SoL ~32~ Gyeong-gi Seutateu.
~*°_______SOL_______°*~
In Hyun mengernyitkan keningnya melihat Jeong Soon terpaku menatap ke belakangnya. "Ada apa?" tanyanya heran.
Jeong Soon menggelengkan kepalanya sembari membuang pandangannya ke arah lain.
In Hyun menoleh ke belakang. Ia tak melihat Nam Suuk yang keburu membalikkan badan membelakanginya. Mengira kalau Jeong Soon memperhatikan dua anak kecil yang sedang bercanda. Mendadak muncul sebuah ide di benaknya. Di saat Jeong Soon tengah duduk sambil meminum sikhye. Ia menarik handuk kecil yang ada di pundak Jeong Soon lalu berlutut di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jeong Soon sedikit mendongak seperti seorang anak kecil yang diam saja menerima perlakuan In Hyun saat membelitkan handuk kecil itu ke kepalanya.
In Hyun hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Jeong Soon. Setelah beberapa lama. "Selesai," ucapnya sembari nyengir.
Jeong Soon mengernyit sambil meraba kepalanya yang sudah terpasang handuk yang dibentuk seperti kepala domba atau Sheep head. "A-apa apaan ini?" tanyanya aneh. Ia menoleh ke arah Sin Wan yang tertawa kecil.
In Hyun menyalakan kamera di ponselnya agar menjadi cermin bagi Jeong Soon. "Bagaimana kalau kita selfie bersama."
"Se-Selfie?" Jeong Soon aneh mendengar nama itu.
In Hyun meralatnya. "Berfoto bersama." Ucapnya sembari mengarahkan kamera handphonenya lalu merapatkan pipinya ke pipi Jeong Soon.
Jeong Soon malah menampang wajah datarnya melihat wajahnya ada di handphone In Hyun.
In Hyun menghela napasnya cepat. Ia pun berbisik. "Paduka, tersenyumlah. Anggap saja ini lukisan kita berdua."
Jeong Soon mengangguk pelan lalu mau berfoto bareng In Hyun. Ia menjadi ingin tertawa saat melihat tampangnya yang terlihat lucu dengan handuk mirip tanduk domba di kepalanya itu.
In Myun lagi-lagi tersenyum melihat tingkah laku keduanya.
In Hyun menjulurkan lidahnya diikuti oleh Jeong Soon. Beberapa foto diambilnya dengan berbagai pose.
"Apa aku telihat bodoh dengan handuk seperti ini?" tanya Jeong Soon.
In Hyun terkikik. "Tentu saja tidak," ia menyatukan keningnya dengan kening Jeong Soon. Menatap dalam kedua manik mata pria yang sangat dicintainya itu sembari tersenyum. Lalu digesekkan hidungnya dengan hidung Jeong Soon. "Bagaimanapun penampilanmu, kau tetap tampan di mataku."
"Benarkah?" tanya Jeong Soon seolah tak percaya.
In Hyun mengangguk.
"Kenapa waktu itu (di Joseon) kau tak pernah memujiku?" tanya Jeong Soon aneh.
"Mmm," In Hyun tampak berpikir. "Akh, coba lihat. Foto kita terlihat lucu bukan." Ia melihat-lihat hasil fotonya. Padahal mencoba menghindari pertanyaan Jeong Soon karena dia juga tak tahu jawabannya kenapa waktu di Joseon tak pernah berani memuji ketampanan suaminya itu.
"Coba aku lihat." Jeong Soon mencoba merebut ponsel milik In Hyun tetapi In Hyun tak memberikannya karena foto Jeong Soon terlihat konyol dengan handuk berbentuk kepala domba itu. Akhirnya keduanya saling rebutan ponsel.
In Hyun menyembunyikannya di balik punggungnya dan Jeong Soon sangat penasaran dengan wajahnya di foto itu. Ia pun masih berusaha merebut handphone di tangan In Hyun.
"Kyaaa!" In Hyun terjatuh ke lantai karena terdorong oleh Jeong Soon bersama dengan Jeong Soon yang menahan tubuhnya.
Keduanya saling pandang dan tak sadar kalau posisi Jeong Soon berada di atas tubuh In Hyun dan semua orang kini melihat ke arah mereka.
