SoL ~31~ First Date.

~*°_______SOL_______°*~

Pagi-pagi sekali.

In Hyun sudah pergi dari mansions Jeong Soon. Naik bus menuju ke rumah Yul Hana untuk menemui kakaknya. Bahkan tanpa sempat menemui Jeong Soon yang dikatakan masih tidur.

Sepanjang perjalanan menuju ke kontrakan Yul Hana. In Hyun tersenyum-senyum sendiri. Semalam dia dilamar oleh Jeong Soon, sayangnya dia memang masih punya kakak perempuan dan juga Ibunya yang masih belum tahu keadaannya di Luar Negeri sana.

Tak berapa lama. Bus berhenti di halte dekat dengan kontrakan Yul Hana.

In Hyun turun dari bus, berjalan menuju ke gedung kontrakan. Menaiki tangga menuju ke lantai empat. Baru saja sampai, dia kaget melihat kakaknya serta Yul Hana tampak terburu-buru keluar dari kontrakannya.

"Eonnie? Kalian mau kemana pagi-pagi begini?" tanya In Hyun terpaku di dekat tangga karena dia baru saja menaiki tangga terakhir di sana.

"Hyun, untunglah kau datang jam segini. Kami mau sarapan di taman. Dan setelah itu, kita mau ke gedung Sauna umum." Jawab In Myun semringah.

"Ke gedung Sauna umum? Bukankah belum musim dingin?" tanya In Hyun aneh.

"Haha," Hana tertawa. "Kenapa harus musim dingin saja untuk pergi ke sana. Atau, kau telah hilang ingatan?" tanyanya heran.

In Hyun nyengir sendiri. Dia memang lupa dan sudah terlalu hanyut di zaman Joseon. Karena, di sana dia sering mandi di kolam air hangat setiap harinya terutama musim dingin.

In Myun menjentikkan jarinya mengagetkan In Hyun. "Yah, apa yang kau lamunkan? Ayo kita berangkat." Dia menggusur lengan In Hyun agar turun lagi.

"Tapi, aku tak bawa pakaian gantiku." Kata In Hyun bingung.

"Aish. Tenanglah. Hari ini kakak akan membelikanmu baju baru. Jadi, kita tak boleh membuang waktu. Kapan lagi kita bisa bersenang-senang sepuasnya seperti hari ini." Kata In Myun tampak bersemangat sekali.

In Hyun juga menjadi ikut bersemangat. Sudah lama dia tak bersenang-senang bersama dengan kakaknya itu.

Ketiganya naik bus menuju ke taman jauh dari kota. Tepatnya, taman dekat gedung Sauna umum terbesar di kota Seoul.

Mereka mampir membeli dulu makanan untuk sarapan sekalian membeli pakaian untuk ganti mereka nanti.

Hari sudah siang. Ketiganya duduk di bawah pohon tepat di pinggiran taman.

In Myun bersandar di Batang pohon di samping In Hyun sambil memejamkan matanya. "Hyun, sudah lama kita tak menikmati udara segar bersama-sama di pagi hari seperti ini."

"Ini sudah siang, Myun." Canda Hana menatap keduanya.

"Yah, anggap saja ini masih pagi hari." Protes In Myun.

"Terserahlah." Jawab Hana tersenyum sembari menggigit roti isinya.

"Kau benar Eonnie. Terakhir kita di taman ini adalah ketika bersama Eomma makan siang bersama." In Hyun teringat kembali kala sebelum semua kejadian tragis menimpanya. Dia, kakaknya beserta Ibunya sering berkumpul bertiga di sana. Apalagi saat bunga-bunga sakura tengah bermekaran, menambah suasana indah mereka takkan pernah bisa terlupakan.

In Hyun rindu akan saat-saat seperti itu. Saat di mana dia tiduran di paha Ibunya sambil di elus-elus Puncak kepalanya. Dia benar-benar sangat sangat merindukan momen-momen itu. Memejamkan kedua matanya. Merasakan embusan angin menerpa wajahnya. Sesekali dia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan.

