SoL ~25~ Gong-wo Kkoch (Taman bunga).
~*°_______SOL_______°*~
Embusan angin menerpa wajah In Hyun. Semilir angin sejuk bercampur dengan harumnya bunga di sekitaran menambah suasana hati In Hyun terasa damai.
Bunga warna-warni kini menjadi pemandangan yang sangat indah serta beberapa pohon sakura yang sebentar lagi akan bermekaran membuat In Hyun menerawang kembali jauh ke zaman Joseon.
Kini dia berdiri tepat di tengah-tengah kebun bunga tulip yang saat itu tengah bermekaran. Di arah timur berbagai jenis bunga juga tengah bermekaran bukan hanya bunga tulip saja.
Jeong Soon dan Yoon Ha duduk di kursi di pinggiran kebun. Di tengah mereka sebuah meja untuk minuman dan makanan.
"Jadi ini bisnis barumu kak?" tanya Jeong Soon sembari mengamati apa yang di lakukan In Hyun jauh di tengah kebun.
"Ya, kau lihat kan. Semua sudah berkembang," canda Yoon Ha.
Jeong Soon hanya tersenyum. Dia mengira bisnis apa yang telah berkembang. Ternyata memang semua sudah berkembang dan itu adalah bunga.
"Akhirnya aku mempunyai kebun bunga-bunga yang sangat aku butuhkan di musimnya. Separuh bunga ini akan dikirimkan untuk rumahku, rumahmu, dan juga kantor. Sebagiannya akan dikirimkan ke Negeri yang memesan bunga-bunga ini." Ujar Yoon Ha sembari meneguk latte miliknya.
"Kenapa tidak semua saja dikirimkan ke Negeri lain, karena rumahku sudah dipenuhi bunga di taman?" tanya Jeong Soon aneh.
"Karena semua bunga ini adalah kesukaan Eomma, tak semua jenis bunga di sini ada di taman rumahmu dan aku terkadang susah untuk mendapatkan bunga-bunga berbagai jenis ini. Jadi, sekarang aku telah mempunyai semua jenis kesukaan Eomma. Aku ingin rumahmu dan juga rumahku dipenuhi oleh bunga Eomma-"
"Bisakah kapan-kapan kita pergi ke makam Eomma dengan membawa bunga kesukaannya?" potong Jeong Soon tiba-tiba.
Yoon Ha tak langsung menjawab. Dia sedikit terkesiap kala mendengar permintaan adiknya itu barusan. Semenjak Ibu mereka meninggal, Jae Woon tak pernah mau mengunjungi makam Ibunya atau menatap lama-lama foto almh sang Ibu. "Benarkah kau ingin mengunjungi makam Eomma?" ada nada hampir tak percaya di sana.
"Ya. Memangnya kenapa jika aku ingin mengunjunginya?" pertanyaan Jeong Soon semakin menunjukkan keanehannya.
Yoon Ha tersenyum, tampak berpikir sejenak. "Tidak apa, aku hanya senang sekali jika kau ingin berkunjung ke makam Eomma," percuma jika dia menjelaskan semuanya karena adiknya itu tak mengingat apa-apa.
Yoon Ha bangkit dari duduknya. "Aku akan ke gudang dulu melihat bunga apa saja yang telah mereka rangkai dan akan dikirimkan ke Negara mana saja,"
"Kau temani saja kekasihmu itu." Goda Yoon Ha sambil melirik ke arah In Hyun kemudian berjalan meninggalkan Jeong Soon sendirian di sana.
Jeong Soon tersenyum melihat In Hyun yang masih terpesona memandang kebun bunga tersebut. Teringat kejadian tadi di mansion ketika hendak pergi ke sana.
**Flashback**
Melihat Jeong Soon sudah berdiri di samping pintu sembari sandaran ke dinding, membuat In Hyun benar-benar kaget. "Tuan, kenapa Anda masih di sini?" tanya In Hyun.
Jeong Soon dengan wajah datarnya menjawab. "Aku kira kau belum siap, jadinya aku menunggumu di sini."
In Hyun menghela napasnya dalam-dalam. "Kita akan pergi ke mana?"
Jeong Soon menatap penampilan In Hyun dari bawah sampai atas. Ketika di Joseon, In Hyun selalu memakai pakaian panjang dan selalu saja menginjak pakaiannya itu. Kini dia tahu kenapa selalu begitu, karena di zamannya. In Hyun selalu memakai pakaian pendek dan simple.
