SoL ~39~ Key the Secret.
~*°_____SOL_____°*~
"Hmmm …?"
Jeong Soon meraih sebuah cincin dengan sebuah kartu memory card handphone. Karena letak cincin dan memory itu tergeletak di bawah ranjang dan tersudut dekat papan ranjang.
Akhirnya ketika pemeriksaan polisi tak menemukan bukti apa pun dan waktu itu Nyonya Kim dinyatakan asli bunuh diri karena mengalami stres dan sedikit ganguan kejiwaan. Jadi penyelidikan pun dihentikan malam itu juga.
Jeong Soon masih saja membolak-balik kartu dan juga cincin tersebut. Ternyata feeling tentang akan menemukan sesuatu di sana terbukti benar. Dia juga yakin kalau kedua benda itu akan mengantarkannya ke sebuah rahasia yang selama ini tersembunyi.
Jeong Soon langsung menelepon Sin Wan untuk datang ke restoran biasa tempat mereka bertemu.
Sin Wan yang sedang sibuk di Kantor Jeong Soon langsung menutup semua map dan komputernya lalu pergi ke restoran.
Jeong Soon menutup gorden kamar, mematikan lampu lalu bergegas keluar dari sana membawa dua benda tersebut di dalam saku jasnya.
Sesampainya di lantai resepsionis. Sang Manager kembali menyambut Jeong Soon. "Tuan muda. Apakah Anda sudah selesai? Atau ada yang lain yang bisa saya bantu?"
Jeong Soon menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Terima kasih karena sudah membukakan pintu. Jadi, sekarang kunci saja lagi kamar itu. Kalau bisa, bersihkan saja kamar itu dulu sampai bersih-"
"Tapi Tuan, maaf menyela. Tuan besar Kim melarang untuk-"
"Saya tahu, tapi sekarang bersihkan saja. Appa sedang koma di rumah sakit dan saya harap, ketika saya kembali ke sini. Kamar sudah bersih." Ujar Jeong Soon langsung pergi dari sana.
Sang Manager menganggukkan kepalanya. Dia menatap punggung Jeong Soon dengan tajamnya sambil mengusap keringat yang dari tadi belum berhenti mengucur. Padahal suhu di sana lumayan dingin oleh AC. Dia memanggil beberapa cleaning service di sana lalu naik menuju ke kamar Nyonya Kim untuk membersihkannya sesuai permintaan Jeong Soon.
Di dalam mobil. Jeong Soon tampak melamun memikirkan sesuatu. Hatinya sudah tak enak dari tadi, sekelebat bayangan kini melintas di benaknya. Ingatan Jae Woon tentang Ibu dan kejadian ketika Nyonya Kim meninggal sangat jelas kali itu.
"Tuan Muda?" sang sopir tampak bingung melihat Jeong Soon yang diam terus dari tadi.
"Tuan Muda …,"
"Akh, ya. Ada apa?" tanya Jeong Soon bingung.
Sang sopir tersenyum bingung juga. "Maaf Tuan Muda. Kita sudah sampai." Jawabnya menoleh ke luar jendela mobil. Rupanya mereka memang sudah sampai ke depan gedung restoran.
"Baiklah, kau boleh pergi parkir dan kalau aku sudah selesai, aku akan meneleponmu kembali." Ucap Jeong Soon segera turun dari mobil.
"Baik Tuan Muda."
Jeong Soon turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam restoran itu. Semua pelayan di sana seperti biasa menyambutnya dan dia mulai menaiki tangga menuju ke lantai dua. Ruang pribadi di sana.
Dia masuk ke dalam ruangan pribadi restoran tersebut. Tersenyum kala melihat Sin Wan sudah ada di sana. Berjalan mendekatinya lalu duduk tepat di kursi samping Sin Wan.
"Ada apa?" Sin Wan langsung bertanya.
Jeong Soon mengeluarkan memory card dan juga cincin lalu disimpan di atas meja kemudian disodorkan ke depan Sin Wan.
