SoL ~37~ Honey Moon.

~*°_______SOL_______°*~

Pagi itu.

Setelah sarapan bersama di pinggir pantai.

Jeong Soon dan In Hyun duduk di kursi sambil menatap lautan yang ombaknya tidak terlalu besar dengan embusan angin yang sepoi-sepoi.

"Indah bukan, Paduka." Kata In Hyun memecah keheningan di antara keduanya.

"Ya. Sungguh indah. Tapi sayang, tempat ini terlalu jauh." Jawab Jeong Soon membayangkan bagaimana nanti pulang pasti akan mabuk udara lagi.

In Hyun memegang tangan Jeong Soon. "Jangan takut, aku selalu di sampingmu."

Jeong Soon menoleh menatap istrinya itu. Begitu sendu tatapan In Hyun padanya.

"Ehemmm." Terdengar dehaman seseorang datang dari belakang mereka.

Jeong Soon dan In Hyun sontak menoleh ke belakang. Dilihatnya In Myun dan Sin Wan mengunjungi mereka.

"Apa kalian sudah selesai sarapan?" tanya In Myun melihat piring masih di atas meja.

"Ne. Kami baru saja selesai sarapan," In Hyun langsung bangkit dari kursi menghampiri kakaknya itu.

Sin Wan mendekati Jeong Soon. "Apa kalian mau ikut bersama kami?"

"Kemana?" tanya In Hyun penasaran. Pagi-pagi begitu, mereka akan pergi ke mana?

Jeong Soon juga bangkit dari duduknya. "Hyung, memangnya kalian hendak menculik kami kemana lagi?"

Ketiganya terkekeh. Apakah candaannya selalu serius begitu?

In Hyun juga terkikik. Kenapa dia memaksakan diri untuk bercanda.

Sin Wan tanpa rasa canggung melingkarkan lengannya ke tengkuk Jeong Soon. "Sudahlah, ikut saja bersama kami. Nanti kau akan tahu." Ia setengah menyeretnya.

Jeong Soon menoleh ke belakang melihat In Myun yang menarik tangan In Hyun mengikuti mereka menuju ke dermaga kecil di mana di sana ada kapal feri yang semalam.

In Hyun membisikan sesuatu pada In Myun. Menanyakan apakah semua pakaiannya adalah lingerie.

In Myun membenarkannya. Bahkan ada note di dalamnya dari Yoon Ha. Yaitu 'Happy Honey Moon'.

In Hyun mengembuskan napasnya. Mungkin di dalam tasnya juga ada note seperti itu karena tadi dia belum sempat membereskan dan memasukkan semua isinya ke dalam lemari.

Keempatnya naik ke atas kapal lalu Sin Wan melajukannya menuju ke dermaga agak jauh dari kedua pulau mereka.

Jeong Soon, In Hyun dan In Myun duduk manis di atas dek sambil menikmati embusan angin laut yang menerpa mereka sepanjang perjalanan.

Akhirnya mereka sampai di dermaga yang ramai pengunjung. Sebuah pulau umum untuk para turis dari mancanegara dan di sana juga ada sebuah pasar.

Sin Wan mengajak mereka turun dari kapal. Dia dan Jeong Soon berjalan mengikuti In Hyun dan In Myun dari belakang.

Sambil berjalan. In Myun menggoda adiknya itu dengan nada pelan. "Yah, Hyun. Apakah semalam kalian …?" ia memainkan kedua tangannya.

Kedua pipi In Hyun langsung merona. Dengan nada pelan juga. "Ka-kami, belum …-"

"Aigoo, jadi kalian- mmmmhh?!" mulut In Myun langsung dibekap oleh tangan In Hyun.

"Eonnie. Kau ...!" In Hyun malu jika membahas hal itu pada kakaknya. Harus bagaimana lagi, semalam mereka memang terlalu lelah dan sampai ketiduran.

In Myun langsung menyingkirkan tangan In Hyun di mulutnya. "Aiihhh. Apa kau mau membunuhku."

Akhirnya keduanya tertawa kecil membuat Sin Wan dan Jeong Soon di belakang mereka ikut tersenyum melihat candaan keduanya.

"Wahhh, liat ini, Bagus bukan?" In Myun masuk ke dalam toko aksesoris.

