SoL ~36~ In the Beach.

~*°_______SOL_______°*~

Semuanya berdiri di depan pintu gedung pernikahan untuk mengucapkan selamat tinggal pada dua pasang pengantin baru itu. Pastinya untuk pergi berbulan madu.

Mobil limusin sudah parkir di depan gedung untuk mengantarkan mereka ke bandara.

Bibi Yumi akan tinggal di mansion untuk sementara waktu agar ada yang menjaga dan juga merawatnya.

"Hyun. Hati-hati." Kata Euna memeluk In Hyun sekilas.

"Jangan lupa oleh-olehnya." Canda Sun Hi.

Han Cho memeluk Jeong Soon dan juga Sin Wan. "Jangan lupa, selalu memberi kabar pada kami, hah."

"Dan, jangan lupa juga untuk mengabadikan momen kalian di sana." Tambah Dae Chung.

Hwan Ki membisikkan sesuatu pada Jeong Soon membuatnya mengernyitkan keningnya sembari menyembunyikan kedua pipinya yang memerah. "Semoga sesampainya di sana, kau akan mengingat semua kenangan kita bersama." Ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan bahu Jeong Soon.

Jeong Soon hanya mengangguk pelan.

Shige Kazu tersenyum ikut memeluk sekilas Jeong Soon. "Kau tahu adik ipar. Kapan-kapan kita akan mancing bersama lagi di sana."

Jeong Soon hanya bisa mengembuskan napasnya. Sebagaimanapun dia mencoba mengingat, takkan bisa karena dia bukan Jae Woon.

Yoon Ha memeluk In Hyun. "Ingat, kalau kalian mengalami kesulitan. Segera hubungi kami, atau jika suamimu itu menjadi galak, maka cepat hubungi a-"

"Nunna." Potong Jeong Soon tak terima jika dicurigai akan memperlakukan istrinya dengan kasar.

"Hehe. Aish. Aku hanya bercanda Jae Soon." Jawab Yoon Ha memegang tangan In Hyun.

Ji Hoon dari tadi hanya diam saja.

"Kamu kenapa?" tanya Hwan Ki aneh melihat sang pembuat onar mendadak menjadi pendiam.

"Aku mau ikut," tiba-tiba Ji Hoon merengek. "Bukankah kalian pernah berjanji akan membawaku ke- Hmmmm?" mulutnya langsung dibekap oleh Dae Chung.

"Yah, cepat kalian pergi sebelum anak sapi ini mengamuk." Canda Dae Chung masih membekap mulut Ji Hoon yang mencoba berontak terus.

In Hyun dan In Myun hanya terkekeh kecil. Keduanya memeluk Yumi penuh haru.

"Eomma. Jaga diri baik-baik, ne. Kami takkan pergi lama." Kata In Hyun bergelayut manja pada Ibunya itu. Sebenarnya dia belum kenyang dan puas memeluk Ibunya itu. Apalagi Ibunya baru pulang kemarin, dan hari itu akan ditinggalkan lagi oleh mereka.

"Eomma," In Myun juga memeluk manja. "Doakan kami agar semuanya lancar. Sepulangnya kami dari bepergian, kami pasti akan merawat Eomma lagi."

Sebenarnya keduanya pamit tapi tak tahu entah akan dibawa kemana, karena suami mereka tak mengatakan akan pergi berbulan madu ke mana?

Ke Luar Kota kah? Atau ke Luar Negeri kah? Entahlah, untuk saat ini mereka hanya bisa menurut tanpa bisa protes.

Kedua mata Yumi berkaca-kaca. "Eomma hanya minta satu permintaan kepada kalian."

"Apa itu?" tanya In Hyun mengerjap menunggu Ibunya akan meminta apa? Apakah meminta agar mereka tak jadi pergi dan tinggal di rumah saja?

"Berjanjilah untuk selalu bahagia." Ujar Ibu Yumi.

In Hyun dan In Myun mengangguk sambil mengecup kening Ibunya itu secara bergantian.

Merasa tak enak dipandang dari tadi oleh semuanya. Keduanya langsung pamit lagi kepada mereka.

Keempatnya masuk ke dalam mobil limusin. Tak berapa lama, mobil pun melaju perlahan keluar dari depan gedung menuju ke bandara.

