SoL ~14~ Dasi Bwala (Melihatmu lagi).
~*°_______SOL_______°*~
"Mu... mustahil?!"
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Jeong Soon di sela napasnya yang memburu melihat sebuah benda aneh yang berjejer di depan sana. Sebuah benda yang melaju dan ada juga yang parkir.
Kepala Jeong Soon miring ke kiri dan ke kanan melihat benda-benda berbentuk aneh dan sangat besar. Bahkan dia semakin terkejut kala melihat orang-orang keluar dan masuk ke dalam benda tersebut lalu melajukannya.
Apa yang Jeong Soon lihat? Ya. Dia melihat mobil. Keningnya kembali berkerut melihat kendaraan itu. Apa itu kereta kuda yang telah diubah manusia menjadi benda aneh seperti itu? Bahkan tak ada lagi kuda yang menarik kendaraan tersebut agar melaju.
Lamunannya tersentak kala tak sengaja beberapa orang yang lalu-lalang menubruk atau menyenggol tubuhnya. Orang-orang yang masuk dan keluar dari rumah sakit menatap aneh kepada dokter itu, kenapa dia berdiri di sana karena Jeong Soon kini berdiri tepat di tengah-tengah jalan.
Penjaga menyuruhnya agar segera beranjak dari sana dan jangan menghalangi jalan. Para penjaga itu sungguh tak tahu kalau itu adalah Tuan muda mereka.
Beberapa bodyguard berjalan hendak menghampirinya membuat Jeong Soon bergegas melangkah menjauhi mereka sebelum mereka menyadari kalau dirinya tak ada di dalam ruangan tadi.
Dia berjalan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kota apa itu? Kenapa baru pertama kali dia melihat ada kota seperti itu? Di bagian Kerajaan mana dia terhanyut? Sesekali menengadah kala melihat matahari dan gedung yang tinggi terdiri dari beberapa lantai di sekitar (penginapan dan motel). Kini dia berhenti dan kembali terpaku melihat sebuah benda yang sangat besar dan panjang di dekatnya. Ternyata itu adalah mobil bus yang akan dinaiki oleh In Hyun.
"Tempat apa ini?" ingin sekali dia berteriak memanggil nama-nama Lee Hwon, Luo, Wang dan yang lainnya.
Jeong Soon benar-benar bingung. Pada siapa dia harus bertanya. Ke mana dia harus mencari saudaranya serta keluarganya? Apakah mereka kini tengah mencarinya dan akan datang ke kota aneh itu?
Karena penasaran. Jeong Soon mendekati mobil bus tersebut. Awalnya dia hanya mencoleknya dengan ragu, lalu menepuknya pelan dengan telapak tangannya. Bus pun berbunyi seperti besi yang dipukul.
Benda besar ini ternyata terbuat dari besi. Dia menempelkan telinganya ke badan bus itu seolah ingin mendengarkan detak jantung benda itu.
"In Hyun-yya. Cepat naik!" panggil Sun Hi dari jendela bus.
Jeong Soon seolah mendengar sebuah nama yang terasa tak asing lagi baginya. Dia sampai menjauhkan telinganya menatap aneh pada badan bus. Apakah dia salah dengar??
Jeong Soon mencoba menempelkan kembali telinganya ke badan bus. Lagi-lagi dia mendengar seseorang memanggil nama itu, dan kini seorang laki-laki.
"In Hyun!" panggil seniornya berhenti di depan pintu bus, tersenyum sambil memainkan telapak tangannya memanggil In Hyun. Mereka sudah siap naik dan sudah selesai menaikkan ice box obat-obatan herbal.
"Baiklah!" jawab In Hyun lalu membungkuk memberi hormat pada Sang-ji, "terima kasih profesor Cho, terima kasih atas penjelasan dan ilmu yang Anda berikan kemarin." Ucapnya berterima kasih sekaligus selamat tinggal kepada Cho Sang-ji sambil menegakkan kembali tubuhnya.