In Hyun menurunkan sebelah alisnya aneh. "Ke-kenapa Anda menatapku seperti itu?" tanyanya takut.
Jeong Soon menggelengkan kepalanya. "Apa kau masih sakit? Atau belum siap pergi ke luar?" tanyanya khawatir.
"Aku sudah baikkan, dan sepertinya perlu menghirup udara luar," jawab In Hyun melangkah duluan. Lalu batinnya juga berkata. "Karena jika aku terus di dalam sini, bisa-bisa aku tambah sakit."
"Buku apa itu?" tanya Jeong Soon aneh melihat In Hyun selalu membawa buku besar bersampul warna biru.
"Buku tentang perkembangan ingatan Anda. Jika Anda mengingat sesuatu tentang masa lalu, maka tolong beritahu saya karena sekecil apa pun itu akan saya tulis dan sangat penting untuk pekerjaan saya ini." Jawab In Hyun sambil membuka-buka lembaran proposal yang dibawanya.
"Pastinya," jawab Jeong Soon datar. Batinnya juga berkata, "andai saja aku bisa jelaskan semua masa lalu kita, itu juga sangat penting untuk dirimu dan pastinya untuk diriku."
Keduanya menuruni tangga. Jeong Soon mendahului In Hyun turun dari tangga.
In Hyun menuruni tangga masih dengan melihat-lihat proposal di tangannya.
"Nona Hyun, perhatikan jalanmu." Kata Jeong Soon.
"Baikla-" belum selesai In Hyun menjawab. Benar saja kalau kakinya menuruni dua tangga sekaligus membuat tubuhnya tak seimbang dan akhirnya jatuh juga. "Huaaa!"
Jeong Soon terkejut sontak menoleh ke belakang. Mendadak tubuhnya tertubruk oleh tubuh In Hyun dan saat itu keduanya terjengkang ke belakang. Untung saja hanya tinggal dua tangga lagi untuk sampai di lantai bawah dan mereka jatuh tepat di atas karpet yang lumayan tebal dan empuk yang terpasang dari bawah sampai tangga atas.
Tubuh Jeong Soon menahan tubuh In Hyun dan dia jatuh tepat punggung duluan. Kedua lengannya melingkar di pinggang In Hyun menahan agar In Hyun tak terpelanting ke lantai. Akhirnya In Hyun terjatuh di atas tubuh Jeong Soon.
Tas dan proposal yang dipegang In Hyun jatuh berserakan di atas lantai.
Semua pelayan terkejut melihatnya. Paman Hoong yang ikut melihat keduanya menjadi malu sendiri. Lalu menyuruh semuanya pergi dari sana.
Mata In Hyun bertemu dengan mata biru jamrud Jeong Soon. Mereka belum menyadari bagaimana posisi mereka sekarang.
"Ehemm, Tuan muda, Nona In Hyun. Apa kalian berdua tak apa-apa?" tanya Paman Hoong membuat keduanya kembali ke kesadaran masing-masing.
Kedua mata In Hyun membelalak kala menyadari kalau bibirnya menempel tepat di bibir Jeong Soon. Dia langsung saja bangkit dengan wajah merah sudah seperti kepiting rebus. "Sa-saya duluan ke mobil." Ujarnya sembari memunguti buku dan tas kecilnya lalu setengah berlari keluar.
Jeong Soon tersenyum tipis sambil bangkit dari lantai.
Paman Hoong menatapnya dengan senyuman di bibirnya. "Apa Anda benar-benar tidak apa-apa Tuan muda?"
"Saya tak apa-apa," jawab Jeong Soon, "oh ya paman. Sore nanti kami tidak akan makan siang di rumah. Kami akan makan di luar, jadi siapkan makanan untuk Ji Hoon saja."
Paman Hoong membungkuk. "Baiklah Tuan, jika itu yang Anda inginkan."
Jeong Soon segera melangkah ke mobil di mana In Hyun sudah duduk di sebelah sopir membuat dia terkekeh geli sendiri. Ternyata istrinya itu memang tak pernah berubah, dan sikap di Joseon adalah sifat aslinya.
**flashback off**
Jeong Soon beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati In Hyun yang masih terpesona di tengah kebun. "Apa kau menyukainya?"
"Hoohh," In Hyun lagi-lagi terkesiap sambil menoleh ke belakang. "Bisakah kau sekali saja tak mengejutkanku?" saking kesalnya dia memanggil kau dan aku tidak Anda dan saya lagi.
