SoL ~35~ Wedding.
~*°______SOL______°*~
Keesokan sorenya.
Semuanya tampak sibuk di sebuah gedung pernikahan.
Yumi yang sudah bisa berjalan meski masih menggunakan tongkatnya pun duduk di ruang rias pengantin. "Apakah kamu sudah siap?" tanyanya senang kepada In Myun yang duduk di depan cermin meja rias. Bibirnya memang tersenyum, tetapi kedua matanya meneteskan air mata kebahagiaan melihat In Myun sudah memakai pakaian pengantin.
"Pastinya Eomma. Namun, jantungku masih berdetak kencang dari tadi malam." Jawab In Myun.
Yumi masih tersenyum penuh haru. "Aku tak menyangka kalau anakku akan menikah secepat ini."
"Aku juga, Eomma." Jawab In Myun berusaha menahan air matanya.
Seorang wanita yang membawa dua buket bunga masuk ke dalam. "Maaf, kemana pengantin satunya lagi?" tanyanya mencari-cari gadis yang tadi bersama mereka, tapi kini malah tak ada di ruangan tersebut.
In Myun dan Ibunya mengembuskan napasnya.
"Ketuk saja pintu toilet. Dia dari tadi bolak-balik ke sana." Tunjuk In Myun ke pintu toilet.
Yumi terkekeh kecil. "Dia kalau gugup, pasti akan bolak-balik ke kamar kecil."
Benar saja. In Hyun malah duduk termenung di atas toilet yang tertutup dengan gaun pengantin putih. "Ke-kenapa aku harus langsung menyetujuinya? Apakah aku sudah gila? Namun, ketika dia mengatakan lamaran itu. Aku benar-benar mati kutu dan malah langsung mengangguk dengan bodohnya." Rutuknya mengingat kejadian semalam.
**Flashback**
Setelah makan malam bersama.
Sun Hi dan Euna diantarkan ke rumah masing-masing oleh sopir Jeong Soon.
Sementara In Hyun, In Myun bersama dengan Ibunya diantar oleh Jeong Soon dan Sin Wan.
In Myun dengan Ibunya semobil bersama dengan Sin Wan. In Hyun dan Jeong Soon bersama dengan sopirnya.
In Hyun mengernyitkan keningnya kala melihat kalau jalan itu bukan jalan menuju ke kontrakan Yul Hana. "Sebenarnya, kita mau ke mana?" tanyanya aneh. Bukankah dia bilang kalau Ibunya untuk sementara waktu akan tinggal di apartemen yang berada di pusat kota dekat kontrakan Hana. Tapi, jalanan yang mereka lalui adalah jalan menuju ke kampusnya.
Jeong Soon hanya tersenyum tipis. "Nanti kau juga akan mengetahuinya." Jawabnya santai.
Setelah beberapa lama. Mobil Sin Wan yang ada di depan berhenti tepat di jalan yang sudah tak asing lagi bagi mereka, yaitu jalanan depan rumah lama.
Rumah mereka tampak gelap semua. In Hyun menurunkan sebelah alisnya. Kenapa mereka berhenti di sana?
"Turunlah." Ajak Jeong Soon.
Semuanya turun. Tak berapa lama, lampu rumah mereka menyala menampakan rumah yang berbeda.
In Hyun, In Myun dan Ibunya membelalakkan matanya melihat kalau rumah mereka sudah berubah, direnovasi dengan sedemikian rupa. Bahkan tangga rumah mereka yang berada di luar sudah tak ada.
"Masuklah." Ucap Jeong Soon sembari menggenggam tangan In Hyun.
Sin Wan mendorong kursi roda Ibu Yumi lalu sopir yang membukakan pintu pagar.
In Hyun masih menatap Jeong Soon dengan perasaan aneh. Bagaimana bisa dia tahu kalau itu adalah rumah mereka yang terbakar. Namun, sekarang terlihat menjadi baru kembali bahkan lebih Bagus dari sebelumnya karena dua tingkat rumah yang berbeda dan terpisah. Menjadi bersatu dan semakin terlihat besar.
