SoL ~16~ Namaku (Perkenalan).
~*°_______SOL_______°*~
Pagi-pagi.
Jeong Soon tersentak bangun ketika bermimpi aneh. Dia menggosok-gosok kedua matanya lalu mengedarkan pandangannya. Akh, dia baru ingat kalau dia berada di zaman istrinya.
Melihat sebuah selimut menutupi setengah tubuhnya. Ia yakin kalau itu Hwan Ki. Pemuda yang menyelamatkannya semalam.
Kedua matanya menatap sebuah kertas note di atas meja. Diraihnya lalu dibacanya, ada tulisan yang dia mengerti dan ada juga tulisan yang sama sekali tak dia mengerti (Bahasa English).
Dia bangkit dari tiduran sambil membolak-balik kertas note itu. Di atas kertas bertuliskan.
Jae Woon. Jika kau lapar, aku sudah menyiapkan makanan di atas meja. Minuman dingin kesukaanmu ada di dalam kulkas. Jika kau ingin mandi dahulu, ada pakaian baru yang datang langsung dari butikku tadi pagi. Aku pergi lari pagi. Nanti aku akan kembali setelah selesai berolahraga.
Jeong Soon hanya mengerti arti makanan, mandi dan juga pergi dalam tulisan korea. Tetapi sebagiannya tidak mengerti karena ditulis dalam bahasa inggris.
Sebaiknya dia pergi mandi dahulu. Setelah itu dia akan makan serta menunggu Hwan Ki pulang.
Jeong Soon masuk ke dalam kamar mandi. Sejenak dia merasa bingung. Bagaimana mereka mandi? Terdapat kolam kecil yang tak ada airnya (bathtub). Hanya benda panjang yang menempel di dinding (Selang untuk Shower) serta dari mana datangnya air?
Dia masuk ke dalam kotak kaca untuk Shower. Tiba-tiba dia terpleset dan tangannya yang hendak berpegangan ke sebuah besi pegangan malah memencet sebuah tombol untuk uap hangat (SPA). Jeong Soon kaget lalu memencet lagi tombol berniat untuk mematikannya, tetapi malah memencet tombol lain yaitu air yang keluar dari atas kepalanya (Shower).
Jeong Soon menghela napasnya. Mandi di sana benar-benar merepotkan dan tak praktis seperti di Joseon yang terdapat kolam besar pemandian air hangat. Bicara Joseon, ia teringat rencana awalnya yaitu mencari istrinya In Hyun.
Dia yakin kalau In Hyun ada di tempat itu. Karena ketika pria yang melambaikan tangan kepadanya waktu itu (Cho Sang-ji) mengatakan mereka akan bertemu lagi di Seoul. Ia juga mendengar kemarin kalau Hwan Ki mengatakan kalau mereka sampai di kota Seoul.
Jeong Soon mulai membasahi seluruh tubuhnya. Terus memikirkan bagaimana dia akan menemukan In Hyun? Dia meraih botol shampoo lalu membacanya, ada tulisan korea untuk rambut. Ia pun mulai memakai shampoo itu ke rambutnya, lalu botol satunya Sabun cair untuk tubuhnya.
Dengan otaknya yang sangat cerdas itu. Dia masih bisa membedakan mana yang untuk rambut dan mana yang tubuh. Meski dia harus membaca dahulu tulisan korea, disebabkan dia tak boleh sembarangan karena zaman itu benar-benar sangat berbeda dari zamannya.
Selesai mandi. Dia bingung lagi, bagaimana cara mematikan air dan uap yang terasa semakin panas itu? Dia mendekati tombol, diperhatikannya tombol bergambar air mengucur dan gambar udara yang artinya uap. Ada lagi tombol yang lain yang tak berani dipencetnya. Dia menoleh ke pojok atas tombol paling berbeda berwarna merah (Off). Dia pun memencet tombol merah itu.
Akhirnya air dan uap berhenti membuat Jeong Soon nyengir dan memuji diri sendiri. Kau selalu pintar Jeong Soon. Pujinya pada diri sendiri sambil meraih handuk lalu keluar dari kamar mandi.
Beberapa saat, ketika dia tengah memakai pakaiannya. Terdengar keributan di ruang televisi. Ia pun bergegas keluar dari kamar itu dengan kemeja yang masih terbuka kancingnya. Kedua matanya membulat melihat beberapa orang di sana. Termasuk Ji Hoon adiknya Jae Woon.