Cho Sang-ji dengan senyuman renyahnya sambil garuk-garuk pipi membungkuk juga. "Baiklah, sampai bertemu kembali di Seoul nanti Hyun-yya." Ucapnya karena dua minggu sekali atau sebulan sekali ia sering pergi ke Seoul.
In Hyun membalas senyuman Cho Sang-ji lalu membalikkan tubuhnya, berjalan menuju pintu bus kemudian bergegas masuk karena mereka harus mengejar waktu disebabkan ada pasien dokter Bae Soyee membutuhkan obat herbal yang sangat penting.
Jeong Soon yakin bahwa dia tak salah mendengar. Ia segera berlari ke ujung bus untuk melihat di seberang bus apakah nama itu adalah wanita yang sangat dia rindukan selama ini. Ratunya In Hyun.
Ketika Jeong Soon selesai mengelilingi bus dan sampai di mana dokter Cho melambaikan tangannya ke bus. Dia malah berdiri melihat ke dalam bus sesosok wanita yang benar-benar dia rindukan duduk di dekat jendela menatap dan tersenyum kepada lelaki itu.
Jeong Soon benar-benar tak bisa percaya. Apakah dia tidak salah melihat? Wajahnya, dan senyumnya itu adalah benar-benar wanita yang dicintainya. Malahan ketika mendengar namanya disebutkan, dia semakin yakin kalau itu adalah istrinya.
Tetapi kaki Jeong Soon malah tak bisa bergerak sama sekali dan tubuhnya bergetar hebat. Jantungnya berdetak semakin kencang, kedua matanya membulat sempurna dan menjadi berkaca-kaca dengan deru napas yang semakin memburu. Itu adalah pertama kalinya dia gemetaran seperti itu.
Jadi dia.. dia.. telah terlontar ke zaman istrinya. Ke zaman aneh di mana istrinya itu masih hidup. Apakah ini mimpi? Apakah itu benar-benar In Hyun sang Ratunya? Apakah dia memang benar-benar ada di zaman itu?
Bus melaju semakin cepat membuat Jeong Soon tersentak sadar dari lamunan dan dari rasa tak percayanya. Dia semakin membulatkan matanya melihat benda besar itu telah membawa In Hyun pergi. Akhirnya dia pun mengejarnya.
"RATUKU! RATU HYUN! KEMBALILAH! HENTIKAN KENDARAAN ANEH ITU!!" Jeong Soon berteriak tetapi sedikit tak jelas karena masker penutup wajahnya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengejar, tetapi dia merasa aneh. Kenapa dia tak bisa terbang atau berlari dengan cepat? Apalagi memelesat, dia benar-benar tak bisa melakukannya lagi di zaman itu.
Cho Sang-ji melihat Jeong Soon berlari mengejar. Dia malah bengong aneh. Kenapa dengan dokter itu? Apakah dia mengejar bus yang ditumpangi oleh In Hyun?
Tadinya Sang-ji hendak mengejarnya. Namun niatnya segera diurungkan ketika melihat beberapa bodyguard kini mengejarnya.
Mereka baru mendapat kabar dari dua penjaga di depan kamar Jae Woon tadi bahwa Tuan muda mereka berhasil kabur dengan mengelabui mereka. Dia memakai pakaian dokter dan kabur dari rumah sakit.
Hal itu diketahui ketika suster yang rutin memeriksa Jae Woon masuk untuk memeriksanya. Tetapi dia terkejut kala melihat dokter pingsan dalam keadaan hanya berselimut seprai ranjang saja. Suster tersebut langsung memberitahu pada dua bodyguard dan mereka langsung mengabari rekan-rekan mereka. Untungnya mereka melihat dokter mencurigakan tadi belum kabur jauh dan kini malah mengejar bus. Mereka yakin kalau Tuan muda mereka mengejar bus karena hendak kabur dari rumah sakit.
Jeong Soon masih terus mengejar. Tapi sayang, di sebuah tikungan jalan, sebuah mobil Corolla berwarna hitam metalik menabraknya sampai dia terpental dan jatuh pingsan di pinggir jalan itu.