Tak terasa hari sudah petang dan sebentar lagi akan gelap. Seharian itu ketiganya menghabiskan waktu dengan bermain kartu, tebak-tebakan dan juga permainan lainnya. Sampai tak sadar, dua pemuda berjalan menghampiri mereka.

"Hyun?"

In Hyun mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang. Dan suara itu tampak tak asing lagi baginya. Tetapi dia mencoba untuk menyangkalnya, ia mengira mana mungkin kalau orang tersebut datang ke tempat itu dan mengira hanya khayalannya saja. Ia pun melanjutkan bermain kartunya.

"Ehemm, Hyun-yya."

Panggilan kedua kalinya itu sontak membuatnya terkesiap. Apalagi melihat kakak serta Hana mendongak menatap ke belakangnya.

Hana mendongak sambil mengernyitkan keningnya melihat siapa pria aneh yang memakai masker serta bertudung sweater berwarna Mocca itu tapi tanpa kacamata hitamnya. In Myun juga ikut menatapnya.

In Hyun menoleh sekaligus ke belakang sampai kartu di tangannya berjatuhan. Lalu membulatkan matanya saat mendongak melihat sesosok pria yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Tuan muda- maksudku, Jae Soon? Ke-kenapa Anda bisa ada di sini?" tanya In Hyun gelagapan. Panggilan akrab kau pun menjadi Anda kembali saking kagetnya. Dia juga melihat di belakang Jeong Soon ada pria lain, yaitu Sin Wan yang memakai pakaian santai.

"Selamat siang Nona-Nona." Sapa Sin Wan ramah. Dia memakai kaos oblong berlengan pendek berwarna putih dengan tulisan 'California Style' di dadanya. Celana panjang agak besar dengan saku-saku di pinggiran pahanya berwarna hitam. Terlihat sangat berbeda dari sebelumnya yang selalu memakai setelan kerja dan juga selalu rapi.

Jeong Soon mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Tempat yang bagus." Ia mengingat taman yang pernah didatangi ketika In Hyun dijambret, taman tersebut tak sebesar dan seindah taman itu.

In Hyun langsung bangkit berdiri lalu menarik tangan Jeong Soon untuk menjauh dari kakaknya serta Hana.

"Ya-ya-ya! Kenapa kau menarikku?!" nada Jeong Soon sudah seperti sahabat-sahabatnya dan pastinya itu adalah nada bahasa Ji Hoon.

In Hyun melepaskan tangannya. "Kenapa Anda bisa berada di sini-"

"Kau," potong Jeong Soon santai, tak mau mendengar panggilan formal dari In Hyun.

In Hyun menghirup udara kemudian mengembuskan napasnya cepat. "Baiklah, kenapa kau bisa ada di sini? Apakah kau sengaja mengikuti kami?" tanyanya curiga.

Jeong Soon menggelengkan kepalanya.

"Lalu?" tanya In Hyun belum percaya.

Jeong Soon menunjuk ke samping.

In Hyun menoleh ke arah yang ditunjuk Jeong Soon. Yang ditunjuk adalah sebuah penginapan tepat di samping gedung Sauna umum.

Di depan gerbang penginapan tersebut terpampang jelas sebuah tulisan besar 'Penginapan Kim'.

In Hyun membulatkan matanya. Jadi, keluarga Kim yang dimaksud adalah keluarga Jeong Soon. Kebetulan apa lagi itu?

"Kami sedang mengunjungi penginapan Abeoji (Appa) itu. Dan dari kejauhan, aku melihatmu. Maka dari itu aku menghampiri kalian ke sini." Jawab Jeong Soon datar.

Dia sedikit membungkukkan badannya untuk menatap ke dalam kedua mata In Hyun.

In Hyun merengut memundurkan kepalanya ke belakang sambil menunduk.

Jeong Soon memicingkan matanya tajam. "Lalu, kenapa kalian ada di sini? Bukankah tadi malam kamu berkata akan makan-makan di rumah teman kakakmu itu, kenapa sekarang malah ada di sini?" selidiknya balik curiga.

