SoL ~17~ Pencarian.
~*°______SOL______°*~
Pagi-pagi sekali nenek Kim sudah mengajak Jeong Soon ikut bersamanya untuk menemui Tuan Kim yang kebetulan baru pulang dari Afrika setelah menandatangani proyek baru di sana.
Jeong Soon memakai pakaian rapi milik Jae Woon dan saat berada di mansion dua yang ditinggali Tuan Kim. Ia disuruh menunggu di sebuah ruang keluarga sementara nenek Kim akan memperbincangkan dahulu masalah perubahan nama Jae Woon.
Ketika nenek Kim memperbincangkan masalah penggantian nama Jae Woon itu. Tuan Kim awalnya menolaknya mentah-mentah. Tetapi mengingat kalau Jae Woon saat itu hilang ingatan dan tak mudah untuk membuatnya berbaikan dengan Tuan Kim. Maka Tuan Kim menerima hal itu untuk sementara sebelum ingatan Jae Woon kembali pulih dan pastinya akan mengingat nama aslinya lagi.
Memang Tuan Kim tak mengalah pada kekeras kepalaan Jae Woon. Kalau bukan nenek Kim yang memohon kepadanya, sudah pasti Jae Woon tidak boleh diganti namanya.
Dan sudah dipastikan dimanapun Jae Woon berada. Maka mulai saat itu orang-orang di sekitarnya harus memanggilnya dengan sebutan Jae Soon (Jeong Soon) bukan lagi Jae Woon. Kalau ada yang membantah, maka hukumannya adalah dikeluarkan dari perusahaan atau dari tempatnya bekerja jika dia bekerja di salah satu perusahaan keluarga Kim.
Peraturan baru itu langsung disebarkan oleh wakil ketua Tuan Kim kepada semua pekerjanya dan juga wakil nenek Kim kepada seluruh pekerjanya juga termasuk pelayan dan para bodyguard di mansion Tuan Kim atau mansion yang ditinggali oleh Jeong Soon kelak lewat chat grup pegawai Black Panther Kim. Sang macan kumbang Kim.
Setelah perdebatan dan perselisihan itu selesai. Maka Jeong Soon dipanggil masuk ke dalam. Dia tersenyum lalu langsung saja memeluk Tuan Kim.
Tuan Kim yang tadinya hendak bertanya dengan bermacam-macam pertanyaan menjadi diam menerima pelukan anaknya itu. Ya. Tidak bisa dibohongi kalau Tuan Kim merindukan pelukan anaknya itu. Setelah kejadian meninggalnya Ibu dari anak-anaknya tersebut. Jae Woon selama ini terus menjauh, membangkang, membantah dan berbuat semaunya.
Tapi saat ini yang memeluknya benar-benar terasa berbeda. Ada getar hangat dalam pelukannya itu. Semenjak di High school sampai saat itu, baru kali ini Jae Woon memeluknya dengan seerat itu hanya karena Tuan Kim mengizinkan dia mengganti namanya sementara sebelum dia bisa sembuh dari amnesianya atau paling tidak demi agar In Hyun mengetahui siapa dirinya.
Jae Soon. Nama yang tak buruk. Tapi meski begitu, apakah In Hyun akan mengingat nama itu? Apakah istrinya itu masih mengingat semua kejadian di Joseon?
_______🍁🎎🍁_______
In Hyun seperti biasa pergi kuliah. Malangnya tiap hari dia harus selalu bertemu dengan Nam Suuk di depan gerbang kampus. Entah sengaja atau tidak, setiap hari Yurika memintanya untuk menjemputnya atau mungkin Nam Suuk yang meminta untuk menjemput istrinya itu setiap hari.
Tak ada yang tahu kalau pandangan Nam Suuk selalu pada In Hyun, bukan kepada istrinya. Selalu menampakkan senyuman penuh misteri juga. Entah apa yang ada di dalam pikiran serta yang telah ia rencanakan.
Hari itu juga. Siangnya In Hyun berpapasan dengan Nam Suuk di depan gerbang kampus. Ketika Nam Suuk hendak menyapanya.
"Hyun-yya." Sun Hi dan Euna sudah berada di dekatnya lalu segera menariknya dari dua sisi. Keduanya sudah tahu tentang apa yang akan dilakukan Nam Suuk yaitu mendekati In Hyun lalu Yurika nantinya akan salah paham pada mereka dan akan memaki lagi In Hyun.