"Ppsssttt," In Myun mencoba menyadarkan keduanya. Dengan nada pelan. "Yah, kalian berdua. Mesra-mesraannya nanti saja, jangan di sini."
"Aahh." Jeong Soon dan In Hyun kembali ke kesadarannya. Keduanya bangkit dari atas lantai. Kembali duduk di tempat masing-masing.
Pipi In Hyun merona seketika. Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya. "Huh panas."
"Tentu saja Hyun, ini kan di sauna." Goda Hana.
Semuanya tersenyum termasuk Jeong Soon yang menyeruput minumannya lagi sambil sesekali memencet handuk di kepalanya.
Di sudut ruangan. Nam Suuk tampak menggertakan giginya geram sembari mengepalkan kedua tangannya.
Datang Yurika dan Lin Chia yang baru selesai berendam.
"Ke mana Soo-jin?" tanya Lin Chia mengedarkan pandangannya mencari tunangannya.
Nam Suuk kembali melonggarkan kepalan tangannya. "Dia sedang ke kafe memesan makanan dan minuman." Jawabnya sembari pura-pura membaca buku yang dibawanya.
Yurika duduk di sampingnya. Sementara Lin Chia masih berdiri sambil mengedarkan pandangannya. Kedua matanya membulat melihat In Hyun bersama dengan Jeong Soon dan juga beberapa orang di sana. Ia duduk merapat pada Yurika lalu berbisik. "Yurika, ternyata musuh kita berdua juga ada di sini."
"Siapa?" tanya Yurika pelan karena tak mengerti.
"In Hyun dengan pacar miliunernya." Jawab Lin Chia geram.
"Kau yakin?" masih dengan nada pelan Yurika bertanya.
"Tentu saja."
Yurika pura-pura berdiri sambil membenarkan handuk kecil untuk duduknya. Ia menoleh ke arah In Hyun yang tampak bahagia dengan Jeong Soon. Di dalam hatinya menjadi ikut geram dan tak menyangka kalau pemuda itu benar-benar menjalin hubungan dengan In Hyun. Dia duduk kembali dengan kesalnya.
Datang Soo-jin melewati In Hyun dan Jeong Soon. Wajahnya merah karena marah, kalau saja tidak ada pemuda itu. Sudah pasti dia yang akan mendapatkan In Hyun. Ia duduk sembari menyodorkan makanan dan minuman pada Lin Chia, Yurika serta Nam Suuk.
Yurika merasa heran. Bagaimana bisa seorang Kim Jae Soon berada di tengah-tengah umum tanpa ada yang mengenalinya. Apakah mereka semua buta atau karena mereka sibuk dengan kebahagiaan masing-masing?
Dia melirik kepada tiga gadis yang sedang memperbincangkan tentang Ji Hoon dan juga ketiga saudara Jeong Soon yaitu Han Cho, Hwan Ki dan Dae Chung tepat di samping Lin Chia.
"Mereka tampan bukan." Gadis satu.
"Ya, kau benar. Sayang sekali aku jarang melihat satu lagi yang bernama Jae Woon." Gadis dua.
"Karena dia tinggal di Busan." Jawab gadis tiga.
"Kau salah. Aku mendengar kalau dia sudah pindah ke universitas di kota ini." Kata gadis satu.
"Mwo? Kenapa aku tak tahu?" tanya gadis tiga.
"Karena kau jarang sekali melihat berita-beritanya." Gadis satu menunjukkan video di ponselnya tentang Jeong Soon yang menggendong In Hyun ketika pingsan.
Gadis tiga memperhatikan video itu dengan sesekali melihat ke arah lain.
"Yah, kau melihat apa?" tanya gadis dua aneh.
"Wanita di video ini dan juga pemuda itu sangat mirip dengan dua orang yang ada di sana." Tunjuk gadis tiga ke arah In Hyun.
"Mungkin kau salah melihat." Jawab gadis satu tak percaya.
"Iya. Mana mungkin Kim Jae Soon ada di tempat seperti ini." Sanggah gadis dua.
Yurika menyeringai kala melintas pikiran jahat di otaknya. "Ehhmm," ia berdeham pada Lin Chia agar berganti tempat duduknya.