In Hyun juga ikut masuk dan langsung memburu hiasan-hiasan rambut dan aksesoris lainnya.

Jeong Soon dan Sin Wan berdiri di depan toko itu. Kedua mata Jeong Soon tertuju pada hiasan rambut dan juga bros berbentuk kupu-kupu yang berjejer di atas meja di dekatnya. "Joseon." Di dalam hatinya sambil tersenyum melihat hiasan itu.

Sin Wan melihat Jeong Soon membolak-balik hiasan itu. "Apa kau mau membelinya?"

Jeong Soon mengangguk setuju.

Sin Wan juga mengambil hiasan rambut berbentuk bunga.

Di saat In Hyun dan In Myun puas melihat-lihat dan juga membeli apa yang mereka suka.

"Kalian duluan saja, kami akan ke sana dulu." Kata Sin Wan menyembunyikan hiasan yang akan mereka beli untuk kejutan nanti.

"Baiklah, ayo Hyun. Kita keliling sampai puas." Ajak In Myun terlihat senang.

"Jangan jauh-jauh!" kata Jeong Soon menatap punggung In Hyun.

In Hyun hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang.

Sin Wan menepuk pundak Jeong Soon. "Kau tenang saja, pengawal keluargamu siap siaga menjaga kita di pulau ini." Dia memberi isyarat pada Jeong Soon tentang pengawal rahasia yang bertebaran dimana-mana. Mereka terlihat seperti orang biasa yang sedang liburan. Memakai pakaian biasa juga, tetapi kedua mata mereka siap menjaga para Tuan dan nyonya mudanya itu.

Dari pagi sampai sore tiba, mereka jalan-jalan mengelilingi pasar dan makan siang di sebuah restoran tepat pinggir laut dekat dermaga.

Keempatnya pulang dan bermain di pantai sampai hari gelap. Duduk di atas pasir pantai menatap deburan ombak malam hari. Berjalan sambil bergandengan tangan dan sesekali bermain ombak laut bersama.

Sampai tiba makan malam. Sin Wan dan In Myun pamit pulang karena mereka sudah merencanakan memasak makan malam mereka di villa.

Hal itu memberi ide pada Jeong Soon kalau dia akan masak makan malam. Tetapi, In Hyun memohon agar kali ini dia yang akan memasak.

Jeong Soon tak bisa melarangnya. Meski selama di Josoen, In Hyun jarang sekali memasak. Tapi, kali ini dia ingin merasakan masakan In Hyun di zamannya itu.

Jeong Soon pergi ke kamar mandi. Sementara In Hyun pergi ke dapur menyiapkan semua bahan yang akan dimasaknya untuk makan malam.

Dengan seriusnya In Hyun mulai mengiris semua bahan. Meski sebenarnya sesekali dia melihat ponselnya karena itu adalah menu barunya yang dia lihat dari Google.

Jeong Soon keluar dari kamar mandi menghirup harum masakan istrinya. Dia keluar dari kamar dengan rambut masih basah.

Ditatapnya In Hyun yang tampak sibuk memasak. "Harum sekali, sampai membuat perutku terasa sangat lapar."

In Hyun sedikit terkesiap sampai sontak menoleh ke belakang. "Duduklah, semua sudah hampir selesai." Jawabnya sembari tersenyum.

"Ada yang perlu kubantu?"

"Tidak usah, duduklah."

Jeong Soon melihat makanan yang sudah siap. "Kalau begitu, aku akan menyiapkan piring dan gelasnya di atas meja." Ia lalu membuka lemari atas tempat piring dan gelas.

"Semua sudah selesai, bolehkah aku mandi dahulu. Rasanya kakiku lengket karena air laut tadi." Kata In Hyun sembari melepaskan celemeknya.

Tiba-tiba Jeong Soon memeluknya dari belakang. "Tak usah mandi, nanti makanannya dingin."

In Hyun tersenyum. "Di dalam oven masih ada Lazania (makaroni keju panggang). Hanya lima belas menit, matikan oven lalu keluarkan saja. Aku akan segera kembali." Ia segera melepaskan pelukan Jeong Soon.