Di dalam mobil. In Hyun duduk di samping Jeong Soon dan duduk berhadapan dengan Sin Wan dan In Myun. Dia tampak mengingat-ingat sesuatu. Apakah ada yang terlupa? Sepertinya tidak.

Sin Wan dan In Myun tampak masih malu-malu untuk bermesraan. Apalagi di dalam sana ada adik dan adik iparnya. Keduanya hanya saling bersulang sambil makan camilan yang sudah tersedia di dalam mobil.

"Apakah kita akan pergi liburan ke Luar Negeri?" tanya In Hyun baru membuka suara.

"Ya, Nona. Kita akan pergi liburan ke Luar Negeri dan saat ini kita sedang menuju ke bandara khusus." Sin Wan yang menjawab.

"Nona?" In Myun menurunkan alisnya. Kenapa dia masih memanggil Nona pada adik iparnya.

"Hyung. Jangan panggil Nona." Kata Jeong Soon merasa geli mendengar kecanggungan Sin Wan.

Hyung? Hyun dan Myun baru mendengar untuk pertama kalinya, Jae Soon memanggil Sin Wan dengan panggilan kakak?

Sin Wan hanya tersenyum tipis. Mau bagaimana lagi, dia belum terbiasa memanggil wanita yang kini telah menjadi istri boss-nya itu dengan panggilan informal. Meski Jeong Soon sudah menganggapnya kakak.

Mobil berhenti di bandara pribadi Tuan Kim. Di sana berjejer beberapa pesawat pribadi. Milik Yoon Ha, milik Hwan Ki dan yang lainnya.

Di saat hendak turun. In Hyun panik saat teringat kalau dia belum mempersiapkan pakaian dan juga tasnya. Ia bahkan baru teringat karena tadi mengira akan pulang ke mansion atau ke rumah Ibunya dulu.

Jeong Soon terkekeh kecil melihat kepanikan istrinya itu. "Hey, tenanglah. Semuanya sudah disiapkan. Kita tinggal berangkat saja."

"Benarkah?" tanya In Hyun tak percaya.

Jeong Soon mengangguk mengiyakan.

In Hyun menoleh menatap kakaknya. "Eonnie. Apa kau yang menyiapkan tas dan semua keperluanku?"

In Myun menggelengkan kepalanya sembari mengangkat kedua pundaknya tanda tak tahu. "Tanyakan kepada mereka. Aku pun tak tahu, barang apa saja yang dibawa ke dalam tas kita."

"Jadi, apa kalian yang menyiap-"

"Sudahlah, kita berangkat saja." Lagi-lagi Jeong Soon menarik tangan In Hyun.

In Hyun dan kakaknya tak tahu kalau yang menyiapkan isi dalam tas mereka adalah Yoon Ha.

Mereka mulai menaiki tangga pesawat pribadi milik keluarga Kim. Sebenarnya Jeong Soon aneh, ada juga mobil yang mempunyai sayap seperti itu. Dia benar-benar tak tahu kalau kendaraan itu akan terbang ke udara.

Keempatnya duduk saling berhadapan. In Hyun duduk di dekat jendela dan Jeong Soon di sebelahnya. Di depan mereka ada Sin Wan dan In Myun. Di tengah mereka terhalang meja.

Jeong Soon tampak kesulitan memasangkan sabuk pengaman. In Hyun berniat untuk membantunya. Namun, belum sempat dia menyentuh sabuk. Jeong Soon sudah bisa memasangkannya.

Beberapa pramugari pribadi dan sang pilot menghampiri serta menyapa mereka sambil memanaskan mesin pesawat.

Tak berapa lama pesawat mulai berjalan. Awalnya Jeong Soon terlihat tenang, tetapi tak bertahan lama. Ketenangannya itu runtuh seketika saat dirasanya, pesawat mulai terbang melayang membuat kedua tangannya meremas erat celana dan juga sandaran kursi. Tanpa sadar ia pun memejamkan matanya.

In Hyun tahu kalau saat ini Jeong Soon sedang merasa sangat tegang dan wajahnya mulai berubah pucat. Ia meraih genggaman tangan suaminya itu lalu memegangnya sembari sedikit mengusapnya agar ketegangan Jeong Soon sedikit berkurang.

Beberapa saat kemudian. Pesawat mulai stabil di udara.

Jeong Soon mengembuskan napasnya berat sembari berusaha menormalkan lagi detak jantungnya.