Lin Chia menurut saja berpindah tempat duduk dengannya. Nam Suuk yang masih sesekali melirik ke arah In Hyun semakin geram melihat keduanya yang tampak bahagia penuh canda dan tawa.
Perasaan Jeong Soon sudah tak enak dari tadi. Ingin rasanya dia mengajak In Hyun untuk segera pulang saja. Tetapi, melihat senyum di wajah In Hyun membuatnya tak tega merusak kebahagiaan In Hyun dengan kakaknya itu. Ia terus memperhatikan tingkah laku Nam Suuk tanpa tahu apa yang telah direncanakan oleh Yurika.
Jeong Soon melirik sepasang kekasih tak jauh darinya yang meminum sikhye satu gelas berdua. Satu sedotan bersama. Ia menoleh menatap minuman In Hyun yang masih banyak. "Yah,"
"Wae?" tanya In Hyun kaget.
Jeong Soon mencicipi lagi minumannya. "Minuman ini sudah berubah panas tidak dingin lagi."
Jonghun tersenyum. "Tuan, sudah pasti akan berubah menjadi panas karena suhu di sini yang membuatnya panas."
"Dia benar. Kalau berubah panas, aku akan membawa minuman yang baru yang masih dingin." Kata In Hyun.
"Tidak mau," tolak Jeong Soon.
"Wae... Wae?" tanya In Hyun aneh.
"Coba kau cicipi dulu minuman ini. Aku merasa panas atau mungkin lidahku saja yang kepanasan." Jeong Soon menyodorkan gelas minumannya pada In Hyun.
"Benarkah?" tanya In Hyun tak percaya.
Jeong Soon terus menyodorkan gelas minumannya pada In Hyun.
In Hyun menerima gelas lalu menyedot sikhye milik Jeong Soon. "Masih dingin. Panas apanya?" tanyanya aneh.
"Minum lagi, tadi aku merasa minumannya panas." Ujar Jeong Soon.
In Hyun menyedot lagi minuman itu sambil menoleh ke samping.
Tiba-tiba Jeong Soon merebut minumannya di tangan In Hyun karena hampir habis. "Sudahlah, mungkin memang perasaanku saja yang mulai kepanasan di sini." Ia langsung menyedot sedotan bekas bibir In Hyun sambil tersenyum tipis.
In Hyun menatap heran pada Jeong Soon. Kenapa sikapnya menjadi aneh seperti itu? Namun, ketika melihat sepasang kekasih yang saling menyuapi makanan dan berbagi minuman bersama membuatnya mengerti kenapa sikap Jeong Soon berubah menjadi aneh. Ia melirik curiga pada Jeong Soon yang pura-pura tak melihat pasangan itu. Ia tersenyum tipis. Begitu menggemaskan sekali sang Kaisar itu di zamannya.
Yurika mendekati tiga gadis yang tadi. Ia membisikkan sesuatu pada ketiganya. "Kalian tahu, pria dan wanita yang ada di sana memang Kim Jae Soon dan juga kekasih barunya yang ada di video itu,"
"Benarkah Nona?" tanya gadis satu hampir tak percaya. Selama ini tak ada yang bisa mendekati sang Kim Jae Soon atau melihatnya dari dekat.
Yurika mengangguk. "Kalian memang beruntung sekali bisa bertemu dengan anak kedua Kim yang selama ini tak pernah muncul di muka umum."
"Kyaaaa," ketiganya gemas dan girang mendengarnya.
"Kalau begitu, kita bisa minta foto bersamanya." Sahut gadis dua bangkit dari duduknya diikuti oleh kedua temannya lalu menghampiri In Hyun dan Jeong Soon.
Yurika tersenyum sinis dan puas. Sebagaimanapun, dia takkan membiarkan In Hyun terus tersenyum atau tertawa.
Jeong Soon mengerjap aneh melihat ketiga gadis berlarian ke arahnya.
"Sunbaenim. Apakah kau sunbae Jae Soon?" tanya gadis dua mendekati Jeong Soon.
"Si-siapa kalian?" tanya Jeong Soon aneh.
"Kami adalah penggemarmu, sunbae." Jawab gadis tiga.