Jeong Soon menarik lagi tangan In Hyun sehingga tubuh mereka saling berhadapan dan bertubrukan, lalu Jeong Soon melingkarkan kedua lengannya di pinggang istrinya itu dengan erat. "Jangan lama-lama, aku menunggumu di sini." Ujarnya sembari mengecup sekilas pipi istrinya itu.

In Hyun mengerjap sambil mendongak melihat wajah Jeong Soon. Dia malah menempelkan punggung tangannya di kening Jeong Soon. "Paduka, apa kau sakit?"

Kini Jeong Soon yang mengerjap aneh. "Memangnya kenapa?" tanyanya sembari melepaskan sebelah tangannya lalu ikut memegang keningnya.

Di saat itu, In Hyun segera melepaskan dirinya dari Jeong Soon. "Aku hanya bercanda." Ia bergegas pergi dari dapur.

Jeong Soon menggelengkan kepalanya. Ternyata In Hyun hanya berusaha melepaskan diri darinya.

In Hyun masuk ke dalam kamar mandi, sementara Jeong Soon menunggunya di dapur.

Setengah jam kemudian. Semua masakan sudah matang dan Jeong Soon sudah menyiapkan semuanya di atas meja.

In Hyun keluar dari kamar menuju ke meja makan. Dilihatnya Jeong Soon mematikan lampu dan hanya menyalakan lilin-lilin serta lentera.

Jeong Soon sangat suka sekali dengan cahaya lentera. Karena dengan lentera-lentera itu, dia merasa masih berada di Joseon. Ia mempersilakan In Hyun duduk di dekatnya, lalu dia duduk di kursi satunya.

In Hyun menuangkan makanan ke piring Jeong Soon lalu menuangkannya ke piringnya. Sepanjang makan malam. Keduanya sesekali menceritakan hal-hal lucu sambil terkadang saling berpegangan tangan.

"Aku tak tahu jika di sini (zaman ini), kamu bisa memasak." Kata Jeong Soon sembari memasukkan makanan terakhirnya.

"Apakah aku harus menganggap itu sebuah sanjungan? Ataukah sebuah ledekan?" canda In Hyun sembari pura-pura cemberut.

Jeong Soon terkekeh pelan. Ia mengulurkan tangannya pada In Hyun.

In Hyun menggerakkan kepalanya tanda tak mengerti.

Jeong Soon menggerakkan kedua tangannya tanda ingin berdansa dengan istrinya itu.

In Hyun mengernyitkan keningnya, tetapi Jeong Soon segera berdiri lalu menggenggam tangan In Hyun. Setelah keduanya berdiri, dia mulai meraih remote control DVD kemudian menyalakannya.

Perlahan musik dansa mulai mengalun.

In Hyun mengerjap menatap Jeong Soon yang tersenyum menatapnya juga. Suaminya itu mulai membungkuk sedikit sembari mengulurkan tangannya membuat In Hyun semakin tersenyum lebar.

Tangan In Hyun meraih tangan Jeong Soon lalu keduanya mulai merapatkan tubuh masing-masing. Perlahan-lahan keduanya mulai bergerak mengiringi alunan lagu.

Dengan hanya diterangi lentera dan lilin-lilin. Keduanya hanyut dalam dansa mereka. Masing-masing melamun dan membayangkan kala masih di Joseon.

Mendadak Jeong Soon membungkuk lalu menggendong tubuh In Hyun.

"Hey, Paduka. A-apa yang kau lakukan?" tanya In Hyun kaget dengan jantung berdetak tak keruan.

Jeong Soon hanya tersenyum lalu berbisik. "Kita akan melakukan apa yang terlewat dahulu."

In Hyun tak mengerti, apa yang dimaksud oleh Jeong Soon? Dia sedikit berontak, tetapi Jeong Soon tak menghiraukannya. "Berhentilah berontak, nanti kau jatuh."

In Hyun akhirnya berhenti berontak dan hanya bisa mengembuskan napasnya pelan dengan masih mengatur jantungnya yang semakin berantakan.

Jeong Soon membawa In Hyun ke kamar lalu membaringkan tubuh istrinya itu di atas ranjang. Ia pun menyalakan lilin-lilin serta lentera yang ada di kamar itu lalu mematikan lampu utama. Setelah itu, ia ikut baringan di samping In Hyun.