"Apa kau tak apa-apa?" tanya In Hyun khawatir. Dia juga tahu kalau itu adalah pertama kalinya dia naik pesawat.

Jeong Soon menoleh menatap In Hyun lalu tersenyum. "Aku hanya kaget dan belum terbiasa." Ia merasa memalukan bukan. Tegang saat menaiki pesawat.

Sin Wan tahu kalau Jae Woon dari dulu juga paling benci naik pesawat. Bahkan dulu dia pernah mabuk udara dan sampai tertidur selama perjalanan. Ia lalu memanggil pramugari untuk melayani mereka. Tampaknya semuanya merasa lapar karena waktu di gedung pernikahan tadi, mereka hanya makan sedikit.

Setelah makan dan minum. In Hyun menyandarkan kepalanya ke bahu Jeong Soon. Sebenarnya dalam hatinya masih bertanya-tanya. Hendak pergi kemana mereka?

______♥♡🎎♡♥______

"Tuan muda." Suara seseorang membangunkan keempatnya yang tampak terlelap dalam mimpi masing-masing.

"Nghh?" Jeong Soon dan Sin Wan perlahan membuka matanya.

Keduanya melihat di depan mereka berjejer pramugari dan pilot tadi, tersenyum menatap mereka.

"Kita sudah sampai, Tuan." Ujar salah satu pramugari.

"Oh, baiklah kalau begitu." Jeong Soon menoleh melihat In Hyun tertidur dengan sangat lelap sekali. Tadinya dia tak tega untuk membangunkannya. Tetapi, mau sampai kapan mereka tidur di dalam pesawat dan dalam keadaan duduk. Ia pun sudah merasa pegal dan kebas rasanya. Akhirnya perlahan dia membangunkan In Hyun.

Belum sempat Jeong Soon membangunkan In Hyun.

"Yah, Hyun. Bangun!" tiba-tiba suara In Myun yang membangunkan In Hyun. Dia juga baru saja bangun dan malu saat menyadari kalau Sin Wan tengah menatapnya sendu sambil menyandarkan kepalanya menyamping di sandaran kursi.

"Akh, sudah sampai?" tanya In Hyun dengan suara khas orang bangun tidur. Ia menggeliat sambil mengusap pelan kedua matanya.

Jeong Soon mengangguk dan masih duduk menunggu In Hyun bangun dan sadar sepenuhnya.

Sin Wan melihat wajah Jeong Soon yang masih pucat. Ia lalu berujar, "Jae Soon. Jika kau masih pusing, istirahatlah dulu yang cukup di sini."

"Aku sudah tidak apa-apa." Jawab Jeong Soon menatap Sin Wan. Tak menyadari kalau In Hyun tersenyum menatapnya dalam.

In Hyun bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangannya pada Jeong Soon. Suaminya itu membalas senyumnya lalu beranjak dari duduknya juga.

Keempatnya turun dari pesawat lalu masuk ke dalam mobil yang dari tadi sudah parkir di sana untuk menjemput mereka. Tas koper masing-masing sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Jeong Soon benar-benar sudah pening dibuatnya. Baru saja turun dari kendaraan terbang itu. Kini mereka harus naik mobil lagi? Kenapa sejauh itu mereka berbulan madu? Apakah di Korea tidak ada tempat yang indah dan cocok untuk honey moon?

Dengan berat, Jeong Soon masuk lagi ke dalam mobil. Perlahan dua mobil melaju dan tak berapa lama mereka melewati jalanan tepat di pinggiran pesisir pantai.

Hanya sepuluh menit saja. Akhirnya mereka sampai.

Jeong Soon turun. "Apakah sudah sampai?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling yang di mana hari sudah remang-remang karena sebentar lagi, tampaknya malam akan menjelang pagi.

Sopir menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

Sin Wan tahu kalau Jeong Soon pasti tidak mengingat tempat itu. Ia pun menyuruh para sopir memindahkan tas dari bagasi ke atas sebuah kapal feri yang sudah disiapkan lagi lalu mendekati Jeong Soon serta menepuk bahunya. "Jae, satu kali lagi naik kapal air ini. Maka kita sudah sampai."

Jeong Soon mengusap wajahnya frustrasi. Penyiksaan apalagi itu? Kenapa sudah beberapa kali turun naik kendaraan belum sampai juga? Memangnya mau pergi kemana? Apakah mereka kini ada di ujung dunia?