"Cincin pernikahan?" Sin Wan langsung meraih lalu membolak-baliknya. Sebuah cincin pernikahan milik seorang pria. "Dari mana kau mendapatkannya."
"Dari kamar hotel pribadi Eomma." Jawab Jeong Soon menjelaskan semuanya.
Sin Wan mengambil memory card. "Ini juga?"
"Ya." Jawab Jeong Soon singkat.
Sin Wan merasa kalau memory itu mungkin terlempar dan masuk ke bawah ranjang saat ponsel Nyonya Kim hancur berantakan di lantai di hari kematiannya. Tapi, cincin pernikahan siapa yang ada di tangannya itu?
"Coba kau periksa, ada apa di dalam memory card itu." Kata Jeong Soon memecah keheningan di sana. Berharap ada sebuah bukti atau video pemecah teka-teki misteri atas kematian Nyonya Kim.
"Baiklah, mudah-mudahan kita bisa menemukan bukti baru dari memory ini." Harap Sin Wan juga.
"Bagaimana dengan penyelidikan kita tentang keluarga In dan juga keluarga Nam Suuk?"
"Aku rasa cara baru yang kita tempuh saat ini, mungkin akan segera menghancurkan mereka secepatnya." Jawab Sin Wan sembari memasukkan memory ke dalam dompetnya. Sementara cincinnya dia kembalikan kepada Jeong Soon.
Dia sengaja tak langsung mencoba memory itu ke dalam ponselnya karena takut akan merusak apa yang ada di dalamnya jika sembarangan memakai ponsel dan memory card itu sudah bertahun-tahun lamanya tak terpakai. Maka cara membukanya adalah dengan komputer dan dengan sang ahlinya yaitu sahabat baiknya yang selama ini selalu membantunya dalam masalah elektronik yang cangih.
"Baguslah kalau begitu. Perlahan semua harta benda serta perusahaan yang mereka punya yang didapatkan secara curang selama ini akan hancur dan lenyap dari tangan mereka." Kata Jeong Soon penuh keyakinan. Baginya, siapa pun yang telah menyakiti keluarganya. Maka harus merasakan penderitaan yang tiada akhir.
Kenapa Jeong Soon semakin antusias untuk menghancurkan keluarga In dan keluarga Nam Suuk. Karena selain mereka telah menyakiti keluarga istrinya. Kenyataan bahwa mobil Tuan Kim terdorong atau mungkin sengaja didorong dari belakang oleh sebuah mobil dari perusahaan keluarga Nam Suuk. Dan hal itu baru terungkap tadi malam oleh camera CCTV di jalan tepat mobil Tuan Kim kecelakaan. Dan sampai saat ini, sopir yang menabrak belum ditemukan karena kabur dari tempat kejadian.
Jeong Soon mengepalkan tangannya erat. Lagi-lagi dia berandai-andai. Seandainya itu adalah di zamannya. Sudah pasti semua musuhnya akan dihukum pancung atau dibunuh dengan ditebas lehernya.
Triingggg...
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Jeong Soon. Ketika melihat siapa pengirimnya, bibirnya tersenyum dan kedua mata yang penuh kebencian berubah penuh rasa Cinta.
Sin Wan tersenyum melihat ekspresi wajah Jeong Soon yang begitu cepat berubah itu. Dan dia tahu dari siapa pesan tersebut datangnya.
"Sebaiknya kita sudahi dulu pertemuan ini. Apakah kau akan pulang ke rumah untuk makan siang?" tanya Jeong Soon memasukkan cincin dan ponselnya ke saku jasnya yang ada di dalam.
Sin Wan tampak berpikir sejenak. "Sepertinya pekerjaan di Kantor tidak terlalu banyak, jadi aku akan pulang ke rumah untuk makan siang bersama dengan Ibu mertua."
"Baguslah, karena aku juga akan pergi ke sana."
"Oh ya. Tadi pagi Myun berkata kalau In Hyun akan datang ke rumah." Kata Sin Wan baru ingat perkataan istrinya.