In Hyun menatap sekeliling kamar yang dipenuhi oleh lentera dan lampu-lampu hiasan yang tak terlalu terang.

Saat Jeong Soon mulai mengecup belakang telinga In Hyun.

"Pa-Paduka-?"

"Ssstthhh," Jeong Soon menghentikan ucapannya, "bukankah sudah kukatakan, kita akan menghabiskan malam ini sebagaimana mestinya."

In Hyun tak berani berkata apa-apa lagi. Dia hanya bisa memejamkan matanya. Terasa kalau telapak tangan Jeong Soon mulai diselusupkan ke sela jari-jarinya.

Embusan napas keduanya mulai memburu.

Jeong Soon mengecup kening, turun ke hidung, lalu ke bibirnya. Setelah itu mengecup pipi kanan turun ke leher.

Belaian lembut Jeong Soon kini bisa In Hyun rasakan. Luapan perasaan serta kebahagiaan dirasakan keduanya.

Lentera-lentera menjadi saksi. Dan deburan ombak laut sesekali memecah keheningan malam.

Malam itu keduanya saling meluapkan semua perasaan yang terpendam. Malam itu seolah mengulang masa di mana hal-hal Indah itu pernah terlewat di Joseon. Malam itu membuat Jeong Soon menebus setiap kesalahan dan malam itu juga, In Hyun merasakan suaminya memberikan semua hak-haknya yang sempat terhambat ketika di Joseon.

'Malam Pertama'.

_____♡🎎♡_____

Pagi-pagi.

Jeong Soon membuka matanya sambil meraba-raba ke samping hendak memeluk In Hyun. Namun, In Hyun sudah tidak ada di tempat tidur. Ia pun duduk di atas ranjang sambil merenggangkan otot tubuhnya.

Beranjak dari atas ranjang hendak mencari istrinya. Tetapi, saat mendengar suara berisik di kamar mandi. Jeong Soon tersenyum dan mulai memegang knop pintu.

Senyumnya semakin lebar saat pintu ternyata tak dikunci. Ia pun perlahan membukanya.

"Akkhhh!" In Hyun yang sedang mandi di pancuran air menjerit melihat seseorang membuka pintu. Refleks dilemparkannya botol sampo yang ada di dekatnya ke arah pintu.

Syuuttt... pletaakk...

"Aawhhhh!" kali ini, Jeong Soon yang merintih sambil memegang keningnya.

Mulut In Hyun menganga melihat kalau itu adalah suaminya. Ia segera meraih handuk lalu menutupi tubuhnya dari dada sampai paha lalu menghampiri Jeong Soon yang masih merintih di ambang pintu.

"Pa-Paduka. Maafkan aku. A-aku tak sengaja," ucap In Hyun cemas sambil merutuki dirinya sendiri. "Hyun, bodohnya kau."

Jeong Soon mengusap keningnya sambil menatap datar wajah In Hyun. "Yah, kenapa kau melempariku dengan botol? Memangnya siapa lagi yang akan masuk ke sini selain aku?"

In Hyun menggaruk kepalanya. "Aku lupa hal itu, karena rasa kagetku. Entah kenapa tanganku refleks melemparkan botol ke arahmu. Lagipula, kenapa kau tak mengetuk pintu dulu?"

"Aku suamimu. Kenapa kau malah begitu kejam padaku." Protes Jeong Soon pura-pura cemberut sambil masih memegang keningnya.

"Sakit ya? Coba aku lihat." In Hyun menjinjit kakinya ingin melihat kening Jeong Soon.

Jeong Soon melepaskan tangan di keningnya kemudian malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang In Hyun. "Untuk menebusnya, kita harus mandi bersama. Maka aku akan memaafkanmu."

"A-apa?!" In Hyun membulatkan matanya. Kenapa dia mendadak minta mandi bersama?

Jeong Soon mengembuskan napasnya pelan. Hal itu membuat In Hyun tak tega, apalagi melihat kening Jeong Soon merah dan mulai membiru.

"Baiklah." In Hyun menunduk karena malu.

Jeong Soon mengecup kening In Hyun sambil tersenyum.

_____♡🎎♡_____

Siangnya. Sin Wan dan In Myun mengundang mereka ke Villa untuk makan siang. Sin Wan yang menjemput keduanya.