Jeong Soon hafal benar perkataan itu. "Apakah membuatmu sakit jantung?"
Degg! Jantung In Hyun seolah berhenti mendengar perkataan itu. Bukankah itu adalah perkataanya untuk suaminya jika dia sedang kesal karena dikejutkan oleh Jeong Soon dulu ketika di Joseon.
Jeong Soon menjentikkan jarinya ke depan wajah In Hyun. "Apakah kau merasa tak enak badan lagi?"
In Hyun sontak menggelengkan kepalanya.
Jeong Soon hendak menyentuh kening In Hyun tetapi In Hyun keburu menghindar sambil membalikkan badannya.
"Sepertinya di sana mereka sedang panen bunga, aku akan ke sana dulu." In Hyun bergegas meninggalkan Jeong Soon yang masih terpaku menatapnya sayu.
In Hyun sengaja pergi untuk menyembunyikan kedua pipinya yang mungkin sudah kembali memerah mengingat kejadian tadi.
Jeong Soon memanggil seorang pegawai pria di sana lalu memberitahukan rencananya mengajak In Hyun ke sana.
______🍁🎎🍁_______
Hari tak terasa sudah menjelang sore.
Yoon Ha sudah pamit pulang duluan karena suaminya menyuruhnya untuk segera pulang.
In Hyun masih sibuk membantu para pegawai menyusun bunga-bunga dan dibungkus setiap buketnya. Dia duduk di kursi pendek sembari sesekali menghirup harumnya bermacam-macam bunga yang dirangkainya.
Seorang wanita setengah baya menghampirinya. "Apakah Anda Nona In Hyun?"
In Hyun mendongak menoleh ke atas. "Ya, itu saya."
"Anda tengah ditunggu di bawah pohon itu, Nona." Jawab wanita itu menunjuk di pinggiran taman ada sebuah pohon besar dan sangat rimbun.
"Di bawah pohon? Oleh siapa?" tanya In Hyun tak langsung beranjak dari duduknya karena masih suka menyusun bunga di tangannya bersama beberapa pegawai di sana.
"Oleh Tuan muda yang tadi bersama Anda." Jawab wanita itu lagi.
Tuan sombong. Batin In Hyun langsung bangkit dari duduknya. Berjalan di tengah kebun menuju ke pohon yang ditunjuk wanita tadi.
Sesampainya di sana. Dia tak melihat siapa pun, lalu berjalan berkeliling mengitari pohon besar tersebut. Langkahnya terhenti kala melihat di belakang pohon itu, Jeong Soon berdiri membelakanginya. Di dekatnya sebuah meja pendek dengan berbagai makanan siang sudah terhidang.
Di bawah meja terhampar sebuah karpet dan dua bantalan sebagai kursinya.
"I-ini?"
Jeong Soon menoleh ke belakang. Menatap dalam In Hyun yang berdiri terpaku di tempatnya. Dia tersenyum sembari mempersilakan In Hyun duduk.
In Hyun dengan ragu-ragu ikut duduk.
"Ini adalah makan siang kita, kau pasti lapar dan bukankah kau harus minum obatmu." Ujar Jeong Soon menyodorkan semangkuk kecil obat ramuan yang dibuatnya.
"Obat? Obat apa?" tanya In Hyun mengambil mangkuk kecil itu kemudian mencium aroma lalu menyesap ramuan tersebut yang masih panas. Keningnya mengkerut kala merasakan pahit obat itu, tetapi lama kelamaan menghangatkan tubuhnya serta rasa pahit itu tidak menempel di lidahnya.
In Hyun merasa pernah meminumnya di suatu tempat, tapi di mana?
Jeong Soon mulai mengambil sumpitnya lalu mulai makan duluan dengan santainya. "Makanlah dulu, lalu minum ramuan itu sesudahnya."
In Hyun sedikit kelabakan dan menjadi salah tingkah. Karena itu dia lupa kalau pernah meminum ramuan itu di Joseon. Dia malah mengira kalau koki tempat itu yang membuatkan ramuan tersebut khusus untuknya.
Makan siang di tengah kebun bunga yang sedang bermekaran, di bawah pohon yang rindang dengan udara sejuk yang berembus seolah membuat In Hyun lupa sejenak akan semua masalah yang menimpanya selama ini.
Sesekali Jeong Soon melirik In Hyun yang makan makanan itu dengan terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Andai saja kau tahu bahwa aku bahagia bisa berdua lagi denganmu istriku.