In Hyun yang duduk di pinggir jendela tengah memandang pemandangan yang bus lewati, dia heran saat merasakan sesuatu perasaan yang aneh. Kenapa hatinya jadi tak enak dan jantungnya berdebar kencang. Dia malah berpikir kalau-kalau terjadi sesuatu kepada kakak atau Ibunya. Dia merogoh tasnya mengeluarkan ponsel-nya kemudian memencet nomor kakaknya untuk memastikan bahwa semua di Seoul baik-baik saja.
Sementara Jeong Soon yang pingsan karena tertabrak mobil segera dibawa kembali ke rumah sakit ke kamar rawat yang lain. Dan dokter yang pingsan di kamar rawat tadi telah sadar serta diberi pakaian oleh para bodyguard.
In Hyun kembali memasukkan ponsel-nya dengan perasaan lega setelah mendengar kabar kakak dan Ibunya. Tadi itu kenapa hatinya merasakan sedikit sakit dan tak enak? Ia menepis perasaan negatif itu dan mulai berpikir positif kembali.
Bus melaju dengan kecepatan sedang menuju ke kota Seoul.
Sun Hi dan Euna mengajak ngobrol In Hyun sambil bercanda bersama dengan senior-senior In Hyun.
_______🍁🎎🍁_______
Sorenya.
In Hyun sampai di Seoul. Para senior sengaja mengantarkannya ke flat agar In Hyun istirahat saja, pastinya ia lelah dan sebenarnya mereka juga lelah.
In Hyun menghubungi dokter Soyee dan mengatakan akan datang ke clinic sebentar. Tetapi dokter Soyee melarangnya dan mengizinkannya untuk istirahat saja. Besok dia boleh masuk kerja lagi ke clinic.
Setelah mengucapkan banyak terima kasih. In Hyun menutup panggilannya kemudian menggendong tas ranselnya masuk ke dalam gedung.
Di Rumah Sakit Busan.
Nenek Kim semakin khawatir mendengar pemberontak cucunya Jae Woon tadi. Dia datang kembali ke rumah sakit. Setelah mendengar kalau keadaan Jae Woon baik-baik saja bahkan dia sudah bisa dibawa pulang.
Hanya satu kenyataan yang belum bisa diterima nenek Kim. Kalau cucunya 'hilang ingatan'. Ya. Jae Woon telah divonis Amnesia akibat benturan hebat di kepalanya. Para dokter tak bisa memastikan apakah Jae Woon akan mengalami Amnesia sementara atau permanen. Yang pasti, kalau mereka ingin Jae Woon ingat kembali.
Mereka harus membawanya ke tempat-tempat kenangan dan juga memberinya video-video tentang semua kenangannya agar Jae Woon sedikit demi sedikit bisa ingat kembali siapa jati dirinya. Meski kemungkinan untuk sembuh dari Amnesia-nya baru 20%. Tetapi, selama mereka berusaha, tak ada yang tak mungkin untuk pasien Amnesia ringan seperti Jae Woon.
Akhirnya nenek Kim memerintahkan agar Jae Woon dipindahkan ke kediamannya. Karena hanya di sana Jae Woon akan banyak melihat semua kenangan tentang siapa dirinya dan mungkin akan segera ingat kembali.
Dalam keadaan tak sadarkan diri. Jae Woon diam-diam dibawa pulang oleh nenek Kim. Kenapa diam-diam? Karena para wartawan masih menunggu di depan rumah sakit dan belum beranjak dari sana sebelum mendapatkan kabar tentang keadaan Jae Woon. Mereka belum mendapatkan sedikitpun kabar tentang keadaannya dan tak ada yang tahu kalau Kim Jae Jung Woon mengalami Amnesia.
Sesampainya di kediaman Kim.
Jeong Soon dibawa masuk ke dalam kamarnya Jae Woon. Dengan seorang dokter dan suster yang setiap saat akan memeriksa keadaannya.
Menjelang malam.
Jeong Soon sadar kembali.
Ketika membuka kedua matanya. Dia terbelalak karena kini berada di kamar berbeda dari yang tadi. Di dalam ruangan itu malah bertambah dipenuhi benda-benda aneh dan lebih banyak dari kamar sebelumnya (rawat inap).