Seperti biasa mereka menghabiskan waktu di pantai.

Sampai tak terasa. Satu minggu kemudian telah berlalu dan akhirnya mereka pun pulang.

Sepanjang perjalanan Jeong Soon menghabiskan waktu di pesawat dengan tidur sehingga tidak mabuk udara. Tak terasa, keempatnya sampai di bandara.

Ketika di mobil. Sin Wan baru membuka laptopnya dan banyak sekali pesan serta e-mail yang masuk dari bawahannya. Ia tersenyum tipis.

Senyumannya itu dilihat oleh Jeong Soon yang meliriknya sekilas. Dia yakin kalau semua usaha mereka telah mendapatkan hasil.

Sesampainya di Mansion.

Yoon Ha beserta suaminya dan juga Ji Hoon ternyata sedang berkumpul di sana menyambut mereka.

Jeong Soon melihat senyum Yoon Ha tak seperti biasanya. Dia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi selama kepergiannya.

Paman Hoong juga menyambut dengan senyum tak biasanya.

"Selamat datang kembali di Seoul. Bagaimana perjalanan kalian, pasti menyenangkan bukan?" goda Yoon Ha pada keempatnya.

In Hyun dan In Myun hanya menjawab dengan senyuman.

Sin Wan membisikkan sesuatu pada Jeong Soon. Dan Jeong Soon hanya membalasnya dengan anggukan.

Ji Hoon tersenyum menyambut kedatangan kakaknya itu. Ia memeluknya erat. Ada kesedihan di raut wajahnya membuat Jeong Soon semakin aneh.

Shige Kaju menepuk sebelah pundak Jeong Soon. "Ada yang perlu kami bicarakan padamu."

"Apa itu?" tanya Jeong Soon.

"Istirahatlah dulu, kalian pasti lelah setelah menempuh perjalanan panjang." Kata Yoon Ha.

Jeong Soon menoleh menatap In Hyun. "Pergilah ke kamar, nanti aku menyusul."

Dengan ragu-ragu, In Hyun bertanya. "Bolehkah kami menemui Eomma di kamarnya?"

"Kenapa tidak, aku sampai lupa kalau Ibu mertua ada di sini." Jawab Jeong Soon lupa karena penyambutan yang aneh itu.

In Hyun mengangguk. "Tidak apa. Kalau begitu kami berdua ke sana dulu." Ia mengajak kakaknya untuk masuk ke dalam kamar di mana di sana ada Bibi Yumi.

Setelah keduanya pergi berlalu dan hilang dari pandangan.

"Sin, tunggulah aku di ruang kerjaku." Ucap Jeong Soon.

Sin Wan hanya mengangguk dan bergegas pergi ke ruang kerja Jeong Soon.

Jeong Soon mengikuti kakak, kakak ipar dan adiknya menuju ke sebuah ruangan lain.

Di sana Yoon Ha mengatakan kalau Ayahnya mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu dan sekarang belum sadarkan diri di rumah sakit. Karena hal itu, nenek Kim jatuh sakit dan berada di rumah sakit yang sama juga.

Ekspresi wajah Jeong Soon berubah menjadi cemas. "Kenapa kau tak memberitahu kami dari semenjak kejadian itu? Pantas saja saat aku mencoba menghubungi nenek. Mereka selalu berkata kalau nenek sering pergi keluar atau sedang istirahat."

"Kami tahu, dan maafkan kami karena tak memberi kabar padamu. Kami hanya tak mau merusak bulan madumu bersama istrimu itu." Jelas Yoon Ha merasa bersalah.

Jeong Soon memang tak menyalahkan mereka. Tetapi, setidaknya mereka bisa memberi kabar padanya. Baginya bulan madu tidak begitu penting dan bisa dilakukan kapan saja, yang terpenting adalah nenek serta Ayahnya. "Aku akan pergi ke sana."

"Tapi Jae. Kau kan baru saja sampai. Jadi, besok saja kita semuanya ke sana." Cegah Yoon Ha.

"Iya, tadi dokter mengatakan kalau keadaan nenek sudah mendingan. Bahkan kemarin kami menjenguk dan bercanda dengannya." Jawab Shige Kaju.