"Hyung! Akhirnya kau sudah sadar juga." Ji Hoon berlari memburu Jeong Soon lalu memeluknya erat.
Jeong Soon hanya diam tak membalas pelukan Ji Hoon karena dia bingung harus melakukan apa di depan teman-teman dan adiknya Jae Woon. Ia hanya menepuk-nepuk pelan punggung Ji Hoon.
Seung Hwan Ki yang baru datang dari lari pagi tersenyum lalu memeluk sekilas ketiganya.
Note dan fiku pemeran kita :
Seung Hwan Ki (23 thn). Seorang pemuda berbeda satu tahun dengan yang lainnya. Tetapi dia satu kampus dan satu fakultas dengan Han Cho dan Dae Chung di Seoul. Kedua orang tuanya adalah pembisnis berlian dan perhiasan serta butik pakaian terkenal.
Kwan Han Cho (24 thn). Usianya dan Jae Woon serta Dae Chung hanya berbeda beberapa bulan saja dan dia yang paling tua di antara mereka. Dari sekolah TK sampai lulus SMA mereka selalu bersama-sama. Tetapi, ketika masuk kuliah. Jae Woon sendiri yang pindah ke Busan. Kedua orang tuanya mempunyai bisnis perusahaan elektronik seperti televisi, kulkas, AC dan sebagainya. Kegemarannya adalah fotografer. Sampai koleksinya sudah dipajang di museum pribadinya.
Lii Dae Chung (24 thn). Dia juga lebih tua dua bulan dengan Jae Woon. Kegemarannya adalah bermain piano dan alat musik lainnya. Kedua orang tuanya mempunyai perusahaan mobil dan motor.
Kim Jae Jung Woon (24 thn). Dia adalah anak kedua dari Tuan Kim. Selama ini dia selalu bersembunyi dari sorotan publik. Bahkan sampai ada desas-desus kalau dia adalah anak dari istri simpanan yang selama ini dikabarkan miring tentang Tuan Kim. Ketika dia masih sekolah SMA. Ibunya meninggal dengan meninggalkan seribu mistery baginya. Keluarga Kim adalah pusat utama dari ketiga perusahaan tadi. Bahkan mereka kini telah bergabung dengan perusahaan milik keluarga Ko Shigekazu di Jepang.
Kim Ji Hoon. Sudah dijelaskan bukan tentang dia ketika datang ke rumah sakit. Anak bungsu dari Tuan Kim.
Kim Yoon Ha. Kakak pertama Jae Woon.
Dan suaminya Ko Shigekazu, kakak ipar Jae Woon. (Akan menyusul nanti 😄).
______🍁🎎🍁_______
Han Cho menepuk sebelah pundak Jeong Soon menyuruhnya untuk duduk. Tetapi sikap Jeong Soon tampak tak suka ketika Han Cho menepuk pundaknya itu atau lebih tepatnya belum terbiasa.
"Jae Woon. Aku akan mandi dahulu, kau mengobrollah dengan mereka supaya kau bisa cepat sembuh dari Amnesia-nya." Canda Hwan Ki sambil mengacak rambut Ji Hoon yang duduk di atas sandaran kursi sofa.
Setelah Hwan Ki pergi ke kamarnya. Jeong Soon ikut duduk di sana bersama mereka.
Dae Chung datang dari dapur membawa makanan untuk sarapan mereka serta beberapa jenis Jus. Ia tersenyum melihat ke arah Jeong Soon. "Jae Woon. Bagaimana keadaanmu? Apakah kau memang lupa kepada kami?"
Jeong Soon menghela napasnya. Mereka tahu kalau dia hilang ingatan. Memang hal itu bagus untuknya, tetapi sampai kapan dia akan berpura-pura hilang ingatan dan menjadi sosok Jae Woon. "Apakah kalian menganggapku tengah bermain-main? (Yang dimaksudnya adalah apakah dia terlihat sedang main-main atau berpura-pura hilang ingatan dan pura-pura tak mengenal mereka)."
Han Cho, Dae Chung dan Ji Hoon saling menatap sekilas. Kini mereka percaya apa yang dikatakan oleh Hwan Ki semalam ketika memberitahu mereka tentang Jae Woon dan keberadaannya. Jae Woon yang sekarang sangat berbeda dari Jae Woon yang dahulu, bahkan nada bicaranya sangat teratur layaknya nada bicara para Raja atau orang-orang zaman dahulu yang sangat formal dan juga tertata.