"Apa kau yang-"
"Sssthhh!" Jeong Soon menghentikan ucapan In Hyun. "Masuklah." Ajaknya sembari menggenggam tangan In Hyun.
Di dalam rumah benar-benar sudah direnovasi dan dipenuhi dengan barang-barang baru.
Yumi bisa berdiri. Dengan tertatih-tatih dan dibantu berjalan oleh In Hyun. Ketiganya melihat-lihat seluruh isi rumah.
Setelah ketiganya berkeliling melihat kamar dan juga setiap ruangan atas bawah. Semuanya mengucapkan terima kasih kepada Jeong Soon dan Sin Wan yang duduk menunggu di ruang tamu.
Ternyata malam itu, Sin Wan langsung melamar In Myun. Yang lebih mengagetkan lagi, kalau In Hyun juga dilamar oleh Jeong Soon. Dan mereka akan melaksanakan pernikahan mereka besok hari.
Saat ini. Sin Wan dan Jeong Soon berlutut meminta restu Bibi Yumi.
"Nyonya In. Maafkan atas kelancangan saya melamar dadakan seperti ini. Tetapi, saya sudah memikirkan matang-matang dan tak mau kehilangan atau menunda lagi. Saya sangat menyayangi dan juga mencintai anak gadis Nyonya. Saya harap Nyonya mau menerima lamaran saya." Ujar Jeong Soon menunduk di dalam berlututnya seperti lamaran ketika di zaman Joseon.
"Saya juga Nyonya. Meskipun saya bisa dibilang baru mengenal anak pertama Nyonya. Tetapi, saya sungguh ingin menghabiskan sisa hidup saya bersama dengan Nona In Myun. Jadi, apakah Anda benar-benar merestui pernikahan kami?" tanya Sin Wan takut-takut kalau saat itu ditolak dengan berbagai alasan.
Bibi Yumi hanya menghela napasnya dalam-dalam. "Saya baru sembuh dan-"
"Eomma," In Myun hendak protes, tetapi dihentikan dengan isyarat tangan Yumi.
In Myun dan juga In Hyun hanya bisa diam menunduk.
Bibi Yumi meneruskan perkataannya yang terpotong tadi. "Saya juga sudah memutuskan akan merestui pernikahan kalian. Jadi, kapan peresmiannya?"
"Besok," jawab Jeong Soon cepat dan penuh keyakinan.
"Saya juga setuju. Besok kami akan menikah." Sambung Sin Wan.
"Ber-bersamaan?" In Hyun mengerjap tak percaya akan menikah di hari yang sama dengan kakaknya.
"Bangunlah dan duduklah." Bibi Yumi menyuruh keduanya duduk di samping In Hyun dan In Myun.
"Ke-kenapa secepat itu? A-aku belum menyiapkan segalanya." Kata In Myun gelagapan. Dia mengira kalau besok adalah hari lamaran, tunangan dulu lalu beberapa bulan ke depan baru menikah.
In Hyun juga ingin protes. Kenapa dadakan sekali?
Jeong Soon langsung membisikan sesuatu. "Kita harus meresmikan lagi pernikahan kita."
Kata-kata itu membuat In Hyun tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Apa kau setuju atau keberatan?"
In Hyun langsung saja menganggukkan kepalanya.
In Myun juga bertanya pada Sin Wan. Bagaimana bisa mereka melakukan pernikahan besok hari? Persiapannya saja harus beberapa hari pastinya dan juga dia belum mengundang teman-temannya.
Sin Wan hanya menjawab. Semuanya sudah diatur oleh Jeong Soon. Masalah teman-temannya. Besok pagi dia yang akan mengantarkan undangan pada para sahabat In Myun dan juga In Hyun.
Karena tak ada lagi yang akan dijadikan alasan penolakan mereka. Akhirnya keduanya setuju dan menerima lamaran Sin Wan dan Jeong Soon.