Keduanya takkan membiarkan semua itu terjadi lagi. Ketiganya berjalan melewati Nam Suuk. Tak lama terdengar dari belakang mereka sebuah sindiran seperti biasa, dari siapa lagi kalau bukan dari Yurika beserta partner-nya yaitu Lin Chia.
Keduanya selalu saja menyindir In Hyun dengan kata-kata yang tak enak untuk didengar.
Sun Hi dan Euna terus saja menarik In Hyun agar jangan mendengarkan apa kata mereka.
"Cantik juga tak laku."
"Cantik juga perebut pasangan orang."
"Mana ada pria yang mengejar-ngejarnya."
"Wanita itu takkan ada yang mau dengannya."
"Sampai kapanpun dia akan menjadi perebut pasangan orang."
Itulah yang sering mereka katakan di belakang atau bahkan di depan In Hyun.
Sering hati In Hyun tersulut emosi. Tetapi kalau bukan karena Sun Hi dan Euna yang meredakan serta menahannya, dia tak tahan lagi untuk melawan keduanya.
Ketiganya terus berlalu meninggalkan kampus. Setelah mengucapkan kata tidak apa-apa dan berpisah dengan kedua temannya itu. In Hyun langsung pergi bekerja ke Clinic.
Jauh di mansion Jeong Soon.
Saat itu Jeong Soon tengah duduk di kursi di sebuah ruangan pribadi Jae Woon. Di sana ada komputer, serta alat yang lainnya. Tetapi dia masih belum bisa menggunakannya. Saat ini di dalam benaknya setumpuk pertanyaan yang terus berputar-putar.
Masalah dengan keluarga, teman, saudara dan juga pergantian nama sudah selesai. Tetapi dia tak habis pikir, kenapa mulutnya tak bisa mengatakan nama Jeong Soon? Bahkan nama Jae Soon adalah huruf yang dia tulis dalam kertas berbahasa korea kuno yang nampak hanya ada J Soon. Padahal dia menulis lengkap dengan nama Marganya. Kim Jeong Soon Goryeo.
Jadi nenek Kim setuju kalau namanya Jung Soon, tetapi terasa tak cocok. Akhirnya nama Jae Woon akan menjadi Jae Soon untuk sementara.
Sesekali dia mengusap wajahnya frustrasi. Dari mana dia akan mencari In Hyun? Sementara semua keluarga atau teman-temannya tak ada yang tahu nama itu. Karena ketika In Hyun menolongnya, hanya satu orang yang tahu, yaitu Sin Wan. Dan dia tak tahu akan hal itu.
Saat ini Sin Wan tengah ditugaskan ke Brazil oleh Tuan Kim dan akan pulang dalam dua hari lagi.
Kalau dia diam terus, mana mungkin dia akan menemukan istrinya In Hyun. Jadi dia harus segera bertindak secepat mungkin, dia benar-benar takut kalau-kalau waktunya di sana tak banyak. Sama seperti In Hyun yang pastinya bertanya-tanya apakah dia akan kembali lagi ke zamannya atau tidak?
Jeong Soon memerintahkan semua anak buah Jae Woon yang saat ini sudah pasti menjadi anak buahnya atau lebih tepatnya para bodyguard untuk berkumpul di ruangannya saat itu juga.
Setelah semuanya berkumpul di sana. Wajah para pengawal itu benar-benar terlihat pucat takut salah memanggil dengan panggilan biasa yaitu Tuan Muda Jae Woon. Peraturan baru itu telah membuat mereka harus lebih waspada terhadap panggilan Tuan muda mereka.
Tanpa basa-basi bahkan dengan nada tegas. Jeong Soon memerintahkan semuanya berpencar di kota Seoul itu untuk mencari wanita yang bernama In Hyun.
Para bodyguard benar-benar bingung atas perintah itu. Tak ada foto ataupun sebuah ID yang mereka dapatkan dari Tuan muda mereka. Hanya nama saja, dan nama In Hyun mungkin akan keluar dalam ratusan atau ribuan wanita di Seoul.
Jeong Soon tak mau tahu. Mereka harus mencari wanita bernama In Hyun dan segera membawa kepadanya.
Salah satu bodyguard yang bernama Hang Min mengangkat tangannya. "Tuan muda, jika kami telah menemukan wanita itu. Apa yang harus kami lakukan? Apakah membawanya langsung ke sini?"