Dia bangkit berdiri dan memburu pintu. Tetapi, pintu dikunci dari luar. "Akh, menyebalkan. Kenapa aku dikurung di sini? Tempat apa lagi ini?"
Jeong Soon mengerjapkan matanya melihat beberapa foto menggantung di dinding kamar. Wajahnya tercetak jelas di sana. Bahkan bukan hanya sekadar lukisan seperti di zamannya. Ia mendekati lalu memperhatikan wajah di foto tersebut. Terus menatap wajah yang terlihat tak ada senyum itu.
Dia menoleh menatap foto berukuran besar tepat di atas sandaran ranjangnya. Wajah itu. Dia memegang kedua pipinya dan mengusap wajahnya frustrasi.
Apakah itu semua takdir dirinya? Terlontar ke zaman sangat aneh itu? Terjebak di dalam tubuh yang sama dengannya ketika tiga puluh silam.
TAKDIR?!
Teringat kembali kejadian tadi siang saat kedua matanya melihat lagi wanita yang selama ini sangat dia rindukan. Tiba-tiba senyumnya mengembang. Ternyata dia terlontar ke zaman istrinya. Entah zaman apa itu, yang pasti dia telah menemukan kembali istrinya.
Apakah dia harus berterima kasih kepada takdir? Ataukah harus menyalahkannya karena telah memisahkannya dengan sanak saudaranya di Joseon. Mungkinkah kelak nanti dia akan kembali ke zamannya sebagaimana In Hyun yang dulu terlontar ke zamannya dan telah kembali ke zamannya ini?
Jawaban atas pertanyaan tentang kembalinya In Hyun ke zamannya telah terjawab. Istrinya itu kembali tanpa kurang apa pun dan juga tampak sehat serta semakin cantik meski berpakaian yang aneh.
Beberapa lama dia memikirkan semua itu dengan sesekali menatap ke sekeliling kamar.
Jeong Soon tak mau memikirkan hal itu dahulu. Dia yakin jika dia terlontar karena do'anya selama ini. Do'a ingin bertemu kembali dengan istrinya di kehidupan yang akan datang. Tapi secepat itu dia bertemu kembali dengan istrinya, bahkan dengan perasaan yang sama dan masih dirinya sendiri yang datang ke zaman itu. Bukan dari sebuah reinkarnasi.
Dia duduk di pinggir ranjang. Dulu Ratu Hyun yang terlontar ke zamanku. Mungkin dengan cara persis seperti ini. Jika istriku saja bisa menyesuaikan dirinya di Joseon. Kenapa aku tidak bisa? Aku harus bisa melakukan serta menjalani apa yang takdir tentukan untukku. Takdir telah menuliskanku untuk datang ke zaman ini, dan aku tak sabar ingin segera bertemu dengan istriku lagi serta mengatakan bahwa di dalam tubuh pemuda ini adalah aku, suaminya.
Akan tetapi? Jeong Soon termenung sejenak sambil mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang. Dalam posisi bersila dia berpikir lagi. Bagaimana caranya aku bisa menemukannya di negara sebesar ini? Kendaraan besar dan aneh tadi telah membawanya ke mana?
Dia mengembuskan napasnya keras. Apa kedudukan pemuda bernama Jae Woon itu? Sampai-sampai dia mempunyai banyak pengawal dan prajurit. Bahkan sering kali dia kabur dari para pengawal itu dan kenapa? Apakah dia Raja sama sepertinya? Apakah dia kabur karena perlakuan mereka yang terus mengurungnya seperti seorang tahanan saat ini? Sambil mengedarkan lagi pandangannya ke sekeliling, beribu-ribu pertanyaan terus bertumpuk di otaknya.
Tiba-tiba mendadak sebuah ide muncul di benaknya itu. Jika di Joseon dia bisa menggunakan kekuatannya sendiri untuk mencari seseorang. Kenapa dia tak menggunakan para prajurit Jae Woon untuk mencari In Hyun. Dia yakin, dengan mengerahkan semua pengawalnya. Maka In Hyun akan cepat ketemu dan dia akan segera bersama kembali dengan istrinya itu.