Sin Wan bangkit dari duduknya. Sebentar lagi pasti keadaan akan berada di luar kendali.
In Hyun juga kaget melihatnya. Ia mundur mendekati kakaknya.
Benar saja. Semua orang yang tadi ragu pada Jeong Soon, mulai berhamburan mendekatinya. Mana mungkin mereka melewatkan bisa berfoto bersama dengan pemuda yang selama ini begitu misterius. Anak kedua dari Tuan Kim.
Sin Wan bergegas menarik Jeong Soon agar segera pergi dari sana. Begitu banyaknya orang yang mengerumuninya seperti wartawan yang melemparkan banyak pertanyaan padanya. Sampai Jonghun saja membantunya seperti seorang bodyguard untuk keluar dari situasi itu.
Jeong Soon tak bisa mendekati In Hyun. Jadi dia menyuruh Jonghun agar memberitahu In Hyun dan yang lainnya segera masuk ke loker dan pulang saja.
Jonghun segera mendekati In Hyun dan memberitahukan kalau mereka keluar saja dari sauna itu.
Saat berjalan ke arah lift dari kerumunan orang-orang itu. Jeong Soon melirik geram pada Nam Suuk yang berdiri melihat ke arah mereka. Ia juga melihat senyum puas dari Yurika. Yakin kalau semua itu perbuatan mereka yang menyebarkan siapa dia sebenarnya. Di dalam hatinya. Ternyata kalian memang ingin permainan kita segera dimulai. Baiklah, permainan akan segera dimulai dari sekarang. Bersiap-siaplah, aku yakin nanti kalian akan bertekuk lutut di hadapanku dan juga istriku.
Jeong Soon dan Sin Wan masuk ke dalam lift dibantu keamanan yang berjaga di dalam sana.
In Hyun, In Myun dan Hana juga sudah masuk ke dalam lift yang berbeda menuju ke loker.
Di ruang loker. Keadaan sedikit sepi. Jeong Soon dan Sin Wan serta Jonghun segera berganti pakaiannya lalu setelah membayar semuanya. Mereka bergegas keluar dari gedung sauna menuju ke penginapan Kim yang ada di sebelah gedung itu.
Jeong Soon menghubungi In Hyun agar pergi ke penginapan itu juga.
In Hyun menjawab mengerti.
Jeong Soon, Sin Wan dan Jonghun menunggu di penginapan Kim di ruang resepsionis khusus.
Ketika keluar dari gedung. In Myun menggerutu. "Aish. Benar-benar menyebalkan semuanya. Apa mereka tak ada kerjaan lain selain mengerumuni orang atau bertanya ini dan itu. Mereka pikir pemuda (Jeong Soon) itu makhluk dari luar angkasa sehingga berlomba-lomba ingin berfoto dengannya."
In Hyun dan Hana malah terkikik melihat kekesalan In Myun. In Hyun tak menyadari kehadiran Nam Suuk serta istrinya dan dua temannya di sauna tadi sehingga dia mengira kalau mereka baru menyadari kalau anak kedua Tuan Kim yang selama ini selalu diburu beritanya ternyata berada di tengah-tengah mereka.
Jadi dia mengerti kenapa sikap semua orang begitu antusias seperti melihat idol favorit mereka.
Sang penjaga di pintu gerbang mengadang ketiganya. Ia membungkuk. "Maaf, siapa di antara kalian yang bernama Nona In Hyun?" tanyanya melihat wajah ketiganya.
"Sa-saya." Jawab In Hyun heran. Ada apa lagi itu?
"Kalau begitu, Anda ikut dengan saya. Sementara Nona berdua telah ditunggu di ruang resepsionis." Ujarnya memanggil salah satu pelayan di sana untuk mengantarkan In Myun dan Hana.
"Yah, Tuan. Mau dibawa kemana adik saya?" tanya In Myun curiga.
"Maaf, ini perintah dari Tuan muda Kim." Jawab penjaga itu lagi.
In Myun baru merasa lega. Ternyata kekasih baru adiknya yang memerintahkan mereka. Ia pun membiarkan In Hyun pergi sendiri dengan penjaga itu.
