♥Epiloge♥
____🍁🎎🍁____
Di Joseon.
Malam menjelang pagi.
Lee Hwon berdiri di balkon istana Goguryeo. Ia tampak termenung dengan wajahnya yang pucat karena semalaman tak tidur. Lamunannya buyar saat Luo Guanjong mendekatinya.
"Apa kau tak apa-apa?" tanya Luo Guanjong menepuk pundaknya.
Lee Hwon menggelengkan kepalanya. "Aku tak menyangka kalau kakakku Jeong Soon meninggal dengan cara seperti ini (tenggelam)."
Wang Jhaojun juga menghampiri keduanya. "Kalian jangan bersedih, karena kalian tidak tahu apa yang aku tahu."
Lee Hang juga mendekati Ayah dan kedua pamannya itu. "Ya, paman Jhaojun benar. Kita tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada paman Jeong Soon."
Mereka seketika termenung memikirkan setiap kejadian.
Ternyata sebelum Jeong Soon terjatuh ke dalam lembah terkutuk. Seminggu sebelumnya dia duduk di sebuah batu di lembah terkutuk tepat di pinggir air terjun. Dia duduk bersila di atas batu sambil memejamkan kedua matanya sementara pecut yang sering dibawanya ditaruh di atas batu di dekatnya.
Dia duduk di sana hanya untuk menenangkan hati serta pikirannya. Beberapa saat kemudian Mihoni sang rubah mendekatinya.
Jeong Soon tersenyum tahu kedatangan rubah yang selama 30 tahun ini menemaninya tanpa ada seorang pun yang tahu.
Mendadak tubuh Mihoni membesar dan semakin membesar kemudian rubah itu pun bisa berbicara. "Jeong Soon, do'amu telah terkabul."
Jeong Soon sontak membuka kedua matanya menatap rubah yang besarnya melebihi dua gajah. "Apa maksud Anda do'a saya telah terkabul?"
Sang rubah malah tersenyum penuh misteri. "Tunggu saja, beberapa hari lagi kau akan tahu apa yang akan terjadi padamu."
Jeong Soon mengerjapkan kedua matanya masih tak mengerti apa yang dimaksud oleh rubah itu?
Tak berapa lama datang Kaisar Qingrou beserta kakeknya Kaisar Jeong Shuji.
"Jeong Soon, cucuku. Penantianmu akan segera berakhir." Kata kakeknya sambil tersenyum.
Jeong Soon menatap kakeknya lalu beralih menatap asap hitam yaitu Kaisar Qingrou sang Raja para iblis lembah kegelapan.
"Jeong Shuji. Kita tak pernah melakukan ini selama ratusan tahun. Apakah kita akan berhasil?" tanya Qingrou tampak ragu.
"Kau pikir kekuatan kita tak mampu untuk melakukan hal itu?" Layaknya anak kecil yang merajuk. Kakek Jeong Shuji mengerucutkan bibirnya sambil menyilangkan kedua tangannya membuat Jeong Soon terkekeh kecil dalam hati.
"Tapi itu akan menentang alam." Kata Qingrou masih merasa tak yakin.
Jeong Shuji mengembuskan napasnya jengah. "Kita lihat saja hasilnya dan Jeong Soon adalah satu-satunya kelinci percobaan kita."
Kelinci percobaan? Jeong Soon semakin tak mengerti. Apa maksud dengan kelinci percobaan karena selama ini tak ada istilah kelinci percobaan di zamannya itu? Apa yang dimaksud kakeknya adalah kelinci yang dipanggang kemudian dicoba rasanya. Jadi dia akan dipanggang oleh keduanya kemudian dijadikan santapan?
"Aku bilang bisa!" Jeong Shuji berkukuh tentang keyakinannya.
"Mustahil!" Qingrou juga masih dalam pendiriannya.
"Aku butuh bantuanmu!" Ujar Jeong Shuji.
Jeong Soon hanya bengong melihat perdebatan mereka dan dia dari tadi sungguh tak mengerti apa yang mereka perdebatkan? Ia sudah seperti melihat dua anak kecil yang rebutan bola. Mihoni pun memiringkan kepalanya tanda aneh melihat perdebatan itu.
Qingrou tampak berpikir. "Apa kau yakin?"
"Tentu saja." Jawab Jeong Shuji melirik sekilas pada Jeong Soon membuat Jeong Soon menelan salivanya berat.
"Nanti dia akan lenyap." Kata Qingrou malah menambah Jeong Soon semakin tak mengerti dengan keringat yang mulai bercucuran. Apakah dia memang akan dipanggang hidup-hidup untuk dijadikan kelinci percobaan?
Qingrou dan Jeong Shuji menoleh menatap tajam pada Jeong Soon sambil tersenyum mengerikan membuat Jeong Soon bangkit dari duduknya kemudian pergi meninggalkan lembah terkutuk itu.