**Flashback off**
Yumi kini menatap In Myun dengan kedua mata yang masih berkaca-kaca. Tak menyangka kalau dia akan melihat pernikahan kedua anak gadisnya pada hari yang sama.
Knockk... knock...
"Nona, apa Anda di dalam?" tanya wanita yang membawa bunga tadi.
"Ne, aku di dalam." Jawab In Hyun. Di dalam hatinya, kenapa dia selalu saja tak menyangka kalau pernikahannya akan secepat itu? Entah di Joseon atau kini di zamannya. Selalu saja mendadak seperti itu.
Datang lagi wanita yang lain. "Maafkan saya. Kedua mempelai wanita, harap segera keluar. Semuanya sudah menunggu di aula utama."
In Hyun yang mendengarnya membulatkan matanya. Semakin panik dan gugup.
"Hyun-yya. Cepat keluar, apa kau tak enak badan atau sakit perut?!" tanya In Myun khawatir.
"Aniya. Aku tak apa-apa dan aku sudah siap." Jawab In Hyun langsung membuka pintu. Nyengir lebar menampakkan gigi-giginya yang putih.
In Myun mengembuskan napasnya lega. Dia juga sebenarnya gugup. Tapi, mau bagaimana lagi. Berusaha bersikap tenang dan tak terlalu mencolok seperti kegugupan In Hyun.
"Ayo, kalian berdua. Kenapa malah pada bengong di sana?" goda Bibi Yumi.
"Hehe." Keduanya senyum secara bersamaan sambil mengembuskan napasnya pelan.
In Hyun dan In Myun berjalan beriringan sambil menggenggam sebuket Mawar. Milik In Hyun Pink Rose. Sementara milik In Myun Red Rose.
Aula utama pernikahan pun sudah dihias dari tadi pagi. Bunga-bunga masih segar menjuntai dan juga menghias seluruh ruangan. Tamu undangan sudah datang satu per satu termasuk In Yurika sekeluarga. Bahkan Nam Suuk yang tak mau datang pun dipaksa datang dengan alasan, jika tak datang, berarti dia masih mencintai In Hyun.
Dia datang bukan karena tak mencintai In Hyun. Bahkan dia masih mencintainya, sangat mencintainya. Akhirnya dia mencoba untuk menegarkan hatinya dan juga mencoba untuk selalu terlihat tenang.
Keluarga Lin Chia ternyata salah satu partner kerja perusahaan Tuan Kim. Jadi, mereka juga datang pastinya dengan tunangannya, Soo-jin.
Jeong Soon berdiri di depan pendeta dengan Sin Wan. Sesekali dia membenarkan dasi kupu-kupu yang terasa menyesakkan dadanya. Bagaimana tidak, masih teringat pernikahannya waktu di Joseon membuatnya tersenyum tipis.
Dia juga teringat tentang tadi pagi. Meminta izin kepada Ayahnya dan juga menyuruh sopir menjemput nenek Kim di Busan.
Awalnya Ayahnya sedikit keberatan. Kenapa mendadak sekali, Jeong Soon hanya menjawab dengan singkat kalau dia mencintai In Hyun dan tak mau kehilangannya.
Akhirnya. Demi kesehatan anaknya itu, Tuan Kim merestui mereka. Apalagi itu adalah pertama kalinya, Jae Woon langsung menemuinya dan memintanya dengan sangat agar menghadiri hari bahagianya.
Biasanya. Hari apa pun Jae Woon melupakannya atau sengaja melupakannya karena masalah masa lalu mereka. Tapi, karena Jae Woon hilang ingatan. Maka dia bersyukur telah dekat lagi dengan anak keduanya itu.
Ketiga sahabat sekaligus kerabatnya juga sudah datang. Yoon Ha bersama dengan suaminya Shige Kazu sudah duduk paling depan dengan Ayah dan neneknya.