Keduanya menikmati makan siang di sana.
_____🍁🎎🍁_____
Di kediaman Nam Suuk dan Yurika.
In Yurika tampak kesal. Dari pulang kuliah sampai di rumah dia terus uring-uringan.
Nam Suuk tampak heran melihatnya. "Ada apa Yurika? Kenapa kau tampak kesal sekali dari tadi?"
Yurika melempar tas yang dibawanya ke atas sofa lalu melemparkan tubuhnya ke atas kasur. "Menyebalkan, mereka berdua tak masuk kuliah hari ini,"
"Mereka?" Nam Suuk melonggarkan dasinya sembari menatap istrinya aneh. "Mereka siapa yang tak masuk kuliah?"
Yurika merubah posisi tidurannya menjadi duduk di pinggir ranjang. "Apa kau tak tahu gosip yang sedang hangat akhir-akhir ini?"
Nam Suuk menggelengkan kepalanya benar-benar tak tahu.
"Beneran tidak tahu?" tanya Yurika lagi.
Sekali lagi Nam Suuk menggelengkan kepalanya.
"Apa kau mengingat pemuda yang sombong itu, seorang mahasiswa yang baru masuk kuliah kemarin?"
Nam Suuk tampak berpikir sejenak. "Maksudmu, pemuda yang bermarga Kim itu?"
"Ya, Kim Jae Soon." Jawab Yurika.
Nam Suuk melepaskan dasi lalu membuka jas dan kancing kemejanya. "Lalu, kenapa kau tampak kesal padanya? Apakah karena dia melupakan pesta pernikahan kita?"
"Jadi kau benar-benar tak tahu kalau dia kemarin di perpustakaan mengatakan kalau In Hyun adalah calon tunangannya," ujar Yurika sambil melihat kuku-kuku tangan kanannya pura-pura santai, namun berulang kali dia melirik ke arah Nam Suuk ingin melihat ekspresi wajah suaminya itu.
"In Hyun dan pemuda Kim itu?" Nam Suuk berhenti membuka kancing kemejanya yang hanya tinggal beberapa lagi.
Yurika mengangguk. "Semua temanku malah memvideo mereka, kalau kau tak percaya Oppa, bisa mencari di postingan teman-temanku atau teman-temanmu."
Nam Suuk kembali melanjutkan membuka kancing kemejanya. "Mungkin kalian salah paham, mana mungkin In Hyun dan-" kalimatnya seketika terhenti lalu menoleh melihat video yang baru saja dibuka oleh Yurika.
Nam Suuk terpaku melihat video di ponsel Yurika, video yang menunjukkan pengakuan Jeong Soon kalau dia punya hubungan dengan In Hyun dan saat menggendongnya sampai keluar dari perpustakaan. Bahkan ada yang memvideo-nya masuk ke mobil bersamanya.
Yurika mematikan video itu dan hanya melihat ekspresi wajah Nam Suuk biasa saja serta datar-datar saja dari tadi. "Aku tak menyangka kalau mantanmu- maksudku, In Hyun bisa menarik seorang anak millionaire seperti pemuda anak kedua Tuan Kim itu, dan hari ini keduanya tidak masuk kuliah,"
"Memangnya kenapa?" tanya Nam Suuk mengambil handuk di dalam lemari. "Itu sudah haknya, selama ini dia masih sendiri dan mungkin pemuda itu memang tertarik padanya karena-"
"Karena apa?" Yurika tampak semakin sebal melihat ekspresi wajah suaminya yang terlalu datar.
"Sudah lupakanlah, itu bukan urusan kita." Jawab Nam Suuk sambil melangkah ke kamar mandi. Dia sekuat tenaga menyembunyikan kedua tangannya yang mengepal erat dari tadi. Kalau saja tidak ada Yurika, mungkin kaca atau dinding sudah menjadi sasaran tinjuan tangannya itu.
Di dalam hatinya dia tak menyangka kalau pemuda yang pernah datang ke pesta pernikahannya dan juga bertemu kembali kemarin di depan gerbang kampus menyukai In Hyun dan mereka akan segera bertunangan. Dia harus segera mencari tahu kebenaran itu ataukah semua hanya sekadar sandiwara belaka.
Di dalam hati Yurika juga dia tampak kesal. Lihat saja nanti, aku takkan pernah membiarkanmu bahagia Hyun. Seperti selama ini, aku berhasil menghancurkan kebahagiaanmu itu. Sampai kapanpun aku akan selalu membuatmu menderita.