Jeong Soon tampak berpikir. Bukan ide yang buruk, dengan begitu dia akan bisa langsung bertemu dengan istrinya itu. Akhirnya sudah diputuskan kalau wanita yang bernama In Hyun ditemukan, maka harus segera dibawa ke mansion untuk melihatnya.
Setelah semua pergi dari ruangannya. Jeong Soon menipiskan bibirnya tersenyum-senyum sendiri. Ternyata ada gunanya punya banyak prajurit di masa depan. Prajurit memang sangat dibutuhkan, tidak di zamannya atau di zaman In Hyun. Semua prajurit sangat Setia.
Dia duduk dengan santainya menunggu hasil pencarian para bodyguard-nya itu.
Sementara para pengawalnya itu pusing setengah mati. Ke mana mereka harus mencari? Apakah harus mencari di mall, atau pertokoan, atau taman? Akhirnya mereka semua mencari nama In Hyun di semua sosmed, di net bahkan di Google, setidaknya mereka tak usah susah-susah dan pastinya mustahil jika memasang papan nama bertuliskan 'mencari nona In Hyun'.
Satu kelompok ada tiga orang. Dan semua hampir lebih dari 30 mobil berpencar mencari In Hyun.
Satu grup berhasil menemukan wanita bernama In Hyun. Ternyata tak semudah yang mereka bayangkan, wanita itu malah ketakutan dan lari karena mereka berpenampilan sangat aneh yaitu seperti penjahat berpakain serba hitam, kacamata hitam serta memakai earphone bluetooth di telinga masing-masing.
Wanita itu terus lari sehingga mereka harus mengejarnya dan terpaksa harus membawanya dengan cara menculiknya.
Di gang sepi, ketiganya berhasil meringkus wanita yang bernama In Hyun itu. Sayangnya. In Hyun yang dibawa bukan wanita yang dicari Jeong Soon. Tapi mana mereka tahu, yang pasti wanita itu bernama In Hyun.
Ketiganya langsung menutup kepalanya dengan kain hitam, kedua tangan diikat dan mulut diberi lak agar tak berteriak. Lalu mereka buru-buru memasukkannya ke dalam mobil, membawanya langsung ke mansion.
Mendengar secepat itu para pengawalnya menemukan In Hyun. Hati Jeong Soon menjadi berdebar tak menentu.
Dua penjaga di dalam ruangan Jeong Soon malah tak tenang dan takut kalau teman-temannya salah membawa wanita. Jadi mereka mengusulkan agar Jeong Soon memakai masker supaya tak dikenali dan dikira penjahat melihat cara anak buahnya yang lain membawa paksa wanita itu.
Jeong Soon setuju akan hal itu. Setelah memakai masker penutup setengah wajahnya. Jeong Soon menyuruh mereka membawa wanita itu ke dalam.
Wanita itu dibawa masuk lalu di dudukkan di atas sebuah kursi yang sangat empuk dan mewah. Jeong Soon terbelalak. "Bagaimana bisa kalian membawa wanita itu dengan cara sekasar itu?" dia sedikit marah dan tak suka cara mereka membawa istrinya, bahkan sampai memakai penutup kepala juga.
"Maafkan kami Tuan. Wanita ini terus lari tak mau dibawa baik-baik oleh kami. Jadi sekali lagi maafkan kami, tak ada cara yang lain selain menculiknya." Jawab salah satu dari ketiganya.
Jeong Soon menghela napasnya. Memang benar, jika istrinya tak mau dibawa baik-baik. Mungkin dengan cara itu mereka harus bertemu. Dia menganggukkan kepalanya pelan isyarat agar mereka segera membuka penutup kepala wanita itu yang terus berontak dari tadi.
Setelah penutup kepala terbuka. Sungguh kecewanya Jeong Soon, ternyata itu bukan In Hyun istrinya. Tak ada cara lain selain membawanya keluar dan mengantarkannya ke tempat mereka membawanya tadi. Bahkan Jeong Soon menyuruh mereka meminta maaf dan memberinya uang untuk meminta maaf.
Pencarian In Hyun tak ada yang berhasil. Bahkan sudah belasan wanita yang berbeda dibawa ke hadapan Jeong Soon. Tetapi nihil, semuanya bukan wanita yang dia harapkan.