"Hahahaha!" ketiganya malah tertawa membuat Jeong Soon mengernyitkan keningnya heran. Apa ada yang lucu bagi mereka?
"Yah, Jae Woon. Apa kau kerasukan roh para leluhurmu di hutan waktu arum jeram?" Canda Dae Chung.
"Mungkin hyung Jae Woon telah menjadi leluhur kita." Sambung Ji Hoon terus tertawa.
"Hey, sudahlah. Kalian jangan suka meledeknya. Kalian harus mengerti tentang keadaannya saat ini." Ujar Han Cho melihat raut wajah Jeong Soon yang terlihat tak sedap dipandang.
Jeong Soon bukanlah orang yang cepat marah. Apalagi mereka belum dikenalnya sepenuhnya. Dia memaklumi jika mereka akan mencandainya seperti mencandai teman mereka, Jae Woon. Maka dari itu dia hanya tersenyum miring.
Ketiganya jadi diam dan tak ada yang tertawa lagi.
Selama ini. Jika mereka meledek Jae Woon. Pemuda itu pasti akan cepat marah tetapi hanya marah sesaat lalu membalas candaan mereka dengan yang lebih sadis. Tapi, kali ini. Dia hanya diam saja dan tampak santai-santai saja mendengar ledekan mereka. Karena itulah sifat Jeong Soon.
Ji Hoon menyodorkan piring berisi sarapan kepada Jeong Soon. Terdiri dari roti tawar isi keju cheddar dan juga daging sapi asap yang diiris tipis-tipis kesukaan Jae Woon. "Hyung, makanlah. Kau pasti lapar." Ujarnya sambil tersenyum.
Jeong Soon membalas senyum Ji Hoon lalu menerima makanan itu. Ketika gigitan pertama, Jeong Soon merasa makanan itu terasa aneh di mulutnya. Tetapi, karena dia sangat lapar dari kemarin belum makan. Maka dia pun menghabiskan roti tawar itu dengan sandwich lainnya sampai perutnya terasa kenyang.
Hwan Ki datang lalu ikut gabung dengan mereka. Suasana yang tadinya tegang, menjadi cair karena candaan-candaan mereka.
Jeong Soon merasa kalau mereka kini mirip dengan para sahabat serta adiknya, Wang Jhaojun, Luo Guanjong, Lee Hwon dan keponakannya Lee Hang. Kehangatan itu kini dirasakannya kembali.
Mereka juga tetap memperlakukan Jeong Soon sama dengan Jae Woon sebelum hilang ingatan. Meski Jae Woon yang sekarang jarang bicara. Tapi mereka yakin jika nanti Jae Woon akan ingat kembali dan akan menjadi dia lagi.
Pikiran Jeong Soon tetap fokus pada pencariannya nanti, yaitu mencari In Hyun. Dengan bantuan ketiga sahabatnya itu, dia yakin bahwa dirinya akan cepat menemukan In Hyun.
Dia tak tahu jika ketiga sahabatnya itu tidak mengetahui apa-apa tentang pertolongan In Hyun waktu kecelakaan itu. Karena yang tahu saat itu hanya Sin Wan. Jae Woon sengaja menyembunyikan hal itu agar keluarga Kim tidak berlebihan memperlakukan In Hyun.
Saat itu bagi Jae Woon In Hyun hanya wanita biasa yang menolongnya. Bahkan entah karena dendam apa dia sampai menggaris bawahi marga In dan Marga Liu. Tetapi, sebelum dia menjadi Jeong Soon. Waktu itu Jae Woon berubah pikiran lagi menghapus In Hyun dan keluarganya serta tak mau lagi berurusan dengan gadis itu lagi.
Jika Jeong Soon meminta bantuan ketiga sahabatnya serta adiknya itu. Mustahil mereka akan segera menemukan In Hyun, terkecuali hanya satu orang yang tahu In Hyun yang mana. Yaitu Sin Wan. Sayangnya, Sin Wan saat ini tengah ditugaskan oleh Tuan Kim ke Brazil untuk urusan bisnis dan akan kembali dua hari lagi.