"Ya, dia sudah pergi ke sana untuk makan siang bersama."
"Baguslah kalau begitu. Kita bisa makan siang bersama." Kata Sin Wan terlihat senang.
Tiba-tiba sudut mata Jeong Soon melihat sebuah bayangan hitam di jendela restoran itu. Ketika dia menoleh untuk memastikan bayangan hitam apa itu. Bayangan itu tidak ada lagi di sana. Ia berpikir, mungkin hanya khayalannya saja karena terlalu banyak pikiran.
Mustahil juga di sana ada siluman seperti ketika di zamannya atau iblis lembah terkutuk.
Drrtthhh...
Sin Wan bangkit dari duduknya sambil menggeser kursi ke belakang. Suara kursi digeser itu membuat Jeong Soon tersadar dari lamunannya.
"Ayo pergi." Ajak Sin Wan.
Jeong Soon mulai beranjak juga dari duduknya. Ia kembali melihat sekelebat bayangan hitam itu seolah mengikutinya dari tadi. Tetapi lagi-lagi ditepisnya karena tak melihatnya dengan jelas.
Keduanya naik mobil masing-masing menuju ke rumah Bibi Yumi.
_____🍁🎎🍁_____
In Hyun dan In Myun menyambut kedatangan suami mereka.
"Sudah pulang jam segini?" tanya In Myun heran. Tadi suaminya itu mengatakan akan makan siang di Kantor.
"Kerjaan di Kantor tidak terlalu banyak. Jadi aku akan makan siang di rumah." Jawab Sin Wan.
Jeong Soon tersenyum tipis. "Lagipula, kami akan ikut makan siang di rumah ini. Jadi, sudah pasti Sin Wan harus makan siang di rumah juga."
"Iya Eonnie. Biar terasa lengkap makan siang bersama Eomma untuk pertama kali ini." Jawab In Hyun tersenyum melihat senyuman di wajah Jeong Soon. Teringat lagi waktu pertama kali bertemu di istana Goguryeo. Jangankan untuk senyum, bicara saja sangat datar dan dingin ketika bertemu dengan orang asing.
Bibi Yumi hanya tersenyum melihat kebahagiaan mereka. Meski hari itu masih dalam masa berkabung. Tetapi setidaknya bisa membuat sedikit senyum di kedua anak dan menantunya itu. "Kalau begitu, Myun, Hyun. Cepat siapkan semuanya. Tampaknya mereka berdua sudah lapar."
"Tentu saja, apalagi menghirup harumnya masakan saat ini membuat saya semakin lapar, Eomeoni." Ujar Jeong Soon mendekati Bibi Yumi lalu membantunya berjalan kemudian didudukkan di atas bantalan.
In Hyun bersama kakaknya kembali ke dapur. Keduanya sangat bahagia sekali karena bisa bersama lagi di rumah itu meski keduanya sudah berpisah tempat.
Mereka berlima makan siang penuh dengan canda dan tawa.
Jeong Soon dan In Hyun duduk saling bersebelahan. Begitu juga Sin Wan dan In Myun. Sementara Bibi Yumi duduk sendiri di depan mereka.
Meja makan pendek dengan beberapa bantalan itu terlihat sederhana tetapi besar. Sehingga mereka bisa makan bersama tanpa berdesakan.
Jeong Soon tersenyum. Dia paling suka makan seperti itu karena hal itu mengingatkannya ke zamannya.
"Apa kalian mau minum soju dengan Ibu?" tanya Bibi Yumi mengangkat cawan anggur yang baru saja diisi soju itu.
"Eomma. Kau kan masih belum sembuh. Jadi jangan minum dulu." Cegah In Hyun.
"Iya Eomma. Kau kan harus minum obat setelah ini." Sambung In Myun khawatir juga.
"Aigoo. Eomma sangat sehat. Dan bukankah selama Eomma mengalami koma. Tak pernah mencicipi lagi minuman. Jadi, biarkan untuk kali ini Eomma minum dengan kedua menantu baruku ini." Protes Bibi Yumi.