Kebetulan ketiga temannya berkunjung ke sana untuk memastikan keadaannya. Ketiganya terkejut mendegar Jeong Soon menculik wanita bernama In Hyun, Hyun In, In Nam, atau semua wanita yang dibawa para pengawalnya yang ada marga atau nama In saja.
Hwan Ki menatap Jeong Soon aneh. "Yah. Sebenarnya wanita mana yang kau cari?"
Han Cho juga merasa aneh. Selama ini yang dia tahu kalau Jae Woon sebelum hilang ingatan tak pernah dekat dengan gadis atau wanita manapun. "In Hyun, sejak kapan kau mengenal nama itu?"
Dae Chung juga ikut merasa heran. "Yah, Jae Soon. Bukankah kau hilang ingatan, jadi ingatan yang mana yang muncul tiba-tiba dengan nama wanita seperti yang kau cari saat ini?"
Lagi-lagi Jeong Soon hanya bisa menghela napasnya. Apa yang harus dia katakan kepada mereka? "Setiap hari aku bermimpi yang sangat aneh. Selalu bertemu dengan wanita bernama In Hyun, dan aku hanya ingin memastikan apakah wajahnya sama dengan yang ada di mimpiku itu." Saking bingung, ia hanya bisa mengatakan alasan yang terlintas di benaknya itu.
"Haaaahh?!" ketiganya merasa aneh mendengarnya.
Sebelum Hwan Ki bertanya kembali kepadanya. Datang Hang dan Toya meminta izin agar menunjukkan wanita kesekian kalinya yang bernama In Hyun.
Jeong Soon tampak sudah merasa jengah. Apakah itu wanita yang dia cari? Dari tadi siang sampai hari menjelang malam tak ada dari satu kelompok pun yang berhasil menemukan dan membawa istrinya.
Han Cho sangat merasa penasaran. Dia yang memerintahkan kedua bodyguard itu membawa wanita yang dibawa ke sana saat ini.
Ketika orang yang dimaksud dibawa. Keempatnya mengernyitkan keningnya, apakah tubuh wanita yang bernama In Hyun mempunyai otot? Meski dia memakai dress pendek. Tapi paha dan betisnya terlihat kekar.
Keempatnya sudah merasakan perasaan yang tak enak. Benar saja, di saat penutup kepala dilepas. Keempatnya terbelalak.
"Hang. Apa kau sudah gila?!" Hwan Ki.
Han Cho menggelengkan kepalanya. "Apakah itu yang bernama In Hyun?"
Dae Chung juga hanya bisa berdecak sambil menahan tawanya. "Yah, Jae Soon. Apakah itu yang muncul di mimpimu. Pppphhtt!"
Jeong Soon tersenyum di balik maskernya. "Tugas kalian hari ini sudah selesai. Jadi istirahatlah. Besok kalian bisa melanjutkan pencarian kalian." Perintahnya kepada para bodyguard yang terlihat sudah lelah seharian mencari wanita yang entah bagaimana wajah serta di mana alamatnya itu.
Mereka membawa wanita-... tunggu. Yang mereka bawa barusan bukan wanita melainkan wanita setengah pria alias waria. Hanya karena nama samaran di facebook-nya In Hyun. Dengan bodohnya Hang dan Toya membawanya ke hadapan Tuan muda mereka.
Hwan Ki, Dae Chung dan Han Cho tertawa terbahak-bahak. Sampai Jeong Soon juga ikut tertawa. Akh, benar-benar kejadian yang sangat menggelikan.
Hwan Ki mendekati Jeong Soon. "Jae Soon. Sebaiknya kau siap-siap sekarang. Kita sebaiknya membawamu menjernihkan otakmu itu ke tempat yang sudah lama kita tak kunjungi." Ajaknya sembari menoleh menatap sekilas ke arah Han Cho dan Dae Chung.
"Kau benar Hwan," sahut Dae Chung. "Sebaiknya kita membawanya ke sana karena selama ini dia terus berada di Busan."
Busan? Jeong Soon kini baru tahu kalau tempat waktu pertama kali bertemu dengan In Hyun adalah Kota Busan. Ia baru melepas maskernya.
"Berpikir apa lagi Jae Soon? Kau pasti akan sangat menyukainya." Ajak Han Cho melihat Jeong Soon terdiam terus dari tadi.
Jeong Soon berpikir sejenak. Kalau tidak ikut, mana tahu dia tentang kota aneh itu. Dan siapa tahu di perjalanan dia bisa bertemu dengan In Hyun secara kebetulan. Hanya itu harapannya.