Tatapan intimidasi dari Jeong Soon membuat In Hyun semakin menunduk. "Kakak dan temannya mengajak sarapan di taman ini dan seharian kami berada di sini. Lalu, sebentar lagi kami akan ke gedung Sauna umum itu."

Jeong Soon menoleh menatap gedung Sauna tepat di samping penginapan keluarganya. Tadi Sin Wan mengatakan kalau gedung sauna itu untuk orang-orang yang mandi uap. "Benarkah seperti itu?" tanyanya masih dengan nada mengintimidasi.

In Hyun mengangguk cepat.

Jeong Soon menegakkan kembali tubuhnya. Memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana. "Baiklah kalau begitu, aku percaya," tatapannya berubah biasa kembali.

In Hyun mengembuskan napasnya lega. Tatapan Jeong Soon barusan seolah sebuah pedang menusuk-nusuk kepalanya.

"Kami ikut," imbuh Jeong Soon santai.

In Hyun mendongak menatap aneh pada Jeong Soon. "I-ikut?"

Kali ini Jeong Soon yang mengangguk.

"Bu-bukankah katamu semalam akan pergi ke rumah Nona Yoon Ha atau bermain game bersama Ji Hoon seharian?" tanya In Hyun berbalik aneh.

"A- itu-," Jeong Soon bingung tak tahu kalau In Hyun akan balik menyerangnya. "Mereka hari ini sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi, aku dan Sin Wan datang ke daerah ini,"

Kini In Hyun yang menatapnya curiga.

"Sudahlah, ayo kita ke sana lagi. Sepertinya kakakmu menatap ke arah kita terus." Ajak Jeong Soon menghindari pertanyaan In Hyun, mengeluarkan tangan kanan di saku celana, lalu menarik tangan In Hyun.

"Yah, jangan menarikku." Protes In Hyun.

Jeong Soon tak menggubris perkataan In Hyun.

Ketika mendekati In Myun dan yang lainnya. In Myun menatap keduanya dengan tatapan curiga. Bukankah pemuda aneh itu, pemuda yang mempekerjakan In Hyun menjadi perawat pribadinya. Kenapa mereka sekarang begitu terlihat intim dan juga pemuda itu menggenggam tangan In Hyun sangat erat. Ia memakan rotinya yang tinggal separuh lagi dengan tatapan curiga pada In Hyun seolah tatapannya itu menuntut penjelasan dari adiknya.

"Annyeong hasimnikka, perkenalkan, saya Jae Soon. Kekasih Nona In Hyun," ucap Jeong Soon selalu sopan dan langsung saja mengaku tanpa ada yang disembunyikannya.

In Hyun membulatkan matanya menatap Jeong Soon yang berdiri di sampingnya.

"Uhukkk... uhukkk...," In Myun tiba-tiba tersedak makanannya ketika mendengar pemuda Kim itu mengatakan pacar adiknya.

"A-apa? Kekasih?" Yul Hana juga ikut kaget mendengarnya.

Sin Wan yang berdiri di belakangnya tersenyum tipis.

In Myun meneguk jus jeruknya untuk mendorong makanan yang terasa masih menyangkut di tenggorokannya itu. "Mwo? Sejak kapan kalian pacaran?" tanyanya masih belum percaya.

In Hyun nyengir sambil garuk-garuk pipinya tak gatal dengan sebelah tangan yang bebas. Tadinya, hari ini dia akan menjelaskan semuanya kepada kakak serta Hana. Tetapi, Jeong Soon ternyata lebih cepat darinya.

Jeong Soon menoleh menatap In Hyun mendengar pertanyaan In Myun. Apa dia belum mengatakan kepada kakaknya itu tentang hubungan mereka.

Semua tatapan kini tertuju pada In Hyun seperti ribuan belati menusuk-nusuknya. "Na-nanti aku ceritakan Eonnie. Sekarang, sebaiknya kita beres-beres saja. Hari akan segera gelap." Ia segera melepaskan tangan Jeong Soon lalu berjongkok untuk membereskan makanan di atas kain yang di jadikan tikar mereka.