_____🍁🎎🍁_____
Di dalam mobil. Sepulang dari kebun bunga milik Yoon Ha.
In Hyun tampak kelelahan dan dia tertidur di mobil. Dari taman dia disuruh duduk bersama Jeong Soon di kursi belakang. Tetapi, dia malah menolaknya dan tetap duduk di kursi depan samping sang sopir.
Sesampainya di mansion. Jeong Soon turun dan menyuruh sopir untuk tidak membangunkan In Hyun. Dia berjalan ke pintu depan, membuka sabuk pengaman yang membelit In Hyun lalu perlahan menggendongnya.
Semua hanya membungkuk menyambut kedatangan mereka.
Jeong Soon menatap wajah In Hyun yang bersandar di dadanya ketika digendong. Maafkan aku istriku, kau pasti masih tak enak badan dan aku malah mengajakmu keluar.
Baru saja Jeong Soon hendak melewati pintu. Tiba-tiba dia diadang oleh Ji Hoon yang telah menunggunya dari tadi siang.
"Hyung, aku sudah lama menunggumu. Kalian pergi ke mana saja sih?" tanya Ji Hoon sebal sembari menatap In Hyun di gendongan kakaknya itu.
"Sstthh, pelankan suaramu. Dia masih sakit." Ujar Jeong Soon sembari terus melangkah ke arah tangga.
Ji Hoon mengikutinya dari belakang dan baru memelankan suaranya. "Hyung, kau harus menepati janjimu hari ini,"
Jeong Soon berhenti di tengah tangga. Dengan nada pelan dia berujar. "Baiklah, sekarang kau tunggu aku di ruang televisi. Aku akan menyusulmu sekarang ke sana."
"Ho-" Ji Hoon hendak berteriak karena girang tapi keburu di tahannya saat menyadari kalau In Hyun pasti akan terkejut karena teriakannya itu. Dengan nada pelan pula, "ok hyung, aku akan menunggumu di sana." Ia lalu bergegas turun lagi menuju ke ruang televisi di bawah.
Paman Hoong yang melihatnya di bawah hanya tersenyum. Dia pun segera ke dapur untuk memberitahukan menu apa untuk makan malam nanti pada Thang.
Setelah Jeong Soon menidurkan In Hyun di atas ranjang dan menyelimutinya. Ia pergi dari kamar In Hyun lalu turun menuju ke ruang televisi di mana di sana, Ji Hoon sudah tak sabar menunggunya.
Melihat kedatangan Jeong Soon. Ji Hoon meremas semua jari-jari tangannya hingga mengeluarkan bunyi dari tulang-tulangnya seolah akan bertanding tinju sungguhan dengan Jeong Soon. "Hari ini aku pasti akan mengalahkanmu hyung!" tantangnya.
Jeong Soon hanya tersenyum tipis lalu duduk di atas karpet sembari bersandar di sofa. Meraih sebuah permen lolipop kesukaannya yang tergeletak di atas meja lalu memakannya, kemudian meraih remote control playstation. "Apa kau siap?" tanyanya dengan permen yang disimpan di samping membuat sebelah pipinya menggembung karena permen tersebut.
"Pastinya hyung!" Sahut Ji Hoon penuh semangat.
Dari sore sampai makan malam tiba. Keduanya tampak asyik bermain game tersebut.
Bahkan Jeong Soon menyuruh pelayan mengantarkan makan malam ke kamar In Hyun karena tahu kalau In Hyun belum terbiasa makan bersamanya dan juga Ji Hoon dan pasti akan makan lagi di dapur seperti malam pertama ketika dia datang ke mansionnya itu.
_____🍁🎎🍁_____
Pagi-pagi sekali.
In Hyun sudah berangkat kuliah. Dia seperti biasa berdiri di halte bus yang terletak sedikit jauh dari mansion Jeong Soon dan selalu menolak untuk diantarkan oleh sopir atau bahkan tak sempat sarapan dulu karena dia akan sarapan di kantin kampus saja.
Tak berapa lama. Bus yang selalu melewati kampusnya tiba. In Hyun bergegas naik lalu berjalan ke tengah bus, ia duduk di kursi tengah tepat di pinggir jendela. Kebetulan pagi itu, bus tak terlalu penuh jadi banyak kursi yang masih kosong.