Ji Hoon duduk di meja lain bersama dengan Hwan Ki, Dae Chung dan Han Cho.
Yumi duduk bersama dengan keluarga Sun Hi dan Euna. Kedua sabahatnya masih tak percaya, kenapa pernikahan mereka dadakan seperti itu? Bukankah semalam mereka baru saja berkumpul bersama tanpa membicarakan sedikitpun tentang pernikahan. Apakah mereka sengaja membuat kejutan untuk semua orang?
Sepertinya, waktu Jeong Soon pertama kali mengumumkan kalau In Hyun tunangan atau akan bertunangan dengannya. Mereka memang sudah menjalin hubungan dan sudah merencanakan akan menikah.
Ketika seorang pria mengumumkan kalau kedua mempelai wanita sudah tiba. Jeong Soon dan Sin Wan mulai menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskan napasnya pelan.
Yang pertama datang adalah In Myun. Wajahnya ditutupi tudung pengantin dengan sebuket bunga di kedua tangannya. Setelah dia sampai dan berdiri berdampingan dengan Sin Wan. Datang In Hyun berjalan dengan canggung dan gugup.
Jeong Soon tak berkedip sedikitpun melihat In Hyun memakai gaun putih dengan penutup kepala. Sebuket Rose Pink di tangannya menambah betapa anggunnya istrinya itu. Lamunannya sedikit menerawang jauh ke Joseon yang dimana In Hyun dan dirinya memakai pakaian merah ala Kerajaan atau Korea zaman dulu. Tapi sekarang, dia memakai jas hitam dan kemeja putih, sementara In Hyun gaun putih.
Lamunannya buyar seketika kala pinggir lengan In Hyun menyenggolnya sedikit. Dengan nada pelan. "Kenapa melamun, Paduka?"
"Akh, tak apa. Aku hanya sedang melamunkan hari yang sama dengan hari ini." Ujar Jeong Soon.
In Hyun tahu apa maksudnya. Hari pernikahannya waktu di Joseon. Ia juga masih mengingatnya dengan jelas, setiap kenangan yang dilalui di sana.
"Apa kalian sudah siap?" tanya pendeta di sana.
Keempatnya mengangguk.
Semuanya tampak tegang sekaligus bahagia melihat pernikahan mereka. Itu adalah pertama kalinya, adik dan kakak menikah di hari yang sama.
Nam Suuk duduk tampak tenang. Namun, diam-diam meremas celananya dengan erat karena masih belum percaya kalau In Hyun menikah dengan pemuda itu. Kenapa dan ada apa? Bahkan gosip tentang pertunangan yang akan mereka selenggarakan tidak pernah terjadi. Kini mereka malah hendak menikah.
Apakah dia sudah tak punya lagi kesempatan? Ataukah dia tak boleh menyerah untuk mendapatkan In Hyun, meski dengan cara kotor dan juga segala cara untuk memisahkan mereka berdua.
Lamunannya buyar seketika kala pendeta mulai bertanya pada In Myun dan Sin Wan. Setelah itu kepada Jeong Soon dan In Hyun. Lalu, keempatnya mengucapkan janji suci secara bersamaan.
Pendeta tersenyum sembari mengucapkan kalau mereka resmi menjadi suami istri. "Kalian boleh mencium pengantin wanita masing-masing."
Akhirnya, zaman itu juga. In Hyun resmi menjadi istrinya.
Jeong Soon melihat Sin Wan membuka penutup kepala In Myun. Dia pun melakukannya. Ratusan tahun memang telah merubah adat. Dulu membuka tudung kepala saat berada di dalam kamar pengantin. Tapi kini, saat resmi menjadi suami istri, sudah boleh membuka penutup wajah.
Sin Wan dan In Myun berciuman bibir. Sementara In Hyun malah menunduk malu, Jeong Soon tahu kalau dia malu dan hanya mengecup kening serta pipinya.