Di dalam hati In Hyun menggerutu. Kenapa pemuda itu langsung mengatakan hubungan mereka kepada kakaknya. Padahal dia sendiri yang akan mengatakannya nanti di tempat sauna, mencari waktu yang tepat.

Tapi Jeong Soon menghancurkan semuanya dan pasti kakaknya itu akan menyerangnya dengan ribuan pertanyaan yang tak mungkin dia akan bisa jawab semuanya.

Yul Hana dan In Myun membantunya membereskan semuanya.

Jeong Soon mendekati Sin Wan. "Aku takkan pulang dahulu, aku akan ikut ke gedung mandi uap itu bersama mereka." Ujarnya sembari menoleh melihat gedung Sauna umum.

"Baiklah, biar sekarang aku akan mengatakan kepada manager untuk membatalkan pertemuan kita di kantor." Jawab Sin Wan mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia berjalan sedikit menjauh dari semuanya.

In Hyun sudah selesai membereskan makanan serta membuang sampah pada tempatnya.

Sin Wan juga sudah selesai menjelaskan kepada manager perusahaan keluarga Kim di kantornya.

"Hyung. Terima kasih." Ucap Jeong Soon.

"Tak usah berterima kasih, sudah kewajibanku." Jawab Sin Wan tersenyum. "Aku akan pulang duluan-"

"Jangan," cegah Jeong Soon. "Ikutlah bersamaku ke pemandian uap itu. Kapan lagi kita bisa bersenang-senang bersama seperti ini."

Sin Wan semakin tersenyum lebar sambil mengangguk. "Baiklah, aku akan menemanimu."

In Hyun mendekati Jeong Soon. "Kami sudah siap untuk pergi ke sana. Jadi, sebaiknya kita segera pergi. Taman ini sudah mulai terasa dingin udaranya." Ia hendak melangkah duluan. Namun, Jeong Soon lebih cepat bergerak-- menarik kembali tangan kanan In Hyun untuk digenggam dan berjalan bersama-sama ke gedung Sauna.

In Myun awalnya kaget. Tetapi, melihat apa yang dilakukan oleh pemuda itu pada adiknya membuatnya tersenyum senang. Dia berbisik pada Yul Hana yang berjalan di sampingnya. "Ya, kau telepon pacarmu untuk ikut Sauna. Bukankah dia selalu mengajakmu tetapi kamu tak pernah ada waktu."

Yul Hana tampak berpikir sejenak. "Kau benar juga. Semoga hari ini dia tak sibuk. Kalau begitu, aku akan segera menghubunginya. Kalian duluan saja, nanti aku akan menyusul."

In Myun memberi semangat pada Hana. "Fighting."

Ketika Hana berhenti di pinggir taman untuk menghubungi kekasihnya. In Myun berhenti di pinggir trotoar menunggu lampu hijau untuk menyeberang jalan. Dilihatnya, Jeong Soon dan In Hyun sudah menyeberang dan sampai ke gedung Sauna.

Sin Wan berdiri di sebelah In Myun. "Senang bisa bertemu dengan Anda lagi Nona Myun."

"Akh, ya. Sudah lama tak bertemu." Jawab In Myun tersenyum canggung.

Lampu hijau untuk berjalan pun menyala. In Myun bergegas melangkah. Namun, baru saja dua langkah. Sebuah mobil melaju sangat kencang ke arahnya.

Untung saja Sin Wan segera menarik tangan In Myun agar tak jatuh ke jalan. Dia menahan tubuh In Myun yang hampir jatuh ke belakang dan mereka sudah seperti berpelukan.

"Yah! Berengsek kau. Apa kau tak melihat lampu merah untuk mobil!!" teriak In Myun pada pengemudi yang ugal-ugalan itu.

Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi dan berlalu.

"Apa Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya Sin Wan khawatir.

In Myun mengerjapkan matanya menatap Sin Wan yang terlihat sangat tampan dari dekat. Dia malu karena telah berkata kasar barusan.