Jadi, selama dua hari ini. Jeong Soon akan kesusahan mencari istrinya itu. (Selamat berpusing ria Jeong Soon 😂)
_______🍁🎎🍁________
Jeong Soon duduk di kursi rotan melepas pandangan ke lautan yang luas. Tadi ketika selesai sarapan. Dia dan keempat lainnya keluar rumah. Dia terkesiap melihat laut yang luas itu karena itu adalah pertama kalinya dia melihat pemandangan menakjubkan selain gunung, bukit, lembah, bahkan ladang dan padang rumput di Joseon.
Ternyata di belahan bumi ada hamparan air yang luas seperti itu. Deru ombaknya terdengar nyaring dan bagaikan sebuah lagu, bercampur dengan embusan angin yang menerpa wajahnya.
Jeong Soon memejamkan kedua matanya sambil berkata dalam hati. Aku benar-benar tak sabar ingin segera bertemu denganmu lagi istriku. Kita akan bersama kembali seperti di Joseon. Aku ingin kau yang menunjukkan bagaimana zamanmu ini dengan benda-benda anehnya, sebagaimana aku menunjukkan bagaimana zamanku itu.
"Hyung, nenek datang ke sini." Ucap Ji Hoon mengejutkan Jeong Soon.
Akh nenek tua itu lagi. Apakah dia ingin membawaku pergi dari sana dan mengurungku lagi? Batin Jeong Soon sambil membuka kedua matanya.
Ketika baru saja bangkit dari duduknya. Jeong Soon mendapati kalau nenek Kim sudah ada di hadapannya.
"Jae Woon, nenek ingin bicara denganmu." Kata nenek Kim tampak serius.
"Saya juga nek. Ada yang harus saya bicarakan dengan nenek." Jawab Jeong Soon tampak tenang sekali.
Nenek Kim mengangguk. Keduanya berjalan menuju ke ruang tamu. Sementara keempatnya membiarkan nenek dan cucunya itu berbicara.
Jeong Soon kini duduk di sofa kecil sementara nenek Kim di sofa besar. Jeong Soon terlihat menunduk hormat kepada nenek Kim membuat nenek Kim menghela napasnya. Biasanya cucunya itu selalu manja atau memeluknya. Tapi semenjak dia hilang ingatan, Jae Woon-nya sudah tak seperti itu lagi. Telah berubah menjadi orang lain yang sangat sopan.
"Jae Woon. Apakah kau akan ikut kembali ke Busan bersama nenek?" tanya nenek Kim menatap sayu cucunya itu.
Jeong Soon semakin menunduk. "Nenek, saya sangat menghormati nenek. Sebelum atau sesudah saya hilang ingatan, saya sangat sayang kepada nenek. Tetapi...," ucapannya menggantung.
"Tetapi apa?"
"Tetapi, jika diizinkan. Saya ingin tinggal di kota Seoul ini." Jawab Jeong Soon tak bisa mengatakan alasannya.
"Apakah kau yakin ingin tinggal di kota ini?" tanya nenek Kim ragu. Karena semenjak masuk kuliah sampai semester tiga itu. Jae Woon tak mau tinggal di Seoul. Bahkan terakhir kalinya dia di Seoul adalah ketika membatalkan pendaftaran kuliah di fakultas In Hyun.
"Yakin sekali nek." Jawab Jeong Soon dengan kepala masih menunduk selayaknya berbicara dengan nenek Ratu di Joseon. Dia tak berani menatap kedua mata orang yang lebih tua darinya dan sangat dia hormati.
Lagi-lagi terdengar helaan napas nenek Kim. Beliau tahu kalau Jae Woon hilang ingatan. Tetapi nenek Kim tak menyangka kalau Jae Woon akan tinggal di Seoul lagi. "Jae Woon. Jika kau tinggal di sini, maka kau dan Ayahmu-"
"Maaf menyela. Tapi saya sudah tahu cerita itu dari Ji Hoon. Dan masalah ini memang telah berlarut-larut sehingga tidak mudah untuk memperbaikinya. Jika saya diizinkan tinggal di kota ini. Maka saya akan mencoba memperbaiki hubungan saya dengan Ayah seperti semula lagi, meski diawali dengan hal baru karena saya tidak mengingat apa-apa."