Melihat Jeong Soon berpenampilan rapi tak perlu berganti pakaian. Han Cho langsung saja menarik tangannya lalu masuk ke dalam mobil.
Dia sudah tahu kalau Jae Woon tak bisa memasang sabuk pengaman. Jadi dia yang memasangkannya.
Dua mobil melaju dengan kecepetan sedang diikuti satu mobil bodyguard di belakang mereka.
Jeong Soon tersenyum mengingat saat pertama kali naik mobil bersama Hwan Ki yang kecepatannya mengalahkan kecepatan pembalap. Tapi kali ini Han Cho mengemudikannya dengan kecepatan sedang.
Ternyata ketiganya mengajak Jeong Soon ke sebuah Club malam tempat mereka biasa kunjungi.
Sesampainya di sana. Ketiganya mengajak Jeong Soon untuk berjoget di lantai bawah bersama dengan wanita-wanita berpenampilan sangat sexsi.
Dengan gaun pendek yang mereka kenakan atau celana pendek atau ada pula yang mengenakan gaun dress yang sangat mewah.
Jeong Soon terus menolak ajakan mereka. Dan mereka mengerti serta tak memaksanya karena tak mau membuat Jeong Soon tambah stress dengan keadaannya.
Jeong Soon bergidik ngeri membayangkan kalau zaman dirinya sama dengan zaman itu. Sudah pasti adat Kerajaan dan adat seluruh penduduknya juga akan hancur.
Melihat orang-orang minum-minum tanpa takaran sampai mabuk. Wanita dan pria bergumul bersama tetapi tak diketahui apakah mereka suami istri atau bukan.
Bau asap yang sangat menyengat terus menusuk hidungnya. Yaitu asap rokok. Di tengah semaraknya suasana club malam dengan berbagai minunam beer dan minuman lainnya yang lebih menyengat baunya.
Jeong Soon hanya duduk memperhatikan mereka sambil menyilangkan tangannya di dada.
Seorang wanita berpakaian seperti hanya memakai sebuah bra berhias berwarna hitam dengan rok mini berkilauan berwarna merah, datang mendekatinya sembari membawa segelas minuman.
Wanita itu duduk sangat dekat atau lebih tepatnya setengah menyeret tubuh Jeong Soon. Padahal kursi sofa sangat besar dan panjang. Dia terus menempel dengan Jeong Soon.
Jeong Soon benar-benar tak suka melihat ketidak sopanan wanita itu. Dia melirik ke pahanya wanita yang kelihatannya sudah setengah mabuk dengan mata yang sedikit teler.
Dia mengambil beberapa tissu untuk menutupi paha wanita tersebut namun terus ditepis oleh wanita itu. "Tuan. Mari kita berdansa bersama dan menghabiskan malam ini bersama-sama." Ajak wanita itu.
Jeong Soon terus berusaha mendorong wanita itu agar segera menjauh darinya. Tetapi wanita itu tak mau menjauh malah semakin bermanja-manja dengannya membuat Jeong Soon semakin muak.
Akhirnya dia bangkit berdiri lalu melangkah meninggalkan wanita yang dianggapnya gila itu untuk mendekati Hwan Ki.
Jeong Soon menepuk sebelah pundak Hwan Ki membuat Hwan Ki kaget bukan main. "Ada apa Jae?"
"Bolehkah aku pulang sekarang? Tempat ini benar-benar membuat kepalaku serasa ingin pecah." Jawab Jeong Soon tak terbiasa mendengar musik yang sangat aneh dan terlalu berisik itu.
Hwan Ki berubah panik. Dia takut terjadi apa-apa pada sahabatnya itu karena dia memang baru saja sembuh dari luka dan juga dari keadaannya itu. "Baiklah, sebaiknya kita pulang. Aku juga sudah ngantuk dan lelah."
Ketika Hwan Ki hendak melangkah pergi. Jeong Soon keburu menarik tangan kirinya. "Bagaimana dengan Han Cho dan Dae Chung?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya mencari kedua sahabatnya yang lain.
"Kau tenang saja," jawab Hwan Ki. "Meski mereka tak ketemu saat ini, tapi kita masih bisa menghubungi serta memberi tahu mereka tentang kepulangan kita." Dia menunjukkan sebuah ponsel yang dianggap oleh Jeong Soon benda aneh.