Di tempat sauna. Semuanya tampak hangat membicarakan Jeong Soon yang berada di antara mereka dan hampir saja tak mengenalinya.
Nam Suuk melirik tak suka pada Yurika. "Apa kamu yang melakukan semua ini?"
Yurika menatap tak suka juga pada Nam Suuk. "Oppa. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah aku terlihat sejahat itu? Bukankah kau melihat tiga gadis tadi yang membuat keadaan menjadi kacau." Elaknya tak terima.
Lin Chia melerai keduanya. "Sudahlah, tak ada gunanya bertengkar di sini. Bagaimana kalau kita makan malam bersama." Ucapnya sambil menggandeng tangan Soo-jin.
"Terserah." Jawab Soo-jin. Di dalam hatinya dia tak tahan lagi ingin menyingkirkan gadis di sampingnya itu dan memiliki In Hyun. Dia yakin kalau Jeong Soon dan In Hyun takkan bertahan lama, apalagi status keduanya benar-benar berbeda. Bagai langit dan bumi.
Kembali ke penginapan.
Setelah melewati beberapa pintu kamar sepanjang penginapan.
Sang penjaga berhenti di depan pintu sebuah kamar utama di penginapan itu. Nuansanya sudah seperti di penginapan pengunungan. Di depan kamar-kamar itu tampak taman dihiasi lampu-lampu bercahaya dan pancuran air serta kolam ikan. "Silakan masuk Nona." Ucapnya membungkuk sembari mengulurkan telapak tangannya ke arah pintu.
Jantung In Hyun berdebar-debar ketika tangannya baru saja menyentuh knop pintu.
Sang penjaga pamit pergi dari sana membiarkan In Hyun masuk ke dalam kamar.
In Hyun menelan salivanya berat. Ia memutar knop membuka pintu. Dia mengernyitkan keningnya melihat keadaan di dalam yang gelap dan hanya sedikit penerangan.
Dengan ragu-ragu ia masuk ke dalam. Matanya membulat melihat kamar itu sudah dipenuhi oleh lentera yang menyala dan juga lilin-lilin berbagai bentuk. Lampu biasa yang dimatikan membuatnya serasa masuk kembali ke kamar di Joseon.
Di tengah kamar terdapat meja pendek dengan dua bantalan serta makan malam sudah tersedia di atasnya. Lengkap dengan minuman di sebuah cerek keramik dan beberapa cawan.
In Hyun terkesiap kala Jeong Soon sudah berada di dekatnya menutup pintu. "Bagaimana, apakah kau masih mengingat nuansa ini?" tanyanya sembari menggenggam tangan In Hyun.
In Hyun masih terkagum-kagum. "Ya, sudah pasti aku masih mengingatnya." Ia terpaku mengingat bagaimana perlakuan manis Jeong Soon padanya ketika di Joseon.
"Ini makan malam kita, dan bukankah di sana (Joseon) kita selalu melewatkan hari-hari seperti ini. Jadi, duduklah." Ajak Jeong Soon menarik tangan In Hyun agar duduk di bantalan.
In Hyun duduk saling berhadapan dengan Jeong Soon. Rasa rindu terhadap Joseon mulai terobati sedikit demi sedikit. Apalagi kini dihadapannya adalah suaminya. Meski di zamannya pemuda itu adalah orang lain, tetapi yang terpenting adalah dia bisa bertemu lagi dengannya.
"Makanlah." Kata Jeong Soon meraih sumpit lalu mengambil irisan daging sapi kesukaan In Hyun. Menaruhnya di mangkuk nasi milik In Hyun.
"Gomasseumnida." Ucap In Hyun tersenyum.
Jeong Soon ikut tersenyum. Bahasa formal In Hyun membuatnya merasa masih berada di zamannya.
In Myun dan Hana dibawa Sin Wan makan malam di restoran mana saja yang mereka suka. Sebagai ucapan terima kasih Sin Wan pada Jonghun. Ia juga membawanya makan malam bersama dan mengatakan pada In Myun kalau adiknya nanti akan pulang bersama dengan Jae Soon.
In Myun tak mau merusak kebahagiaan adiknya. Ia pun menurut saja ikut makan malam bersama dengan Sin Wan pergi dari sana.