Dari semenjak kejadian itu. Tatto lambang kumbang di belakang punggungnya sering kali terasa sangat panas dan kadang pula dingin.
Malam sebelum dia terjatuh. Jantung Jeong Soon selalu berdebar kencang dan perasaannya tak enak.
Di lembah terkutuk Kaisar Qingrou dan Kaisar Jeong Shuji masih berdebat.
"Apa kau yakin akan melakukannya?" tanya Qingrou menatap pada Shuji.
"Aku bilang tentu saja." Jawab Jeong Shuji penuh keyakinan.
"Nanti dia akan lenyap dari Joseon."
"Dia memang akan lenyap di sini tapi akan menemukan kebahagiaannya di sana." Jawab Jeong Shuji terlihat sedih.
"Kenapa kau sangat ingin mengambil risiko yang besar ini? Jika kita gagal, maka bukan dia saja yang lenyap selamanya tetapi kau juga." Qingrou masih merasa heran dengan keinginan Jeong Shuji.
"Aku hanya ingin dia menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya. Apa kau tidak melihat ketika istrinya masih hidup di sini, dia selalu tersenyum tetapi semenjak kematian istrinya itu. Senyumnya mulai musnah dan meskipun dia tersenyum hanya senyum terpaksa saja jika di depan semua saudaranya namun jika sendiri dia selalu bersedih dan menangis."
Qingrou kini tahu kenapa Jeong Shuji ingin mencoba menggunakan kekuatannya untuk mengirimkan Jeong Soon ke masa depan dengan risiko jika gagal dia pun akan ikut lenyap tanpa bisa bereinkarnasi kembali.
Demi cucunya. Jeong Shuji akan melakukan apa pun juga.
"Baiklah, aku juga akan membantumu sekuat tenagaku untuk menghantarkannya ke zaman sana (Zaman In Hyun saat ini)."
Perkataan Qingrou membuat Jeong Shuji tersentuh. Dia pun tersenyum lebar sekali.
Akhirnya Kaisar Jeong Shuji, Qingrou bersama dengan Mihoni menyatukan kekuatan mereka dengan berbagai mantra.
Jeong Soon yang sedang melamun di balkon istana terkejut melihat sebuah asap hitam yang seolah menyerangnya sampai dia terjatuh ke dalam air terjun lembah terkutuk.
Sang rubah besar itu mulai berubah menjadi cahaya kemudian bersama dengan mantra-mantra yang mengelilingi Jeong Soon di air. Akhirnya, perlahan roh Jeong Soon terbawa oleh Mihoni dengan roh Kaisar Jeong Shuji.
Menembus ruang dan waktu dengan sekuat tenaga Mihoni membawa roh Jeong Soon yang tak sadarkan diri dibantu kekuatan Jeong Shuji bersamaan dengan kekuatan Qingrou.
Ketiga kekuatan itu mulai menyatu kemudian tak lama akhirnya mereka bisa menembus zaman tetapi mereka sampai di Busan.
Sesampainya di sungai kala Jae Woon terhanyut dan hampir terjatuh ke dalam air terjun. Mihoni segera memelesat untuk menyelamatkannya dan karena itulah Jae Woon masih hidup karena diselamatkan oleh Mihoni kemudian dibaringkan di pinggiran sungai.
Saat itulah roh Jae Woon terpaksa dibawa oleh kakek Jeong Shuji dan roh Jeong Soon dimasukkan ke dalam tubuh Jae Woon dengan catatan bahwa Jae Woon dan Jeong Soon akan menyatu setelah beberapa waktu ketika roh Jeong Soon sudah beradaptasi dengan tubuh Jae Woon.
Dari saat itulah Jeong Soon berada di tubuh Jae Woon sementara jasadnya di Joseon ditemukan setelah sehari semalam pencarian dalam arti Jeong Soon sudah sebulan berada di zaman In Hyun.
Dia ditemukan tepat di pinggir sungai di bawah pohon sudah tak bernyawa membuat semua prajurit benar-benar terpukul terutama semua penghuni istana.
Semuanya sangat bersedih atas kematian Jeong Soon. Namun, apa hendak dikata ternyata takdir menginginkannya begitu.
Lee Hwon kembali mengembuskan napasnya. "Sebaiknya kita segera selesaikan pemakaman kakak Jeong Soon supaya rohnya tenang di alam sana serta dipertemukan kembali dengan Permaisuri In Hyun."
"Ya, semoga mereka sudah dipertemukan di alam sana." Jawab Luo Guanjong.
Mereka memang benar kalau Jeong Soon dan In Hyun sudah dipertemukan kembali dengan cerita Cinta mereka yang baru serta zaman yang berbeda.