Nam Suuk tersenyum samar. Dia mengira mungkin In Hyun terpaksa menikah dengan pemuda Kim itu, buktinya, dia tak mau mengecup bibirnya meski sudah resmi menjadi suami istri.
Acara dilanjutkan dengan ucapan selamat pada kedua pasang mempelai, lempar bunga. Makan-makan dan berdansa.
Bunga In Hyun didapatkan oleh Euna. Dan bunga In Myun didapatkan oleh Lin Chia.
Kini Jeong Soon berdiri bersama dengan ketiga sahabatnya sambil minum-minum.
"Yah, Jae Soon. Kau benar-benar membuat kami hampir mati berdiri." Goda Dae Chung.
"Iya. Kau benar Dae. Jika kita tak tahu kalau dia hilang ingatan, sudah pasti kita akan terkena serangan jantung dadakan." Tambah Hwan Ki.
"Aigoo, kalian berdua. Bilang saja kalau kalian kalah dengannya. Bukankah dulu kalian taruhan. Siapa yang menikah duluan adalah pemenangnya, maka yang kalah harus mengabulkan satu permintaan yang menang." Ujar Han Cho.
"Kau benar. Kami hampir saja melupakannya." Kata Hwan Ki baru mengingat masa SMA mereka yang mengeluarkan taruhan itu.
"Sekarang. Cepat katakan, apa yang kau minta dari kami?" tanya Dae Chung.
Jeong Soon menurunkan sebelah alisnya. "Apakah tidak bisa menunggu nanti. Sekarang, mana bisa aku berpikir di hari pernikahanku ini." Ucapannya terlihat serius tetapi tersungging senyuman di bibirnya.
Ketiganya malah saling menatap.
"Baiklah, kami akan mengabulkan satu permintaan dulu. Dua lainnya akan menyusul nanti." Hwan Ki memberikan dua kunci penginapan di pulau pribadi milik keluarganya.
Sebenarnya, keluarga Kim juga punya pesawat pribadi dan juga pulau-pulau pribadi. Namun, dulu Jeong Soon sempat protes pada ketiganya, jika dia yang menikah duluan. Maka harus meminjamkan pulau pribadi mereka selama seminggu untuk bulan madu, karena merasa bosan dengan pulau milik keluarganya.
"Kunci? Untuk apa?" tanya Jeong Soon tak langsung menerimanya.
Hwan Ki membisikkan sesuatu membuat Jeong Soon mengernyitkan keningnya, seketika kedua pipinya merona membuat Dae Chung dan Han Cho terkekeh geli melihatnya.
Sesekali, Jeong Soon melirik pada Nam Suuk dan Yurika serta pada Soo-jin dan Lin Chia. Kedua pasangan itu terlihat geram melihat kebahagiaan In Hyun. Sudah aku katakan, Nam Suuk. Kau akan membayar mahal apa yang telah kau lakukan pada istriku. Dan permainan kita sekarang sudahlah dimulai. Batinnya menyeringai.
In Hyun mengobrol juga bersama dengan Sun Hi dan Euna. Sementara In Myun bersama dengan Yoon Ha dan yang lainnya.
"Hyun-yya. Bagaimana bisa selama ini kau begitu tenang-tenang saja. Padahal kalian sudah merencanakan akan menikah hari ini." Protes Sun Hi. Tadi pagi ketika di kampus, dia hampir saja melompat kaget mendapat undangan dari keluarga Kim. Dan yang paling mengagetkan adalah, ada nama In Hyun.
"Kau memang teman yang kejam." Kata Euna pura-pura marah.
In Hyun mengerucutkan bibirnya sambil memeluk Sun Hi dan Euna secara bersamaan. "Aish. Ternyata dua sahabatku bisa marah juga."
"Yah, kau pikir kami takkan marah." Kata Sun Hi masih terlihat kesal.
"Sudahlah, Sun-yya. Jangan hancurkan hari bahagia ini." Bujuk Euna.
