeong Soon yang keluar, ternyata yang keluar adalah seorang wanita. Ketika melihat wajahnya dengan jelas. Kedua mata Jae Woon terbelalak. "Gadis itu, bukankah dia …? Mu-mustahil."
In Hyun yang tak melihatnya melenggang menuruni tangga menuju ke dapur.
Tak berapa lama. Jeong Soon yang sudah selesai berpakaian untuk pergi ke Kampus juga tampak keluar dari kamar itu.
Baru saat itu Jae Woon mengadangnya. "Yah.. yah, apakah itu istrimu?"
"Kau sudah melihatnya. Baguslah, ya dia istriku." Jawab Jeong Soon berjalan menembusnya. Meski dihalangi juga, toh Jae Woon hanyalah sebuah roh tanpa jasad yang begitu mudah dilewatinya.
Jae Woon ingin sekali berteriak kalau Jeong Soon telah merebut lagi haknya. Gadis itu adalah gadis yang disukainya sejak pertama kali bertemu di cafe.
°°Flashback°°
Kembali ke KOJ (King Of Joseon).
Pertama kali Jae Woon bertemu dengan In Hyun adalah di halte bus ketika dia kabur dari rumah dan menunggu bus berniat pergi ke rumah Hwan Ki.
Saat itu In Hyun yang hendak bertemu dengan Nam Suuk di taman pusat kota tak menyadari kalau dia sedang diperhatikan olehnya, berdiri terhalang beberapa orang yang sedang menunggu bus juga.
Tak lama bus pun datang. In Hyun naik duluan. Tanpa sadar Jae Woon pun naik mobil bus itu terus saja mengikuti In Hyun.
Di dalam bus. Jae Woon duduk di belakang In Hyun yang sedang asyik mendengarkan lagu di ponselnya.
Sampai In Hyun turun. Jae Woon masih saja mengikutinya. Sehingga melihat In Hyun bertemu dengan Nam Suuk di taman serta memeluknya mesra. Saat itu dia langsung kecewa karena gadis tersebut sudah mempunyai pacar.
Meski begitu. Jae Woon ternyata tak bisa melupakan In Hyun. Kebetulan dia melihat In Hyun lagi ketika di cafe bersama dengan pria yang waktu itu di taman. Ia mengerutu sangat kesal pada pria itu sampai berkata 'menggelikan' yang arti baginya adalah 'menyebalkan'.
Datang para bodyguard suruhan Tuan Kim untuk menjemputnya di sana. Dari saat Jae Woon berontak menendang kursi dan meja, kedua matanya tak lepas dari memandang In Hyun yang selalu saja tersenyum sangat manis pada Nam Suuk.
Ketika di mobil. Jae Woon berhasil mengambil pistol salah satu bodyguard lalu menodongkannya dengan ancaman dia tak segan-segan untuk menembaknya. Akhirnya dia bisa turun dari mobil dan kembali lolos.
Tak sengaja di trotoar. Untuk kesekian kalinya dia bertemu kembali dengan In Hyun dan bahkan saat itu menabraknya dengan keras sehingga ia dan In Hyun terjengkang ke atas jalan. Sebenarnya waktu itu Jae Woon ingin menolongnya. Tapi karena takut tersusul oleh para bodyguardnya. Akhirnya dia terpaksa pergi meninggalkan In Hyun yang ditolong Nam Suuk sambil meneriakinya.
Beberapa hari Jae Woon tak melihat In Hyun di halte. Dengan bodohnya dia menunggu gadis itu di sana tanpa menghiraukan para bodyguard yang mengawalnya dari kejauhan dan terus saja mengikutinya.
Merasa putus asa karena tak bertemu dengan In Hyun. Dia berjalan menelusuri trotoar jalan yang biasa In Hyun lewati. Entah kebetulan apa lagi yang mempertemukan mereka kembali.
Kali ini In Hyun yang berlari ke arahnya dan tak sengaja menabrak Jae Woon sampai hampir terjengkang seperti waktu itu. Tapi Jae Woon takkan membiarkan In Hyun terjatuh lagi. Dia dengan sigapnya menggenggam lalu menarik tangan In Hyun sampai menubruknya kemudian keduanya jatuh ke atas trotoar dengan Jae Woon yang berada di bawah menahan tubuh In Hyun.
Lagi dan lagi hati Jae Woon bagai diiris pedang melihat air mata In Hyun bercucuran membasahi jaket putihnya. Bukan hanya itu, tangan In Hyun pun berdarah dan itu disadarinya saat In Hyun sudah bangkit dan kembali berlari meninggalkannya.
Ingin rasanya dia mengejar In Hyun untuk menghapus air matanya. Tetapi, melihat para bodyguard yang selalu membuntutinya. Terpaksa dia urungkan niatnya itu.
Sesampainya di mansion. Jaket putih di mana ada bekas darah In Hyun dipajang oleh Jae Woon di ruang pribadinya sampai dibingkai seperti lukisan.
Suatu hari.
Jae Woon dipaksa Tuan Kim pergi ke undangan pernikahan anak dari salah satu pengusaha yang bergabung dengan salah satu perusahaan Ayahnya itu. Yaitu In Yurika. Dia sebenarnya sangat malas dan terpaksa datang ke pernikahan itu.
Namun, ketika dia masuk. In Hyun menabraknya di pintu membuat Jae Woon senang melihatnya. Tetapi, hatinya tiba-tiba hancur kembali melihat In Hyun berlari sembari menangis. Dan lagi-lagi dia tak bisa mengejarnya.
Dia senang sekaligus geram pada Nam Suuk karena sudah menyakiti In Hyun. Tetapi hatinya berbunga-bunga saat mengetahui kalau keduanya sudah tidak punya hubungan.