Ketika bus mulai melaju kembali. Mendadak mengerem karena ada orang yang hendak naik juga membuat In Hyun kaget.
Setelah orang itu naik melalui pintu bus bagian belakang dan duduk di kursi belakang. Bus melaju kembali dengan kecepatan sedang.
Sepanjang jalan. Bus berhenti di beberapa halte yang dilewati. In Hyun merasa banyak mata memperhatikannya dari tadi? Ataukah itu hanya perasaannya saja? Dia menoleh ke belakang di mana di sana sudah banyak penumpang juga bahkan ada yang berdiri karena bus sudah mulai penuh. Ia pun membuang perasaan mustahil itu.
Bus akhirnya sampai di halte dekat kampus. In Hyun buru-buru berdiri dan bergegas berjalan di kerumunan orang di tengah bus yang sudah berdesakan.
Di saat orang saling berdesakan ada yang naik dan ada yang turun seperti itu, peluang untuk para pencopet yang sudah beraksi di pagi hari untuk mencopet dompet para penumpang yang kurang berhati-hati termasuk In Hyun yang lupa menutup ritsleting tasnya sehingga memudahkan sang pencopet untuk mengambil dompet kecilnya itu.
In Hyun turun dari bus dan bus pun melaju kembali. Namun, tak berapa lama. Bus mendadak berhenti lagi sedikit jauh dari halte barusan menurunkan seorang penumpang.
In Hyun berjalan menuju ke depan gerbang. Tetapi dia diadang oleh pria yang tiba-tiba muncul dari balik pos security di sana. Siapa lagi kalau bukan Nam Suuk.
Nam Suuk sengaja menunggu In Hyun dari pagi buta dengan penampilan yang misterius seolah bukan dia dan seolah tak mau dikenali banyak orang, terlihat dari penampilan ala premannya serta memakai topi.
"Hyun, aku ingin berbicara denganmu. Tapi tidak di sini," ajak Nam Suuk sembari memegang pergelangan tangan In Hyun.
"Kak Nam Suuk, apa-apaan ini? Kenapa pagi sekali kau sudah ada di sini?" tanyanya aneh dan takut kalau-kalau ada yang mengenali Nam Suuk dan melaporkannya pada Yurika. Dia sudah muak jika harus dihina dan dimusuhi terus oleh saudaranya itu.
In Hyun menghempaskan tangan Nam Suuk sedikit kasar sehingga tangan Nam Suuk terlepas dari tangannya. "Aku mohon jangan ganggu aku lagi karena aku tak ingin berurusan dengan istrimu lagi kak, dan satu lagi. Jangan pernah menemuiku seperti ini di manapun juga."
In Hyun berniat pergi menghindar tapi entah kerasukan apa, Nam Suuk tiba-tiba saja segera mencegahnya lalu menarik In Hyun ke dalam pelukannya. "Aku tak peduli banyak orang yang tahu hal ini, bahkan aku sangat senang jika mereka semua tahu bahwa aku masih mencintaimu Hyun."
In Hyun bertambah ketakutan. Dia berontak di dalam pelukan Nam Suuk yang sangat terasa erat. Ketika dia terus berusaha, "tolong lepaskan aku kak, sebelum Yurika data-" belum selesai dia memohon. Mendadak pelukan Nam Suuk terlepas karena seseorang menarik kerah baju Nam Suuk dari belakang.
Bukkkk...!!
Seorang pemuda melayangkan pukulannya tepat ke pipi Nam Suuk menyebabkan sudut bibirnya terluka dan dia terjatuh ke lantai ubin gerbang kampus.
"Kau! Beraninya memukulku, siapa kau?!" teriak Nam Suuk tak terima dia dipukul begitu saja oleh pemuda yang sama-sama memakai topi, tetapi pemuda itu menutupi setengah wajahnya dengan masker.
※*♥♡🎎♡♥*※
*°°°______TBC______°°°*
😁😁 Selesai... Makin seru kah... Atau makin datar aja??
Akhh.. Rehat sejenak dlu karena mau tidur😆
Kritik dan saran'y biasa.. Typo pasti ada dan banyak karena udh ngantuk jhehe
Besok insya Allah akan lanjut ngetik PDKT.. Mayan lagi gk ada tugas dua hari ini saat libur.. Semoga selesai dalam sehari.. (Orank bisa selesai dua jam woyy)😂😂 😊😊
Kamsahamnida.. 😄😆
Up* 22~12~2018
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top