Dengan penuh duka cita. Pembakaran jasad Jeong Soon yang dilaksanakan di tempat pembakaran In Hyun dulu kini dipenuhi oleh semua prajurit dan juga semua rakyat di Joseon.
Sungguh mereka tak menyangka akan kehilangan sang pemimpin yang bijaksana, sang Kaisar yang baik hati serta selalu peduli pada rakyatnya. Begitu juga semua keluarganya merasa sangat kehilangan. Mereka kehilangan sesosok pria yang sudah dianggap mereka seorang Ayah, kakak dan saudara yang menjunjung kebesaran istana.
Sosok itu kini perlahan menjadi abu di hadapan para rakyat serta prajurit yang menundukkan kepalanya sembari membungkukkan badannya dengan kedua tangan yang disatukan dijadikan sebuah kepalan di atas kepala mereka sebagai tanda penghormatan terakhir untuk Kaisar Agung Jeong Soon.
______🍂🎎🍁______
Di Zaman In Hyun.
Keesokan harinya setelah berkumpul semalam.
Jae Woon, In Hyun bersama dengan kedua anaknya pergi ke tempat sejarah yaitu istana Goguryeo.
Jae Woon tak menyangka selama tahunan dia tak pernah ke sana. Selain letaknya jauh dari kota Seoul. Tempat itu pun sudah menjadi tempat sejarah sekaligus pariwisata bagi turis atau orang yang ingin berkunjung ke sana melihat bagaimana Kerajaan zaman dulu dibangun.
In Hyun menuntun Hye-yun sementara Jae Woon menaruh Soon Jae di atas pundaknya menaiki tangga. Kini mereka berdiri di dekat kolam istana lama di mana dulu In Hyun pernah tercebur ke kolam teratai itu.
Meski sudah ratusan tahun berlalu. Tetapi karena dijaga dan dirawat dengan baik. Semua tempat itu dan juga bangunannya tak banyak berubah dan masih terlihat berdiri kokoh.
"Appa, Eomma. Tempat apa ini?" tanya Hye-yun aneh. Baru pertama kali dia mengunjungi tempat yang terlihat aneh dari bangunannya itu.
"Tempat ini adalah tempat tersimpannya semua kenangan Appa dan Eomma kalian dulu." Jawab Jae Woon menatap penuh kerinduan istananya itu yang kini telah menjadi istana milik Negara.
In Hyun ikut mengangguk. "Di tempat ini lahirnya Cinta kami berdua, sayang."
"Cincayo? Apakah kalian pertama kali bertemu kala pariwisata di tempat ini?" tanya Hye-yun mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Mendengar pertanyaan itu. Jae Woon dan In Hyun terkekeh. Bisa disebut pariwisata alam gaib karena dulu In Hyun yang terlempar ke zaman Joseon dan kini giliran Jeong Soon yang terlempar ke zaman modern lebih tepatnya time travel.
Jae Woon mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Semua kenangan bersama In Hyun masih terasa baru di sana. Bahkan masih terasa kemarin dia bersama keponakannya Lee Hang.
Perlahan dia menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan kedua matanya. Harum bunga cherry blossom masih segar di ingatannya meski itu bukanlah musim semi dan pohon bunga sakura belum berbunga sama sekali. Dia bisa menghirup harum istananya itu.
In Hyun sesekali tersenyum kala mengingat juga semua kejadian di sana. Selain tingkahnya yang aneh dan kadang menjengkelkan. Di sana juga dia bertemu dengan orang-orang hebat dan juga kedua dayangnya yang Setia.
Akh. Rasanya dia ingin sekali kembali ke zaman itu lagi.
Soon Jae berpegangan ke kepala Jae Woon.
Jae Woon menggenggam tangan kiri Hye-yun dan tangan satunya memegang Soon Jae agar tak jatuh. "Apa kalian ingin melihat tempat yang jauh lebih menakjubkan dari tempat ini?"
"Mau Appa. Aku mau melihat tempat yang kau katakan itu." Jawab Hye-yun semangat.
Soon Jae tak mau kalah. Dia pun berseru riang. "Aku ingin melihat sulga (surga) yang seling (sering) Appa celitakan (ceritakan) itu."
"Baiklah. Kaja. Kita ke sana sekarang tapi jangan berisik." Kata Jae Woon membawa mereka melewati jalanan setapak di dekat jurang lalu jembatan yang panjang.
In Hyun tahu mereka akan ke mana. Yaitu ke istana baru mereka dulu.
Ternyata istana baru itu dipagar dari semua sisi istana. Tadinya Jae Woon ingin mengajak mereka melihat lembah terkutuk dari atas balkon kamar mereka dulu. Sayang sekali, kedua sisi istana itu benar-benar terlarang untuk dimasuki.