Tapi, demi istrinya, dia tak bisa protes. Seandainya dia tahu akan sejauh itu. Dia akan menolaknya lalu hanya akan mengajak istrinya itu bulan madu ke Busan, atau ke tempat lain di Korea.

In Hyun mengerti kalau Jeong Soon sudah sangat kelelahan. Teringat lagi ketika di Joseon. Mereka hanya mengendarai kereta kuda, bahkan sampai berjam-jam pun di perjalanan. Tapi, tak membuat lelah seperti saat ini.

Lagi-lagi Jeong Soon hanya mengembuskan napasnya.

Keempatnya naik ke kapal feri berukuran cukup besar. Sin Wan lah yang menjadi sopirnya karena tak mau ada yang mengganggu mereka selama di pulau pribadi nanti.

Jeong Soon duduk bersama In Hyun di kursi yang merapat pada besi pagar pinggiran kapal. Sementara In Myun berdiri di sebelah Sin Wan yang mengemudikan kapal.

Karena malam hari. Jadi mereka tak terlalu melihat jelas bagaimana indahnya pemandangan laut dan sekitarnya.

Dari kejauhan. Mereka melihat lampu-lampu yang menyala pinggiran laut di depan sana. Akhirnya mereka sampai juga di Dermaga kecil.

Sin Wan mendekati Jeong Soon. "Jae, kalian berdua turunlah di sini. Ini pulau pribadi milik Hwan Ki. Jika kamu bosan di sini, telepon saja aku, nanti aku antarkan ke pulau milikmu." Ujarnya menjelaskan kalau di sana ada beberapa pulau pribadi milik keluarga Kim dan juga kerabatnya.

Jeong Soon mengangguk sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Sin Wan menurunkan tas koper milik Jeong Soon dan In Hyun lalu setelah itu naik lagi. "Kalian jangan khawatir. Kami ada di pulau sana, jadi jika ada apa-apa. Naik saja perahu boat itu," menunjuk ke arah samping, "dan datanglah kepada kami di pulau itu." Tunjuknya lagi ke arah remang-remang lampu di seberang pulau tersebut. Sebuah pulau juga milik keluarga Dae Chung.

In Hyun dan In Myun saling bertatapan. "Jadi kita berpisah di sini? Kalian akan di pulau itu?" tanya In Hyun mengerjap gugup.

In Myun terkikik geli melihat kegugupan adiknya itu. "Hyun, jika kalian ingin bersama. Baiklah, kami akan tinggal bersama kalian di sini." Godanya sambil mendelik kepada Sin Wan.

"Ehemm," Jeong Soon berdeham membuat In Hyun terkesiap.

"Hehe. Tak apa Eonnie. Kalian pergilah dan nikmati hari-hari di sana. Kita kan berdekatan, jadi besok kita masih bisa bertemu, kan." Ujar In Hyun salah tingkah dengan tawa yang dipaksakan.

Sin Wan tersenyum. "Baiklah, kami tinggal dulu."

Jeong Soon segera turun lalu mengulurkan tangannya untuk membantu In Hyun turun juga.

Setelah keduanya turun. Sin Wan melajukan lagi kapal. In Myun hanya melambaikan tangannya pada adik serta adik iparnya itu.

Jeong Soon dan In Hyun menatap kapal feri itu sampai hilang ditelan kegelapan malam. Lalu keduanya menoleh saling menatap.

In Hyun nyengir lebar membuat Jeong Soon tersenyum juga.

"Ayo masuk. Aku lelah sekali." Ajak Jeong Soon menggusur tas kopernya. Namun, ketika dia hendak menggusur tas koper milik In Hyun.

"Biar aku saja yang bawa." Secepat kilat, In Hyun sudah menarik tasnya lalu berjalan duluan di depan Jeong Soon.

Jeong Soon mengembuskan napasnya. Rasa mual yang masih sedikit mengaduk perutnya membuatnya benar-benar pusing dan juga lelah. Bagi Jae Woon hal itu biasa. Tetapi, baginya. Itu adalah perjalanan yang paling lama, jauh dan terpanjang yang pernah dialaminya.

Tapi, jika bersama dengan In Hyun. Rasanya, tidak menjadi masalah dan malah menyenangkan. Ia baru sadar kalau In Hyun sudah hampir sampai di depan pintu rumah.