Dari hari itu. Jae Woon diam-diam mengikuti In Hyun dari Kampus, ke perpustakaan, kemanapun dia pergi. Pasti Jae Woon ikuti layaknya seorang stalker.
Beberapa hari setelah pernikahan Nam Suuk. In Hyun masih terlihat sedih membuat Jae Woon terus merasa sakit hatinya. Kala melihat In Hyun duduk sendiri di bangku taman dan menangis.
Jae Woon pura-pura tak mengenalinya, berjalan melewati In Hyun sembari melemparkan sapu tangan miliknya ke atas pangkuan In Hyun. Dia menoleh sekilas sembari tersenyum karena In Hyun mau mengelap air matanya dengan sapu tangannya itu.
Ketika In Hyun menoleh menatapnya. Jae Woon memalingkan wajahnya kembali, dari itu In Hyun tak tahu pemilik sapu tangan harum parfum khas milik Jae Woon.
Di hari itu juga saat hujan turun deras. Jae Woon berdiri di seberang halte di mana In Hyun menunggu hujan reda. Dia pura-pura tak melihat In Hyun dan tampak asyik mendengarkan musik di ponselnya.
Jae Woon aneh melihat In Hyun tampak ketakutan melihatnya dan hendak pergi dari halte. Akhirnya Jae Woon memutuskan untuk mendekatinya dan akan mengantarkannya pulang. Dia sampai menerobos hujan dan melintas jalan tak melihat kanan dan kiri.
Namun, kejadian tragis terjadi. In Hyun berlari ke arahnya karena hendak menyelamatkannya dan malah dia yang tertabrak. (In Hyun terlempar ke zaman Joseon).
Jae Woon ingin mengantarkannya ke rumah sakit. Tetapi para bodyguard menariknya dan membawanya pulang. Maka dari itu dia menyuruh Sin Wan untuk melihat keadaannya.
Saat In Hyun koma. Jae Woon setiap hari menyuruh Sin Wan pergi ke rumah sakit dengan memasang camera di jas Sin Wan agar Ayahnya tak mengetahui kalau dia sudah mencintai In Hyun. Seandainya Tuan Kim waktu itu tahu kalau Jae Woon menyukai seorang gadis di usianya yang masih muda itu.
Tuan Kim pasti akan menyingkirkan In Hyun dari kehidupannya dengan berbagai cara. Dari sebab itulah, Jae Woon pura-pura dingin dan sadis pada In Hyun.
Kejadian demi kejadian yang menimpa In Hyun saat tersadar dari komanya. Jae Woon pasti mengetahuinya. Bahkan siapa yang telah membakar rumah In Hyun dia juga tahu dan dia hendak menghancurkan mereka.
Tapi. Saat meminta bantuan Tuan Kim. Ayahnya itu berkata, jika ingin menghancurkan perusahaan orang lain. Maka Jae Woon harus mau mengurusi perusahaannya.
Jae Woon dan Tuan Kim bertengkar hebat dan akhirnya Jae Woon minggat dari rumah dan tinggal di Busan bersama neneknya.
Setahun kemudian. Karena mendengar kabar In Hyun dan kakak serta Ibunya baik-baik saja. Dia tak lagi memperhatikan kehidupan In Hyun, masih takut jika Ayahnya mengusik kehidupan gadis yang dicintainya itu.
Lagi-lagi Tuan Kim mengatur hidup Jae Woon dengan memasukkannya ke Kampus di Seoul dengan jurusan bisnis.
Saat itu Jae Woon sangat marah karena dia sudah Kuliah di Busan. Namun, saat kembali bertemu dengan In Hyun. Hatinya kembali menghangat dan berdebar tak keruan.
Jae Woon tahu kalau In Hyun yang berada di ruang Rektor. Ketika dia hendak menyapanya. Sudut matanya melihat beberapa orang mengikuti terus In Hyun dengan sesekali mengameranya dengan handycam atau ponsel. Ia yakin mungkin itu suruhan seseorang atau juga Ayahnya.
Maka dari itu. Jae Woon sengaja menggebrak Pak Rektor dan memarahi In Hyun sehingga dia mendapat tamparan darinya. Padahal waktu itu hatinya sakit, hanya karena tak mau jika Tuan Kim sang Ayahnya mengganggu hidup In Hyun. Akhirnya dia sengaja membuat In Hyun kesal dan di video oleh orang tersebut.
Sampai saat dimana dia terjatuh di sungai dan digantikan oleh Jeong Soon. Dia belum bertemu kembali dengan In Hyun karena rohnya dari sungai dibawa langsung oleh sang kakek ke kamar hotel.
°°Flashback off°°
Jae Woon masih mengingat semua kejadian itu. Teryata selama ini dia memang sudah menyimpan perasaan pada In Hyun.
Dia melihat kalau Jeong Soon sudah hilang dari pandangannya. Ia pun bergegas melayang mengejar Jeong Soon ke bawah. "Yah, kau jelaskan semuanya. Bagaimana bisa kau menikahi gadis itu?"
※♚♥♡🎎♡♥♚※
**°°_____TBC_____°°**
Nah loh.. Sudah tau kan bahwa Jae Woon tidak jahat malah dia duluan yang suka pada In Hyun 😁
Yang mengira kalau cerita ini akan segera tamat.. Selamat.. Anda benar sekali..
Tapi insya Allah masih 10 chap lg di usahakan.. Soal'y semua kasus dan peran antagonisnya belum kena hukuman.. 😂 siapa tau lebih jhehe
Gomawo.. 😊🙏
Up* 29~07~2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top