Briliant bukan pemikirannya. Tetapi dia tak tahu jika di zaman itu. Tak semudah mencari seseorang di Joseon yang masih bisa terhitung hanya terdiri dari beberapa pedesaan saja.
Dengan senyumannya. Jeong Soon merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Baru saja tubuhnya terbaring. Mendadak dia bangkit lagi karena terkejut ada sebuah suara dan benda yang menyala.
'Televisi'
Benda itu menyala karena remote yang tak sengaja dia tiduri.
Jeong Soon benar-benar kaget melihat benda persegi empat seperti di kamar waktu itu (Komputer di rumah sakit) menyala lagi. Bahkan bentuknya yang lebih besar dan dalamnya kini menampakkan seseorang bergerak di dalam sana tampak ketakutan lalu tiba-tiba telepon duduk berdering. Wanita itu mengangkatnya tetapi yang berada di seberang makhluk aneh yang tertawa. Wanita itu langsung memotong kabel telepon lalu berlari keluar.
Note : Jeong Soon melihat film horror yang sering Jae Woon tonton. Di dalamnya seorang wanita dikejar setan dan meminta tolong.
Jeong Soon langsung mendekatinya lalu berjongkok menatap televisi. "Hey, Nona. Kau cepat keluar dari sana. Masuklah ke sini!" Ia berteriak layaknya orang gila. Jantungnya berdetak lebih kencang. Lagi-lagi dia berteriak, "Nona, jangan berhenti. Cepat lari!" kali ini ia menggedor-gedor televisi karena mengira kalau layar adalah jendela kaca seperti di kamar rumah sakit. Ia juga mengira kalau setan di film itu adalah siluman gunung Huaguo prajurit Ratu Yatsuko.
Setan itu kini sudah terbang mengambang di belakang wanita yang sangat ketakutan itu sampai keringatnya terlihat bercucuran.
"Nona, aku akan segera menyelamatkanmu!"
Jeong Soon berdiri menoleh kanan-kiri mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari sesuatu. Dia melihat dua pedang bersilang di dinding. Ia segera berlari lalu mencabut satu pedang mendekati lagi televisi kemudian memecahkan layarnya.
Krakkk... trrrrrrrr...
Televisi hancur lalu mati karena layarnya pecah membuat Jeong Soon mengernyitkan keningnya. Ternyata tak ada orang di dalam sana.
Tiba-tiba...
Triinggggg... tringggg...
Telepon duduk di kamarnya itu berbunyi. Jeong Soon kembali terkesiap. Mungkin benda itu akan memunculkan siluman. Ia langsung saja memotong kabel lalu menghancurkan telepon itu menjadi berkeping-keping.
Brakkk.. brukkkk..
Karena mendengar keributan di dalam kamar. Beberapa pelayan langsung memberitahu nenek Kim.
Nenek Kim panik. Beliau langsung saja menyuruh kepala pelayan membuka pintu kamar. Ketika masuk, dilihatnya cucunya itu tampak sedang mengamuk. "Jae Woon!"
Jeong Soon terkejut menoleh menatap nenek Kim. Di tangannya masih memegang pedang.
"Apa yang kau lakukan?!" nenek Kim menjadi ketakutan melihat tatapan dingin cucunya itu. Dia melihat televisi dan telepon duduk yang telah hancur.
Jeong Soon langsung membuang pedang. "Aku hanya-" ucapannya menggangtung kala melihat beberapa bodyguard masuk ke sana juga.
Mereka langsung bersiap melawan Jeong Soon. Satu dokter pribadi juga ikut masuk ke sana membawa suntikan obat penenang.
Di dalam hati Jeong Soon. Lagi-lagi benda dan cairan itu. Mereka pasti akan menidurkannya dan terus mengurungnya di sana. Tak ada pilihan lain selain melawan mereka karena dia tak mau tidur terus dan ditahan lagi.