Jeong Soon berjalan sambil menggusur tas kopernya. Sesampainya di dekat In Hyun, dia langsung membuka pintu.

Di dalam tampak gelap. In Hyun menggunakan lampu senter ponselnya untuk mencari tombol lampu.

Tikkkk...

Cklikkk...

Akhirnya lampu pun menyala. In Hyun langsung saja menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. "Akh, lelah sekali. Sebenarnya sekarang kita ada di mana?" ia menatap Jeong Soon yang masih berdiri di dekat dinding.

Jeong Soon menggelengkan kepalanya tanda tak tahu juga.

"Omo. Maafkan aku. Hampir saja melupakannya." In Hyun memang selalu lupa. Bagaimana Jeong Soon bisa tahu, bukankah suaminya itu seorang Kaisar.

Jeong Soon juga ikut duduk di samping In Hyun lalu rebahan di sandaran kursi sambil memejamkan kedua matanya.

Bibirnya seketika tersenyum kala merasakan kepala In Hyun bersandar di dadanya.

"Apa kau lelah, Paduka?"

"Lelah, pastinya."

"Kalau begitu, istirahatlah. Aku akan memeriksa dulu, apakah ada air hangat untuk kita mandi-"

"Jangan pergi dulu," cegah Jeong Soon sambil menarik tangan In Hyun lalu memeluk tubuh istrinya itu dengan kedua mata masih tertutup.

"Tapi, tubuhku terasa lengket sekali sepanjang perjala-"

"Sssttthh," Jeong Soon menghentikan ucapan In Hyun. "Sejenak saja, aku sudah sangat merindukan saat-saat seperti ini ketika di ...(Joseon)." Saat dia mengatakan Joseon. Seperti biasa, tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

In Hyun mengerti apa yang Jeong Soon maksudkan. Sebenarnya, ia juga sangat rindu saat-saat berdua saja dengan suaminya, apalagi jika memandang sekitar di balkon istana baru. Di Joseon dan kini di zamannya itu dia tetap istrinya. Dia pun semakin mempererat pelukannya.

Tak terasa. Karena saking kelelahan. Keduanya tertidur di sofa itu.

Sehingga hari mulai terang.

Jeong Soon baru membuka kedua matanya sembari mengembuskan napasnya dalam-dalam. Saat dia hendak bergerak, ternyata In Hyun masih berada di atas dada kirinya. Lagi-lagi bibirnya tersenyum, tangan kanannya yang bebas menyingkirkan rambut yang setengah menutupi wajah istrinya itu.

Betapa beruntung diriku, karena telah dipertemukan lagi di kehidupan ini. Meskipun aku tak tahu, akan bertahan berapa lama aku di sini. Yang pasti, selama aku bisa berada di sisimu. Akan aku pastikan kalau kau akan selalu bahagia, Permaisuriku.

Perlahan dia melepaskan pelukan In Hyun-- beranjak dari duduknya kemudian membungkukkan badannya untuk mengangkat tubuh In Hyun dengan sangat perlahan karena takut untuk membangunkannya.

Dia berjalan menuju ke pintu dekat dapur. Ternyata hanya ruang tempat makanan dan minuman. Balik lagi ke arah sebaliknya, melewati lorong yang terbuat dari kaca di sepanjang jalan menuju ke kamarnya. Di luar jendela yang tak tertutup gorden itu terlihat jelas hamparan pasir putih dan juga deburan ombak di pagi hari.

Karena ketika di zamannya. Dia tak pernah melihat laut. Maka, kedua matanya selalu terpesona melihat pemandangan menakjubkan itu.

Akhirnya dia menemukan kamar tidur yang tak tertutup pintunya sehingga dengan mudahnya dia masuk ke dalam kamar dengan In Hyun di gendongannya.

Seperti tadi. Perlahan dia membaringkan tubuh In Hyun lalu menyelimutinya. Setelah mengecup sekilas kening istrinya itu. Ia pun bergegas menuju ke kamar mandi di kamar itu.

Hari sudah menjelang siang.

In Hyun mulai membuka kedua matanya, mengerjapkannya pelan sambil mengumpulkan semua kesadarannya. Kedua matanya merasa silau melihat cahaya matahari masuk lewat jendela kamar tersebut.

Saat itu dia baru sadar dan teringat kalau itu bukan di kamarnya atau di kamar mansion Kim. Tapi, mereka kini berada di pulau terpencil di antara pulau-pulau lain sekitarnya.