Jeong Soon mengusap punggung Ji Hoon yang dari tadi duduk dan diam saja di dekatnya. Tampak jelas kalau dia juga khawatir pada Ayah dan neneknya. "Kau tenang saja, semua pasti akan baik-baik saja." Ia berusaha untuk menenangkan hati dan pikiran adiknya itu.

Namun. Belum sempat mereka berbicara lagi. Ponsel Shige Kaju berdering dan itu dari dokter yang merawat nenek Kim.

Shige Kaju langsung mengangkatnya. Kedua matanya langsung membulat dengan bibir gemetaran serta wajah berubah pucat.

Setelah menutupnya. Semua yang ada di sana menatap heran, ada kabar apa sehingga raut wajahnya berubah menjadi sangat pucat?

"Suamiku. Ada apa?" tanya Yoon Ha khawatir.

Shige Kaju menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Dengan nada lirih dia menjawab. "Barusan dokter menelepon. Memberi kabar kalau nenek semakin kritis. Ternyata kemarin beliau pura-pura membaik. Namun, sebenarnya beliau sudah semakin parah karena shock dan juga kesehatan yang memburuk."

"Haaaa." Semuanya terkejut mendengar kabar itu.

Jeong Soon langsung bangkit dari duduknya. "Sebaiknya kita harus segera ke sana." Hatinya sudah tak enak dari semenjak mendengar kabar itu.

Akhirnya mereka semua akan pergi ke rumah sakit.

Yoon Ha menyusul Jeong Soon yang sudah hampir keluar dari pintu. "Jae Soon. Bagaimana dengan istrimu? Apa kau tak mengajak atau memberitahunya?"

Jeong Soon berhenti. "Biarkan saja dia istirahat dan berbincang dengan Ibunya. Nanti sepulang dari sana, aku akan memberitahunya," ia menoleh menatap paman Hoong. "Paman, tolong beritahu pada Nyonya Kim untuk istirahat jika sudah selesai berbincang dengan Ibunya. Aku akan cepat kembali."

"Baik Tuan Muda." Jawab paman Hoong mengerti.

Sin Wan yang dari tadi mengecek e-mail dan pekerjaan lainnya di ruang kerja Jeong Soon. Akhirnya dapat kabar dari paman Hoong dan dia sangat mengerti. Dia pun mengajak pulang In Myun dan akan mempersiapkan kamar untuk menyambut kedatangan Bibi Yumi karena mulai saat ini, Ibunya In Hyun dan In Myun itu akan tinggal bersama mereka. Lebih tepatnya, Sin Wan yang akan pindah ke rumah milik keluarga In yang direnovasi.

In Hyun membiarkan Ibunya istirahat dan mengantar kakak serta kakak iparnya keluar. "Aiishh, aku iri pada kalian. Kenapa kalian yang tinggal di sana dan menjaga Eomma."

In Myun mencubit kedua pipi In Hyun dan menariknya pelan. "Aigoo, aku adalah anak terbesar. Jadi, aku yang harus menjaga Eomma. Kau nanti datang dan bawa hadiah yang banyak untuk kami." Candanya sembari tertawa geli melihat ekspresi wajah In Hyun yang cemberut.

In Hyun lalu tersenyum. Paman Hoong juga mengantarkan keduanya sampai ke pintu. Setelah keduanya pergi, In Hyun bertanya kepada paman Hoong, kemana perginya Jae Soon dan semuanya?

Paman Hoong hanya menyampaikan apa yang tadi dikatakan oleh Jeong Soon. In Hyun pun tak curiga dan mengerti, mungkin mereka sibuk dengan pekerjaan yang sempat tertunda. Akhirnya dia berniat untuk pergi mandi lalu menunggu suaminya pulang.

※♚♥♡🎎♡♥♚※

**°°______TBC______°°**











😊😊🙏 seperti biasa.. Maaf.. Cerita ini baru up.. Soal'y sedang mengejar cerita PDKT yk harus mengerahkan ide wkwkwkwkk

Gomawo.. Seperti janji hari ini akan up.. Jdi di up deh.. 😁😁 bru selesai ngetik jg.. Jdi kalau ada typo harap masukan'y..

Up* 13~04~2019

By* Rhanesya_grapes 🍇





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top