Hana yang baru selesai menghubungi pacarnya terkejut mendengar teriakan In Myun. Ia pun berlari menghampiri keduanya. "Myun-ah. Apa kau tidak apa-apa?"

Keduanya yang masih saling pandang menjadi terkesiap lalu melepaskan diri masing-masing.

In Myun melirik Hana. "Ah, aku tidak apa-apa. Sebaiknya kita segera menyusul adikku." Ia segera melangkah duluan tanpa melihat kanan-kiri atau belakang. Dia memegang dadanya. "Kenapa jantungku menjadi berdegup kencang?" gumamnya aneh.

Jeong Soon dan In Hyun sudah masuk ke dalam gedung sauna. Keduanya pergi ke kasir, masing-masing diberi kunci dan ada karet berbentuk gelang yang unik untuk menggantungkan kunci agar kunci bisa dibawa kemana-mana serta tak hilang, bisa dipakai di tangan atau di kaki.

Kunci tersebut untuk segalanya (membeli minuman, makanan, baju) karena di dalam tak bisa memakai uang tunai. Bahkan gelang itu untuk buka loker masing-masing juga.

Di dalam ada tempat mandi wanita dan pria secara terpisah. Jadi, dari sana keduanya harus terpisah dulu sebelum masuk lebih dalam, harus ke loker untuk membuka sepatu beserta pakaian mereka lalu dimasukkan ke dalam loker di nomor masing-masing yang tertera di kunci.

Sin Wan, In Myun dan Yul Hana masuk juga.

Sin Wan menyusul Jeong Soon ke loker untuk memberitahukan ini dan itu. Sementara In Myun dan Hana menyusul In Hyun ke loker wanita.

Ketiganya mandi terdahulu di kolam untuk berendam sambil mengobrol. In Hyun juga menceritakan bagaimana Jeong Soon menyatakan Cinta padanya, meski sebagian ada yang harus ditutupinya. Terutama bagian siapa Jae Woon sebenarnya.

Karena jika dia sampai mengatakan kalau pemuda itu adalah seorang Kaisar yang terlempar ke zaman mereka dan dulu waktu dia mengalami koma, terlempar juga ke zaman Joseon. Otomatis kakaknya itu akan langsung memasukkannya ke dalam Rumah Sakit Jiwa.

Seusai mandi dan diberi seragam yang sama. Seragam berwarna pink berlengan pendek warna gray serta celana berwarna gray pula.

In Hyun bersama dengan kakak serta Hana naik ke lantai dua ke Rest Area (Sleeping Hall atau TV Room) yaitu ruang Sauna kering.

Jeong Soon dan Sin Wan juga telah selesai mandi. Keduanya naik ke lantai yang sama ke ruang sauna kering. Ia menunduk melihat pakaiannya. Kaos oblong berwarna gray berlengan pendek serta celana pendek seperdua berwarna senada.

Itu adalah pertama kalinya dia memakai pakaian sangat pendek seperti yang dipakai saat ini. Menoleh melihat pakaian Sin Wan yang sama dengannya.

Sesampainya di lantai dua. Pintu lift terbuka, keduanya langsung keluar.

Jeong Soon terpaku melihat semua pria di sana memakai pakaian yang sama dengannya dan Sin Wan. Sementara wanitanya memakai seragam yang sama dengan In Hyun.

"Hyung, bagaimana kita bisa menemukan In Hyun di antara mereka?" dia bingung melihat semua wanita memakai pakaian yang sama.

Sin Wan terkekeh. "Ayolah, mustahil kau tak bisa membedakan mana kekasihmu dan mana wanita lain." Godanya membuat Jeong Soon tersenyum tipis.

In Hyun yang sudah duduk-duduk santai di lantai bersama In Myun dan Hana melihat ke arah lift. Bibirnya tersenyum melihat Jeong Soon masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Aku ke sana dulu." Ia langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri Jeong Soon.

In Myun tersenyum melihat wajah adiknya yang berseri-seri kembali.

Jeong Soon tersenyum melihat In Hyun berjalan ke arahnya.