In Hyun bangun lalu duduk di tempatnya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Dekorasi kamar itu sederhana tetapi terlihat mewah.

Ckleekkk...

"Nghh?" mendadak dia menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka. Tak berapa lama, muncul Jeong Soon dari kamar mandi dengan rambut basah dan sehelai handuk yang hanya menutupi setengah tubuhnya.

In Hyun membulatkan kedua matanya melihat dada Jeong yang tak memakai baju serta hanya belitan handuk menutupi bagian bawahnya. Otot-otot kekarnya benar-benar terlihat sangat jelas membuatnya langsung merona dan mendadak memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ke-kenapa kau tak memakai pakaianmu?" tanya In Hyun gugup. Meski dia pernah melihatnya ketika di Joseon. Namun, di sana dia baru melihatnya lagi. Ia malu seolah mereka belum pernah menikah sebelumnya.

Jeong Soon malah tersenyum geli melihat tingkah In Hyun yang masih mengaggapnya orang asing. "Tadi aku lupa kalau tas kita masih ada di ruang depan. Jadi, aku terpaksa memakai handuk ini." Jawaban terpaksa itu seolah dikatakan dengan senangnya sembari sengaja mendekati In Hyun lalu berdiri di pinggir ranjang tepat di hadapannya.

In Hyun langsung saja menutup kedua matanya karena malu sambil memalingkan ke arah lain lagi.

Jeong Soon mengecup pundak kepala In Hyun. "Mandilah, aku akan segera mengambil tas kita." Ia melangkah keluar meninggalkan In Hyun di sana.

In Hyun memegang dadanya lega. Setelah melihat Jeong Soon pergi hanya dengan berbalut handuk. Ia langsung terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi.

Seusai mandi, In Hyun melihat tas kopernya ada di sana. Namun, ketika dibuka. Semua isinya hanya baju tidur berbahan tissu, sutra dan juga ada yang sangat transparan, pendek dan panjang, beberapa pakaian santai dan beberapa gaun.

"Apa-apaan ini? Ke-kenapa semua pakaianku seperti ini. Pasti ini semua ulah kak Yoon Ha." Terkanya sambil mengangkat dan membolak-balik underwear.

Akhirnya ia memilih pakaian berlengan pendek dan rok untuk ke pantai.

Setelah berpakaian.

In Hyun berjalan mencari Jeong Soon. Namun, sudah mengelilingi seluruh rumah, tak menemukannya juga. Di ruang depan, di dapur bahkan di manapun juga.

Ketika melangkah hendak keluar, ia terpaku di ambang pintu. Dilihatnya Jeong Soon tampak sibuk menyiapkan sarapan tepat di bawah pohon rindang di atas pasir pinggir pantai tak jauh dari Villa.

Bibirnya seketika tersenyum. Bukan dia yang menyiapkan sarapan di hari pertama pernikahan mereka. Malah suaminya itu yang semakin memanjakannya.

Jeong Soon membalikkan tubuhnya lalu tersenyum melihat In Hyun berdiri di sana menatapnya. Ia memanggil In Hyun dengan gerakan tangannya.

In Hyun melangkah lagi mendekatinya. Ketika sampai di dekat meja. Mendadak Jeong Soon memeluk pinggangnya. "Selamat pagi, sayang." Ia mengatakan sayang karena nasihat kakaknya. Jangan terlalu kaku dengan wanita karena wanita itu ingin selalu dimanja. Meski dia sendiri masih canggung dan kaku saat memanggil sayang, tapi saat mengingat bagaimana mereka melewati hari-hari di Joseon ketika pengantin baru. Di saat itu dia baru sadar dan takkan menyia-nyiakan lagi kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya.

※♚♥♡🎎♡♥♚※

**°°______TBC______°°**







😁😁jangan tanyakan kapan PDKT up.. Kan udh saya katakan harus adil.. Jika ide nyangkol di sini ya akan mengetik bagian ini. Jika di PDKT ya akan mengetik bagian itu..

Dan untuk yk menantikan Neigbour.. Itu udh saya ketik 70%.. Tapi entah kenapa ketika app error ilang. Jadi harus ngetik ulang 😢

Makasih untuk yk masih suka Sequel KOJ ini.. 😁😁

Gomawoyo.

Up*20~03~2019

By* Rhanesya_grapes 🍇


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top