"Aishh. Tapi kan Hyun dan adik ipar tidak akan menginap Eomma." Kata In Myun lagi.
"Tidak apa. Karena saya tak menyetir sendiri. Ada sopir yang membawa mobil. Jadi, saya akan menemani Eomeoni untuk minum." Jawab Jeong Soon menuang soju ke gelas cawannya juga.
"Baiklah. Aku juga akan ikut minum." Sahut Sin Wan ikut-ikutan menuangkan soju ke dalam cawannya.
"Aishh. Kalian ini. Minum soju siang begini?" gerutu In Myun.
"Tidak ada yang melarang jam berapa minum soju. Lagipula, kalau mabuk. Aku akan langsung tidur tanpa harus menyetir mobil lagi." Sin Wan menjawab gerutuan istrinya itu dengan candaannya.
"Bersulang!" seru Bibi Yumi, Sin Wan dan juga Jeong Soon langsung meneguk soju masing-masing.
"Akhh, enaknya." Ucap Bibi Yumi setelah sekian lama tak meminum soju.
"Eomma. Jangan terlalu banyak." Kata In Hyun sambil menggelengkan kepalanya.
"Sayang. Biarkan Eomeoni minum dengan puasnya. Setidaknya itu akan membuatnya sedikit bahagia." Kata Jeong Soon masih kaku memanggil sayang.
"Bukan begitu, maksudku-"
"Coba kau lihat, Hyun, Myun. Mereka yang hanya menantu saja sangat pengertian. Kenapa kalian sebagai kedua anak perempuan Eomma tak berperasaan." Protes Bibi Yumi mencandai kedua anaknya itu.
"Aigoo. Coba lihat siapa yang bicara Hyun. Sekarang kita sudah tak dimanja lagi." Jawab In Myun pura-pura cemburu kepada suami dan adik iparnya itu.
"Ye Eonnie. Kita- hmmm?" kalimatnya terhenti karena Jeong Soon segera memasukkan potongan daging yang sudah dipanggang ke dalam mulutnya.
"Istriku, makanlah. Keburu dingin." Kata Jeong Soon sembari nyengir.
Melihat betapa penuhnya mulut In Hyun yang tampak susah mengunyah itu membuat mereka tertawa. Setidaknya biarkan mereka menghabiskan waktu bersama dengan canda dan tawa serta makan siang penuh dengan kehangatan.
Mereka membakar daging dan jeroan di atas panggangan kecil di tengah meja bersama dengan kuah sayuran.
Setelah itu mereka melanjutkannya dengan berbincang-bincang sampai malam. Ternyata yang mabuk adalah In Hyun yang tanpa sadar ikut minum juga dan banyak sehingga membuatnya mabuk.
Jeong Soon dan In Hyun pamit kepada ketiganya pulang ke mansion dan akan berkunjung kapan-kapan lagi.
In Hyun tak bisa berdiri dengan tegak karena mabuk. Dengan nada mabuknya ia pamitan pada Ibu dan kakaknya. "Eomma, Eonnie. Aku pulang dulu ya. Hiikk." Dengan cegukan juga karena mabuk itu.
"Hyun. Sering-seringlah mengunjungi Eomma bersama suami tampanmu itu ya." Bibi Yumi juga sedikit mabuk.
In Myun dan Sin Wan menggelengkan kepalanya. Mereka masih sadar meski banyak minum juga.
"Eomeoni. Kami pamit dulu." Ucap Jeong Soon mencoba memegang tubuh In Hyun agar tak jatuh. Hanya dia yak tak terlalu banyak minum.
"Bye... bye...!" Kata In Hyun benar-benar mabuk.
Bibi Yumi berkata lagi kalau pintu rumah itu selalu terbuka untuk mereka.
Sin Wan menepuk bahu Jeong Soon. "Hati-hati di jalan. Nanti aku akan memberikan kabar terbarunya."