Hwan Ki dan Jeong Soon naik ke dalam mobil milik Hwan Ki.
Dari tadi Jeong Soon menatap benda tipis aneh persegi empat itu. Hwan Ki mengetik sesuatu lalu menaruhnya di dekat setir.
Sambungan bluetooth mobil mulai tersambung dengan ponselnya. Tak berapa lama terdengar bunyi berdering lalu diangkat oleh Dae Chung.
"Hallo, yah. Hwan, kau dan Jae Soon di mana sekarang?"
Jeong Soon kaget mendengar suara Dae Chung di benda tersebut. "Ba-bagaimana bisa Dae Chung masuk ke dalam benda itu?" tanyanya polos.
Lagi-lagi Hwan Ki tertawa. Hanya dia yang selalu tahu lebih dulu sikap aneh temannya itu. "Dia bukan masuk, hanya suaranya yang terhantar lewat benda ini ke benda yang mirip dengan ini. Jadi sejauh apa pun kita, masih tetap bisa berbicara."
Jeong Soon mengangguk mengerti. Jadi tak usah repot-repot membuat surat yang sampainya bisa memakan waktu seminggu atau lebih.
"Hwan, kau sedang berbicara apa? Kenapa kalian tidak menjawabku?" terdengar lagi suara sahutan dari Dae Chung yang menunggu jawaban dari Hwan Ki.
"Haha, mianhae. Kami pulang duluan, Jae Soon merasa pusing. Jadi kalian bersenang-senanglah." Jawab Hwan Ki menoleh sekilas melihat ke arah Jeong Soon yang masih terpaku menatap benda asing itu.
"Baiklah, sampai bertemu besok." Dae Chung mengakhiri percakapan mereka.
Semua benar-benar sudah berubah aneh. Batin Jeong Soon merasakan keanehan yang sangat. Dia jadi semakin merasa penasaran atas semua benda-benda aneh itu.
Hwan Ki mengantarkannya ke mansion. Tetapi hanya sampai pintu gerbang saja. "Begini cara membukanya." Ujarnya sembari memencet besi sabuk pengaman.
Jeong Soon tersenyum tipis sambil berterima kasih. "Gomasseumnida. Apakah besok kau akan berkunjung ke sini lagi. Banyak yang ingin aku tanyakan kepadamu." Ada keraguan di nada ucapan Jeong Soon.
Hwan Ki tersenyum sembari menepuk pundak Jeong Soon. "Aku pasti akan sering datang ke sini. Bukankah dahulu setiap hari kita selalu bersama, dan sudah pasti mulai saat ini kita akan selalu bersama,"
Jeong Soon kembali tersenyum. Ia kemudian turun dari mobil. Ketika dia hendak melangkah masuk, Hwan Ki memanggilnya dari dalam mobil.
"Yah. Jae Soon. Kau jangan khawatir, kami semua akan segera mengembalikan ingatanmu kembali!" serunya sambil mengacungkan ibu jari tangannya.
Jeong Soon ikut-ikutan mengacungkannya. Setelah melihat mobil Hwan Ki pergi. Dia bergegas masuk.
Ternyata di dalam sudah ada seorang pria yang menunggunya. Siapa lagi kalau bukan Sin Wan yang baru saja sampai dari Brazil. Sesampainya ke bandara, ia langsung datang ke mansionnya karena mendengar kecelakaan yang menimpa Jae Soon.
Setelah pekerjaannya selesai. Dia tak menunggu dua hari lagi tapi langsung saja pulang demi Jae Woon.
Jeong Soon melihatnya dengan tatapan aneh. Siapa lagi pria itu? "Siapa Anda? Dan sedang apa berada di rumah saya?" tanyanya aneh.
Sin Wan sudah tahu cerita semuanya. Dia sudah tahu juga kalau Tuan mudanya tengah mencari seorang wanita. Dia merogoh saku di dalam jas hitamnya lalu mengeluarkan sebuah foto seorang wanita. "Apa Anda tengah mencari wanita ini, nona In Hyun?"
Kedua mata Jeong Soon langsung membulat sempurna. "Ba-bagaimana bisa kau tahu dan dari mana kau mendapatkan gambar itu?"
~*♥♡🎎♡♥*~
*°°°______TBC______°°°*
Maaf ya cerita'y masih berbelit² 😁😁 tapi sudah selesai. Saat'y menyatukan mereka kembali..
Gomawo..
Up* 24~09~2018
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top