Di kamar penginapan.
Jeong Soon dan In Hyun selesai makan malam. Keduanya kini duduk di atas karpet, bersandar ke kursi sofa. In Hyun duduk di samping Jeong Soon sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Jeong Soon.
Sesekali terdengar In Hyun menghela napasnya panjang.
Jeong Soon merasakan kedamaian serta ketenangan hatinya lagi yang selama 30 tahun menghilang. Ia melihat kembali senyum serta tawa dan juga wajah wanita yang dirindukannya ini. Ia juga tak menyangka bisa memeluk serta mencium aroma tubuh In Hyun lagi.
Hening...
"Hyun," Jeong Soon memecah kesunyian di kamar itu.
"Ngh?" In Hyun bergerak sedikit menyamankan sandarannya di bahu Jeong Soon.
"Jika kakakmu In Myun sudah menikah. Apakah kamu juga siap menikah denganku?"
"Waktu di Joseon kamu tak pernah bertanya apakah aku mau menikah denganmu atau tidak. Dalam dua hari saja kita sudah menjadi suami istri tanpa menunggu persetujuanku."
Jeong Soon teringat lagi kejadian itu. Dan waktu itu memang dia masih sangat dingin pada In Hyun. "Apa kau menyesal?"
In Hyun menggelengkan kepalanya. "Tidak pernah, bahkan aku selalu meminta kalau di kehidupan yang akan datang pun, kita tetap ditakdirkan bersama seperti ini."
"Aku tahu. Dan doa kita terkabul saat ini." Jawab Jeong Soon mengusap lembut tangan In Hyun.
In Hyun mengusap perutnya.
"Apa kau sakit perut?" tanya Jeong Soon cemas.
In Hyun menggelengkan kepalanya. "Aku sangat rindu gerakan di dalam perut ini, anak kita."
"Aku juga sangat merindukan anak kita yang seharusnya hadir menjadi putra mahkota di istanaku."
"Kenapa kau tak mengatakan sesuatu?" tanya In Hyun bingung karena Jeong Soon diam saja tak menjawabnya.
Lagi-lagi Jeong Soon lupa. Dia menjadi bisu kala menceritakan masalahnya di Joseon. "Hyun,"
"Iya, paduka?"
"Bagaimana kalau kita menghadirkan lagi seseorang yang diperutmu itu (bayi)." Usul Jeong Soon.
"Seseorang di perutku? Maksudmu bayi?" tanya In Hyun mengangkat kepalanya dari bahu Jeong Soon.
Jeong Soon mengangguk.
In Hyun menganga. Jangan katakan kalau Jeong Soon mengajaknya untuk melakukan hubungan suami istri saat itu juga.
"Kyaaa, mustahil. Karena kita belum resmi menikah di sini. Apa kata orang-orang terhadapku dan juga kakak serta Ibuku jika tahu aku hamil di luar nikah." In Hyun menolaknya mentah-mentah dan sedikit menghindar dengan bergeser tempat duduknya.
Jeong Soon terkikik. "Apakah candaanku terlihat serius?"
"Mwo? Ca-candaan?" In Hyun mengerjap.
Jeong Soon mengangguk. "Apakah kita pernah melakukan hal seperti itu sebelum menikah?" tanyanya bergeser merapatkan lagi duduknya dengan In Hyun.
In Hyun menggelengkan kepalanya. "Tapi-"
Cuppp...
Tiba-tiba ucapan In Hyun terhenti karena Jeong Soon mengecup bibirnya. Ciuman mereka semakin panas. Di sela mereka mengambil napas, Jeong Soon berkata. "Kau tenang saja. Aku akan menjaga kehormatanmu sebagaimana aku menjaga nyawaku sendiri. Dan aku takkan merusaknya sebelum kau resmi lagi menjadi istriku. Namun, izinkan aku untuk terus menghirup aroma napasmu ini (mengecupnya)."
In Hyun tersenyum. Keduanya pun hanyut kembali ke dalam ciuman mereka.
※*♥♡🎎♡♥*※
*°°°______TBC_______°°°*
Up lagi... Seperti biasa pasti datar-datar 😂😂
Up* 06~02~2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top