"Jaga adikku baik-baik ya, adik ipar." Canda In Myun.
Jeong Soon menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu memapah In Hyun keluar. Bahkan sepatu In Hyun kini dijinjingnya kemudian tubuh istrinya itu digendongnya menuju ke mobil yang sudah parkir di depan rumah.
Sang sopir membukakan pintu mobil. Setelah In Hyun masuk, ia juga masuk duduk di sampingnya.
Sepanjang perjalanan. Jeong Soon memeluk In Hyun yang bersandar di dadanya.
"Bagaimana keadaan Abeoji?" tanya In Hyun memecah kebisuan di antara mereka. Meski mabuk dia masih ingat Ayah mertuanya.
"Beliau masih belum sadar, tetapi masa kritisnya sudah terlewat." Jawab Jeong Soon. "Aku senang mempunyai Ayahanda dan Ibunda," yang dimaksudnya adalah Tuan Kim sebagai Ayah dan Bibi Yumi sebagai Ibu. Jadi, terasa lengkap lagi kehidupannya.
In Hyun terkekeh pelan mendengar Ayahanda dan Ibunda dari mulut Jeong Soon. Meski dia berada di zamannya. Tetapi bahasa formalnya masih belum berubah. Ia sampai tertidur di pelukan Jeong Soon.
Jeong Soon hanya tersenyum melihat istrinya mabuk berat. Tetapi dia senang karena melihat lagi kebahagiaannya yang tulus. Tak sama dengan kebahagiaan ketika di Joseon karena dia mengerti kalau itu bukanlah zamannya dan bukan bersama keluarga aslinya.
Sesampainya di Mansion. Jeong Soon menggendong lagi In Hyun masuk ke dalam sampai menaiki tangga.
Paman Hoong dan pelayan yang menyambut terkejut melihatnya. Tetapi ketika mendengar Jeong Soon berkata kalau In Hyun hanya tertidur. Mereka merasa lega.
Ketika itu, lagi-lagi Jeong Soon melihat bayangan hitam itu. Apakah itu adalah arwah Nyonya Kim? Karena dari tadi, semenjak dia keluar dari kamar hotel. Bayangan itu terus saja mengikutinya.
Apakah di zaman itu juga bisa melihat arwah?
Setelah berganti pakaian tidur dan menggantikan pakaian In Hyun dengan pakaian tidur juga. Jeong Soon berdiri di balkon kamar sambil menatap ke kegelapan malam.
"Kenapa kau melamun Paduka?" tanya In Hyun sontak membuat Jeong Soon terkesiap.
"Kenapa kau bangun lagi istriku? Tidurlah, kau mabuk berat hari ini."
In Hyun yang memang masih mabuk itu terbangun dari ranjang lalu melihat Jeong Soon di balkon. Jadi dia menghampirinya meski dengan berjalan sempoyongan.
"Kenapa kau melamun?" In Hyun mengulangi pertanyaannya lagi. Wajahnya setengah tertutupi rambut yang tertiup angin.
"Akh, tak apa. Rasanya masih belum percaya kalau Halmeoni telah tiada." Jawab Jeong Soon terpaksa berbohong. Jangan sampai In Hyun ketakutan karena ada bayangan hitam yang mengikuti mereka dari tadi.
In Hyun memeluk lengan Jeong Soon lalu bersandar di lengan suaminya itu dengan manjanya. "Aku tahu, semua ini adalah takdir. Dia adalah nenek terbaik yang pernah aku temui," teringat kala pernikahannya. Nenek Kim banyak sekali memberi mereka hadiah. Bahkan mewariskan rumah tua dan antiknya yang ada di Busan itu kepada ketiga cucunya.
Di dalam pengaruh alkohol itu In Hyun mengerjap pelan. Jika sekarang pemuda itu adalah suaminya dari Joseon. Lalu, kemana pemuda asli yang bernama Jae Jung Woon itu? Yang waktu itu bertengkar dengannya di Kampus? Dia sedikit menjauhkan kepalanya lalu menoleh ke samping menatap aneh pada Jeong Soon. "Paduka?"