Setelah dekat. In Hyun menarik tangan Jeong Soon. "Ayo, kita gabung di sana." Ajaknya.

Jeong Soon hanya tersenyum tipis melihat In Hyun yang menarik tangannya di depan.

Semua pengunjung wanita di ruangan itu terpesona pada Jeong Soon. Ada yang mengenal wajahnya tetapi ragu, apakah dia Kim Jae Soon atau bukan? Tetapi, berpikir kembali. Mustahil Jae Soon ada di Sauna umum sementara dia punya tempat Sauna khusus milik keluarganya.

Ruangan itu lebih hangat dan lantai keramiknya juga hangat membuat kedua kaki Jeong Soon yang tanpa alas kaki tak kedinginan. Di sana banyak juga orang yang tiduran, baca buku, memainkan ponselnya dan sebagainya.

In Hyun duduk, menyuruh Jeong Soon untuk duduk juga di sampingnya. Sin Wan duduk di dekat In Myun.

In Myun melihat ke arah Hana. "Mana pacarmu?"

Hana melihat ponselnya. "Mungkin dia masih di jalan." Jawabnya ragu.

Tak lama. Ponsel Hana berdering lalu dia mengangkatnya. Ia mengedarkan pandangannya kemudian melambaikan tangannya ke arah seorang pemuda yang baru keluar dari lift.

Pemuda itu mematikan panggilannya, bergegas menghampiri mereka.

Hana bangkit dari duduknya. "Perkenalkan, dia tunanganku. Choi Jonghun."

"Annyeonghaseyo. Senang bisa berkenalan dengan kalian." Sapanya sambil tersenyum ramah. Ia tampak memperhatikan dua pemuda yang terasa tak asing kedua wajahnya itu. "Apakah kalian-"

"Ssstthhh," Hana menarik Jonghun agar duduk. "Jangan berisik."

Jonghun mengangguk mengerti. "Ahh, senang bisa berkumpul dengan kalian," ucapnya merasa canggung. Itu adalah pertama kalinya dia bisa berkumpul dengan pemuda yang selama ini diketahuinya tak pernah sembarangan berteman.

Jeong Soon hanya mengangguk pelan dengan wajah datarnya. Sementara Sin Wan tersenyum ramah juga.

Jonghun berbisik pada Hana. "Kenapa kau tak memberi tahuku kalau akan berkumpul dengan orang-orang terkenal itu."

"Ssthh, nanti aku akan ceritakan semuanya." Jawab Hana pelan juga.

Melihat kecanggungan mereka. In Myun mempunyai ide. "Bagaimana kalau kita bermain tebak-tebakan. Yang kalah harus memenuhi tantangan atau pertanyaan yang menang."

"Boleh juga tuh Myun." Sahut Hana setuju.

"Ok. Siapa takut." Jawab In Hyun sembari menoleh menatap Jeong Soon.

"Baiklah, aku juga ikut." Jeong Soon tahu apa yang dipikirkan oleh In Hyun. Ia kini menoleh pada Sin Wan.

"Kalian saja yang main. Aku takkan ikutan." Jawab Sin Wan.

"Aish. Kalau begitu tidak akan seru." Kata In Myun.

Jeong Soon menoleh menatap Sin Wan.

"Baiklah, aku ikut permainannya." Jawab  Sin Wan mengerti arti tatapan Jeong Soon.

"Begitu baru seru." Kata Jonghun.

Tiga lawan tiga.

Pria lawan wanita.

Permainan dimulai dari suit batu, gunting dan kertas.

Jonghun dan Hana yang duluan. Dalam suit itu Hana yang menang. In Myun memberikan tebakan untuk ketiganya. Sayangnya tebakan itu bisa dijawab oleh Sin Wan dan tim wanita kalah. Mereka harus menjawab pertanyaan dari para lelaki atau melakukan tantangan.

Suasana pun mulai mencair penuh kehangatan dan hilanglah rasa canggung.

In Hyun dan In Myun membeli minuman dingin sikhye atau minuman beras manis dengan telur rebus untuk semuanya.