Sun Hi langsung nyengir. "Hehe, mianhae. Aku hanya bercanda." Ucapnya sambil memeluk In Hyun dengan erat.
In Hyun memeluk lagi keduanya dengan sangat erat. "Gomawo. Selama ini kalian selalu ada di sampingku saat aku membutuhkan."
"Itulah gunanya teman." Jawab Sun Hi terharu.
"Tapi, kenapa Profesor Sang-ji tidak datang?" tanya In Hyun berharap kalau dosennya itu datang juga.
Sun Hi mengembuskan napasnya. "Tadi setelah kelas selesai. Ada seseorang yang menyusulnya dari Busan. Jadi, di terpaksa tak bisa menghadiri pernikahan kalian. Hanya titip salam dan selamat saja."
"Ahh, aku mengerti." Kata In Hyun menghela napasnya dalam-dalam.
Yurika melirik pada Nam Suuk yang tampak tenang sekali. Merasa aneh, kenapa Nam Suuk diam terus dari tadi? "Kita belum mengucapkan selamat pada mereka. Sebelum pulang, kita ucapkan dahulu." Ajaknya sembari menggandeng tangan Nam Suuk, sengaja ingin melihat reaksi suaminya itu.
"Iya, sudah seharusnya kita mengucapkan selamat." Nam Suuk menyetujuinya membuat Yurika dan Lin Chia merasa heran. Apakah benar kalau Nam Suuk sudah tak mencintai In Hyun. Hal itu membuat Yurika merasa senang dalam hati, tanpa tahu apa yang selama ini direncanakan oleh suaminya itu.
Paman dan Bibi In Hyun atau lebih tepatnya kedua orang tua Yurika menghampiri Bu Yumi. "Selamat kakak ipar. Tak disangka kalau jodoh In Hyun adalah anak dari keluarga Kim." Nada bicara Ayah Yurika seolah mengandung ejekan dan juga merendahkan.
"Memang tak disangka. Ketika dia koma dan kini Anda juga baru terbangun dari koma dan baru sembuh, langsung melaksanakan pernikahan mereka." Kata Ibunya Yurika, ada nada sirik di hatinya.
Dulu mereka sempat hendak menjodohkan Yurika dengan Jae Woon. Tapi, baru saja mengutaran niat mereka. Tuan Kim sudah menolaknya dengan alasan, kalau dia tak mau memaksa anaknya menikah dengan gadis yang tak dicintainya.
Kini mereka tahu kalau anak kedua Tuan Kim pasti sangat mencintai keponakan mereka yaitu In Hyun. Buktinya, langsung saja menikahinya tanpa sepengetahuan mereka. Kapan dan bagaimana ceritanya, In Hyun bisa mendapatkan anak miliarder Kim.
Yumi tersenyum ramah seperti biasa "Terima kasih banyak atas kedatangan kalian." Namun, dalam hati kecilnya berkata. Takdirlah yang menentukan semuanya. Tuhan pula-lah yang menyatukan mereka. Masih teringat akan ketamakan dan juga perkataan kasar serta sadis mereka pada keluarga kecilnya, terutama kepada mendiang suaminya.
Yurika, Nam Suuk, Lin Chia dan Soo-jin mengucapkan selamat kepada In Hyun dan In Myun.
In Hyun juga mengucapkan terima kasih kepada mereka. Ya. Untuk sejenak saja, dia ingin melupakan perlakuan kasar serta permusuhan mereka.
Yurika tersenyum sinis melihat In Hyun. Jangan harap kalau mereka akan hidup bahagia, dia bisa merebut Nam Suuk. Dengan cara yang sama, dia pasti akan menghancurkan rumah tangganya dengan Kim Jae Soon.
Nam Suuk mengulurkan tangannya. Namun, saat In Hyun hendak menerima uluran tangannya. Jeong Soon merangkul pinggangnya dan dia lah yang bersalaman dengan Nam Suuk. "Gomasseumnida. Saya bersama istri saya mengucapkan terima kasih banyak atas kedatangan kalian semua memenuhi undangan kami."