"Hmmm?"
"Jika ini adalah benar dirimu. Lalu, kemana pemuda yang bernama Jae Jung Woon itu?"
Pertanyaan In Hyun membuat Jeong Soon menoleh kepadanya lalu menatap dengan tatapan tanda tanya juga. Meski tahu kalau In Hyun bertanya begitu dalam keadaan mabuk, tetapi ia masih bersedia menjelaskannya. "Aku tak tahu. Yang kuingat kalau …," ia menceritakan apa yang terjadi padanya ketika di Joseon. Tetapi mustahil jika kata-kata itu keluar dari mulutnya.
In Hyun hanya mengembuskan napasnya melihat gerakan mulut Jeong Soon yang tanpa suara itu.
"Begitulah. Aku tersadar dan kembali melihatmu lagi ketika di Busan, mendengar cerita dari yang lain kalau pemuda ini (Jae Woon) terjatuh dan hanyut di sungai." Jelas Jeong Soon. Dan hanya itulah yang bisa di dengar oleh In Hyun tanpa tahu bagaimana kejadian Jeong Soon bisa hadir di masa depan.
"Aishh. Aku tak mengerti kau berbicara apa. Aku ... ingin ... sekali mendengar ... ceritamu-" In Hyun tiba-tiba tertidur lagi dan untung saja Jeong Soon segera menahan tubuhnya sebelum terjatuh ke atas lantai.
"Tidurlah. Kau pasti lelah." Kata Jeong Soon langsung menggendongnya kembali masuk ke dalam kamar lalu perlahan membaringkan tubuh In Hyun ke atas ranjang. Sebelum beranjak, ia mengecup sekilas bibir serta keningnya.
Setelah itu. Jeong Soon kembali ke balkon menikmati embusan angin yang sepoi-sepoi lalu menatap kembali ke kejauhan. Ke remang-remang lampu taman dan juga kegelapan di sekitarnya.
Tiba-tiba dia melihat bayangan hitam itu lagi dan kini bayangan itu terlihat berdiri di balik sebuah pohon yang tersinari lampu taman.
Karena penasaran. Jeong Soon bergegas masuk ke dalam kamar lalu keluar dari kamar menelusuri koridor mansion kemudian keluar menuju taman.
Kebetulan para pelayan dan juga Paman Hoong sudah ada di kamar mereka masing-masing karena sudah tak ada lagi pekerjaan. Dan di luar hanya tinggal para bodyguard serta security yang berjaga di depan pos gerbang.
Keadaan di taman benar-benar sepi.
Jeong Soon masih melihat bayangan hitam itu. Heran kenapa kini bayangan itu tak pergi dan terlihat sengaja menunggunya. Jika itu hantu, baginya sudah terbiasa melihat makhluk dari dunia lain karena ketika di Joseon, para penghuni lembah terkutuk lebih menyeramkan pastinya tetapi dia tak pernah takut.
Perlahan dia mendekati bayangan hitam yang masih berdiri di balik pohon di bawah lampu yang temaram itu. Hatinya masih tenang meski masih diselimuti rasa penasaran.
Ketika sampai di bawah pohon. Dia menatap lekat-lekat bayangan itu yang perlahan menjelma menjadi roh seseorang.
"Kyaaaa! Hantu!!" teriak roh itu ketika menoleh melihat kedatangan Jeong Soon.
Sementara Jeong Soon mengernyitkan keningnya masih menatap roh tersebut. Bukankah dia yang hantu. Kenapa dia malah berteriak? Ketika melihat wajah roh itu. Seketika kedua matanya membelalak.
※♚♥♡🎎♡♥♚※
**°°____TBC____°°**
Siapakah yang dilihat Jeong Soon? Ini bukan cerita horror ya karena dari awal adalah fantasy 😁😁✌
Up* 23~07~2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top