"Apa ini?" tanya Jeong Soon melihat minuman di dalam gelas panjang yang disodorkan oleh In Hyun.

"Coba saja. Rasanya nikmat sekali." Jawab In Hyun tersenyum.

Jeong Soon menerimanya lalu menyedot dari sedotannya. Ia mengecap rasa manis yang membuat dahaganya hilang seketika. "Lumayan." Ucapnya menyedot kembali minumannya.

In Hyun tersenyum. Ia akan memberikan banyak pengalaman pada Jeong Soon yang takkan pernah terlupakan olehnya, sebagaimana pengalaman berkesan dirinya selama di Joseon. Ia mengambil telur rebus kemudian memukulkannya pelan pada kening Jeong Soon.

"Yah, apa yang kau lakukan?" tanya Jeong Soon kaget karena tiba-tiba saja In Hyun memukul keningnya dengan telur rebus.

Sin Wan sampai terkikik melihatnya, begitu juga In Myun dan yang lainnya.

In Hyun nyengir sembari memperlihatkan telur yang sudah pecah dan akan dikupasnya.

Jeong Soon mengerucutkan bibirnya sambil mengusap-usap keningnya melihat In Hyun mengupas kulit telur.

Jeong Soon melirik ke arah mangkuk berisi telur. Tanpa sepengetahuan In Hyun, ia mengambil satu telur lalu melakukan hal yang sama yaitu memukulkan pelan telur ke belakang kepala In Hyun.

"Aaakkhhh!" rintih In Hyun sambil memegang belakang kepalanya. Ia menoleh penuh rasa heran pada Jeong Soon.

Jeong Soon kaget lalu menaruh telur kemudian memegang tangan In Hyun yang memegang belakang kepalanya. "Chagiya (sayang), apa kau tak apa-apa? Maafkan aku. Bukan maksudku-" ucapannya terhenti kala melihat kening In Hyun mengernyit seolah hendak menangis.

Dia beranjak dari duduknya lalu berlutut di belakang In Hyun untuk melihat kepalanya. "Apakah sakit?" tanyanya khawatir. Dia menyingkirkan tangan In Hyun. Apakah telur itu telah melukai kepala In Hyun, atau pukulannya tadi terlalu keras? Ia meniupi belakang kepala In Hyun bahkan mengecupnya membuat semua orang yang melihatnya merasa iri.

Tiba-tiba In Hyun terkikik membuat Jeong Soon mengernyitkan keningnya. Ternyata dari tadi dia hanya berpura-pura saja.

In Hyun memutar tubuhnya menghadap Jeong Soon. "Aku tak kenapa-napa. Aku hanya bercanda. Mana mungkin sebutir telur bisa menghancurkan kepalaku ini."

Hana, Jonghun dan Sin Wan tertawa. Begitu gampangnya Jeong Soon tertipu oleh In Hyun. Tetapi bagi In Myun, kini dia mengerti kalau pemuda itu benar-benar mencintai adiknya.

Jeong Soon mengembuskan napasnya lega. Dia mengira memukul In Hyun sangat keras tadi. Tiba-tiba saat dia menoleh ke belakang In Hyun. Pandangannya terarah pada sesosok pria yang duduk di sudut ruangan terhalang beberapa orang. Semakin dia memicingkan matanya, orang itu membuang pandangan dan tampak pura-pura tak memperhatikan mereka.

Nam Suuk!? Dia juga ada di sini? Batin Jeong Soon aneh saat wajah Nam Suuk terlihat jelas di sudut ruangan sana dan kini dia khawatir akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan di tempat itu.

                   ※*°♥♡🎎♡♥°*※

*°°°______TBC______°°°*













Pulang kerja langsung nyelesaiin chap ini.. Maaf ya selalu lelet 😁😁

Dan makasih untuk doa kalian yang mendoakan kesehatan saya.. Jhehe Alhamdulilah sakit gigi'y udh mendingan.. Jadi bisa konsen lg ngetik'y.. Insya Allah..

Gomawo..

Up* 31~01~2019

By* Rhanesya_grapes 🍇




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top