Jeong Soon tidak peduli dengan urusan dan masalah Jae Woon bersama dengan Ayahnya, bahkan saat mendengar penjelasan Ji Hoon bagaimana hubungan Ayah dan anaknya itu yang semakin hari malah semakin buruk. Dia benar-benar tak akan ikut campur urusan mereka. Meski sekarang dia adalah pemuda bernama Jae Woon itu.
Yang jelas, demi mencari dan menemukan In Hyun, sudah pasti dia harus tinggal di sana. Dengan menggunakan cara kalau dia benar-benar Jae Woon yang hilang ingatan dan memperbaiki hubungannya dengan Tuan Kim. Maka semuanya akan berjalan lancar. Pikirnya.
Nenek Kim ternyata tak marah malah langsung mengizinkannya. Cucu kesayangan dan juga anak laki-lakinya yaitu Tuan Kim memang akhir-akhir ini hubungan mereka sangat memprihatinkan dan beliau sering kali menasihati Jae Woon agar berbaikan saja dengan Ayahnya yang sama-sama keras kepala itu. Yang muda harus mengalah kepada yang tua. Tetapi, bagi Jae Woon waktu itu adalah, yang tua harus mengalah kepada yang lebih muda. Apa lagi dia anaknya.
"Kalau begitu. Jika kau menginginkan atau membutuhkan bantuan nenek. Maka nenek akan selalu membantumu Jae Woon." Kata nenek Kim lega.
"Gomasseumnida, nenek. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada nenek telah mengizinkan saya untuk tinggal di kota ini lagi." Ucap Jeong Soon senang. Tetapi, yah namanya juga Jeong Soon sang Kaisar zaman dahulu. Maka rasa senangnya jarang sekali diungkapkan dengan sikapnya atau dengan ekspresi wajahnya.
Nenek Kim merasa kalau Amnesia Jae Woon malah membuat akhlak perilakunya semakin membaik. Bahkan dia mengalah dan akan memperbaiki hubungannya dengan Ayahnya. Meski terlihat dingin dan juga menjadi orang yang lebih santai. Nenek Kim tetap bangga pada cucunya itu.
Beliau sangat rindu akan cucunya yang manja. Tapi melihat cucunya yang sekarang, sepertinya nenek Kim malah akan semakin bangga kepadanya.
"Nenek," Jeong Soon memberanikan diri ingin meminta sesuatu.
"Ada apa cucuku?" tanya nenek Kim sudah tahu jika Jae Woon akan meminta sesuatu. Hilang ingatan atau tidak, jika Jae Woon ingin meminta sesuatu. Maka akan terlihat ragu mengatakannya dan dia senang jika sifat itu masih ada padanya.
"Bolehkah saya mengganti nama saya?"
Nenek Kim mengernyitkan keningnya membuat semakin jelas kerutan-kerutan kulit wajah dan keningnya. "Kenapa kau ingin mengganti namamu?"
Jeong Soon menelan salivanya berat. Apakah nenek Kim akan menerima permintaannya agar mengganti namanya itu. "Karena saya merasa telah lahir menjadi seseorang yang baru lagi. Jadi, saya hanya meminta agar nama saya diganti sementara sebelum ingatan saya kembali lagi."
Nenek Kim mengangguk mengerti. Memang selama ini Jae Woon selalu berkata kalau dia tak terlalu suka dengan nama Jae Woon (pemberian Ayahnya) karena benci kepada Ayahnya itu. Dulu dia sangat suka neneknya memanggilnya dengan nama Jung Woon (pemberian Ibunya). Tapi terkadang neneknya juga menuruti panggilan semuanya yaitu Jae Woon karena anak laki-lakinya (Tuan Kim) yang sering tak terima jika nama pemberiannya diganti.
"Apakah kau ingin aku memanggilmu dengan nama Jung Woon?" tanya nenek Kim mengingatkan Jae Woon akan nama dari Ibunya.
Jeong Soon menggelengkan kepalanya.
Nenek Kim semakin mengernyit heran. "Jadi kau ingin aku memanggilmu apa?"
"........?"
*°♥♡🎎♡♥°*
*°°°______TBC______°°°*
Dari hari ini dan mungkin seterusnya adalah pembaruan WP.. Jadi mungkin liat dlu bagaimana kemajuan kedepan'y.. Jadi sebelum stabil lg.. Up cerita selajut'y akan sedikit lambat ya.. 😄😄
We vs Baby terpaksa di Unpub karena tadi'y akan di private.
Gomawoyo..
Up* 19~09~2018
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top