Dua bodyguard mendekati Jeong Soon. Di saat mereka hendak menangkap tubuh Tuan mudanya itu. Jeong Soon terpaksa melawan mereka dengan menendang keduanya hingga terjengkang menabrak meja dan lemari sehingga menghancurkan serta membuat kamar semakin berantakan.
Beberapa bodyguard sangat terkejut melihat Jae Woon kini bisa bela diri. Bagaimana bisa? Tak mau membuang waktu dan memikirkan hal itu dahulu. Mereka harus menenangkan Jae Woon.
Nenek Kim berdiri di pojokan kamar melihat cucunya itu yang benar-benar berubah drastis. "Jae Woon-"
"Sudah kukatakan kalau aku bukan Jae Woon!" potong Jeong Soon berkukuh membuat nenek Kim memberi isyarat agar mereka segera menenangkannya sebelum cucunya itu berontak terus.
Jeong Soon lagi-lagi terpaksa melawan mereka. Beberapa pukulan dan tendangan dilayangkan ke arah para bodyguard itu hingga terjengkang dan menghancurkan seluruh kamar tersebut.
Tak mau melawan lagi. Jeong Soon terpaksa berlari ke arah pintu yang terbuka, ia berhasil keluar dari sana. Entah harus pergi ke mana, yang pasti dia harus pergi dulu karena tak mau terkurung terus. Jika dia ditahan terus di sana, bagaimana bisa dia bertemu dengan istrinya, Ratu In Hyun.
"KEJAR DIA!" Perintah nenek Kim semakin panik. Para bodyguard yang merintih kesakitan terpaksa bangkit lalu mengejar Jeong Soon. Mereka memerintahkan kepada teman-temannya yang berjaga di gerbang agar menutup pintu gerbang lalu menghalangi Tuan muda yang mencoba kabur.
Jeong Soon terus berlari. Ketika melihat bentuk bangunan serta ukiran dinding dan tiang rumah. Seperti sebuah istana. Ia seolah berada di Joseon, hanya saja rumah itu sudah dibangun dengan tembok bukan dari kayu. Banyak jendela kaca hampir mengelilingi setiap dinding. Dia terus berlari menuju ke pintu keluar.
Tetapi. Di pintu utama tampak beberapa bodyguard mengadangnya. Jeong Soon melawan mereka juga hingga kewalahan. Setelah itu dia berlari lagi keluar melewati taman menuju ke gerbang utama.
Melihat puluhan penjaga dan bodyguard di depan gerbang besi itu. Jeong Soon mencoba memutar otaknya agar bisa lolos dari gerbang yang tinggi serta dinding tembok di dua sisi gerbang yang tinggi juga.
Di saat berlari dan hampir dekat dengan para bodyguard itu. Ia melihat ke pohon pinus kecil yang menghias di pinggiran dinding. Bibirnya langsung menyeringai.
Jeong Soon berbelok arah berlari ke arah pohon-pohon hias. Para bodyguard langsung saja berbelok mengejarnya.
Tappp.. tappp.. srakkk..
Dengan gerakan cepat. Jeong Soon naik ke pohon hias lalu melompat tinggi melewati dinding Benteng yang mengelilingi kediaman Kim.
Semua bodyguard tampak terkejut melihat kelincahan Tuan muda mereka. Selama ini dia tak pernah secerdik dan secepat itu. Bahkan bela diri pun dia tak pernah bisa. Apakah itu benar-benar Tuan muda mereka yang berhasil melompat dan melewati dinding Benteng setinggi itu?
Jeong Soon mendarat sempurna di pinggir jalan di luar benteng. Tak membuang waktu lagi, dia berlari kembali.
Tiidddddd...
Ketika Jeong Soon berlari. Sebuah mobil mengikutinya dari belakang serta terus membunyikan klakson kepadanya.
Tiiidiiidddd...!!
~*♥♡🎎♡♥*~
*°°°______TBC______°°°*
Pertemuan udah kan.. Hanya tinggal perjuangan Jeong Soon. 😁😁 selesai up PDKT.. nulis bagian ini akhirnya selesai juga. Jika ada typo, seperti biasa mohon masukan'y.. Jhehe
Gomawoyo...
Up* 13~09~2018
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top