Nam Suuk benar-benar geram. Tiap kali, pemuda itu menghalangi jalannya untuk berdekatan dengan In Hyun. Ia menatap tangan Jeong Soon yang menggenggam erat tangannya.
Jeong Soon benar-benar tak mau kalau istrinya disentuh oleh Nam Suuk dan jangan harap bisa menyentuhnya lagi.
Nam Suuk segera menarik tangannya sambil terpaksa tersenyum.
Hwan Ki terkikik. Secepat kilat, Jeong Soon sudah pergi meninggalkan mereka, menghampiri istrinya.
Dae Chung dan Han Cho juga menggelengkan kepalanya. Bukankah mereka barusan sedang berbincang. Tak disangka kalau Jeong Soon sangat cemburu melihat In Hyun dekat dengan lelaki lain, ya sebut saja dekat dengan mantan pacarnya.
"Hyun-ah. Kami pulang dulu." Kata Yurika berubah baik. Padahal semuanya juga tahu kalau itu hanya sandiwara belaka.
In Hyun hanya menggerakkan kepalanya sambil tersenyum canggung.
Setelah berbasa-basi mengucapkan selamat. Semuanya pulang.
"Jae Soon." Panggil Tuan Kim dan juga nenek Kim.
"Saya akan ke sana dulu." Ucap Jeong Soon pada In Hyun dan semuanya.
In Hyun mengangguk. Lalu mengobrol lagi dengan Sun Hi dan Euna.
Jeong Soon masuk ke dalam sebuah ruangan pribadi di gedung pernikahan itu.
Nenek Kim memeluknya dengan sangat erat. "Ahh, akhirnya cucuku menikah juga."
Jeong Soon mengusap punggung neneknya itu. "Apa kau bahagia nenek?" tanyanya sembari masih memeluk nenek Kim.
"Tentu saja," jawab nenek Kim. "Akhirnya cucu keduaku menikah dan hanya tinggal si kecil Ji Hoon. Mudah-mudahan aku masih bisa melihat pernikahannya dan juga melihat anak-anak kalian."
Jeong Soon melepaskan pelukannya. Lalu berjalan mendekati Tuan Kim. "Abeoji. Gomasseumnida. Atas semuanya."
"Aku yang sangat berterima kasih padamu karena telah mengundangku ke hari bahagiamu ini." Kata Tuan Kim.
"Anda adalah Ayah saya. Sudah pasti saya akan selalu membagi kebahagiaan bersama." Jawab Jeong Soon, teringat kepada mendiang Ayahnya, Kaisar Goryeo.
Tak terasa, hari sudah malam.
Para tamu juga sudah pulang semuanya. Terkecuali para sahabat dan juga kerabat dekat. Tuan Kim juga sudah pulang setelah berbicara dengan Jeong Soon. Nenek Kim juga pulang ke mansion Kim.
In Hyun dan In Myun disuruh ganti dengan pakaian biasa. Keduanya menunggu suami masing-masing yang masih berada di kamar ganti.
Tak berapa lama. Jeong Soon dan Sin Wan sudah berganti pakaian untuk bepergian.
"Sebenarnya kita mau pergi ke mana?" tanya In Hyun aneh. Kenapa mereka tak langsung pulang saja dari gedung menuju ke rumah atau kalau bisa ke kamar lamanya.
"Kejutan." Jawab Sin Wan tersenyum melirik Jeong Soon.
In Hyun dan In Myun saling menatap sekilas. Kejutan apa lagi yang telah mereka siapkan?
※♚♥♡🎎♡♥♚※
***°_____TBC_____°***
😊✌mau revisi dari tadi terus up malah ketiduran.
Baru selesai masih hangat ya.. Gmn?? Apakah mau cepet tamat atau mau diperbanyak dulu chap'y?? 😁😁
Gomawo.. 😊😊
Up* 13~03~2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top