Jae Woon tak bisa meminta penjaga di sana untuk membukanya. Secara dia sudah tak berhak masuk ke istana terlarang itu. Selain dia kini hanya anak milioner biasa dan bukan seorang Raja. Jadi, mustahil baginya harus mengaku sebagai Kaisar Jeong Soon dan menceritakan semuanya. Pastinya dia akan dianggap gila.
Soon Jae dan Hye-yun tampak kecewa.
"Sulga Appa ditutup ya." Kata Soon Jae sedih.
"Padahal aku ingin melihat bagaimana tempat indah yang sering Appa dan Eomma ceritakan itu." Hye-yun juga terlihat sedih.
Jae Woon menyeringai. Mana bisa dia mengecewakan kedua anaknya itu.
Merasa tempat itu aman dan jarang penjaga lewat ke sana. Jae Woon mengajak In Hyun dan kedua anaknya menuju ke belakang istana.
"Di sini juga pastinya ditutup, suamiku." Kata In Hyun menggendong Hye-yun karena takut terjatuh atau terkena duri yang ada di jalan taman samping menuju ke belakang istana.
"Sstthh, jangan berisik. Nanti ada yang datang dan kita gagal pergi ke balkon." Kata Jae Woon mencoba menghentikan gerutuan istrinya itu.
"Iya Eomma. Nanti kita gagal." Kata Hye-yun pelan.
In Hyun lagi-lagi hanya tersenyum geli.
Kini mereka berdiri di depan jendela kamar In Hyun dan Jeong Soon dulu.
"Sudah kukatakan, ditutup bukan." Kata In Hyun pelan melihat kedua sisi istana juga ditutup.
Jae Woon tak banyak bicara. Dia mengambil sebuah ranting pohon kemudian mencongkel jendela yang terkunci dari dalam itu. Tak memakan waktu lama, jendela pun terbuka.
In Hyun membuka mulutnya sedikit karena kaget. Bagaimana bisa Jae Woon membuka jendela istana terlarang itu. "Omo, bagaimana bisa?"
Jae Woon tersenyum sembari menaik turunkan kedua alisnya. "Apakah kau lupa istana ini dibangun oleh siapa?"
In Hyun memang sempat melupakan bahwa istana itu memang sengaja dibangun oleh Jeong Soon sendiri. Yang tidak diketahuinya adalah para iblis lembah kegelapan juga ikut membantu membangun istana tersebut. Jadi, sudah pasti Jeong Soon mengetahui seluk belum dan juga kelemahan istana itu apalagi usianya yang sudah ratusan tahun membuatnya semakin mudah untuk membukanya.
"Cepat masuk nanti ada yang melihat." Ia memasukkan Soon Jae pertama, lalu Hye-yun kemudian membantu In Hyun naik ke istana yang masih panggung itu. Setelah ketiganya masuk, dia pun berhasil masuk tanpa susah payah.
Keempatnya kini berada di dalam kamar. Jae Woon dan In Hyun masih mengingat kamar itu di mana tempat mereka bermadu kasih dan juga kenangan kala In Hyun merintih kesakitan di atas ranjang.
Lentera dan lilin-lilin Wangi menyeruak di dalam ruangan itu. Jae Woon menutup jendela sebelum ada yang menyadari kalau mereka masuk ke sana.
In Hyun dan Jae Woon menghirup dalam-dalam Wangi khas dari lilin-lilin di sana yang waktu itu mereka pilih sendiri.
In Hyun seolah tak kuasa menahan air matanya mengingat semua kejadian pahit yang dialaminya di sana. Jae Woon menggenggam tangan In Hyun untuk menenangkannya. Jeong Soon suaminya kini masih bersamanya.
Jae Woon mengajak mereka menuju ke pintu balkon. Saat pintu terbuka. Terdengar suara air terjun lembah terkutuk. Belum lagi irama dari pohon bambu yang bergesekan seolah menghantarkan mereka kembali ke zaman Joseon.
Embusan angin terasa menyegarkan di sana. Ketika kedua kaki mereka menapak ke balkon, serasa masuk ke alam lain. Suara-suara merdu dari gemuruh air terjun, gesekan pohon bambu dan juga embusan angin seolah menyambut kedatangan mereka kembali.
Hye-yun dan Soon Jae terpaku melihat pemandangan yang Indah di sana. Jae Woon dan In Hyun merasa tempat itu tak berubah sama sekali. Apakah para penghuni lembah terkutuk alias para prajurit lembah kegelapan yang masih berada di sana menjaga tempat itu sehingga terasa tak ada yang berubah sedikitpun di sana.
Jae Woon mengingat di saat dia terjatuh ke jurang lembah terkutuk kala hendak dilemparkan ke zamannya itu sekarang. Belum lagi kala dia merindukan istrinya dan hanya bisa duduk merenung sendiri di sana.
In Hyun juga masih teringat kala terakhir kalinya dia duduk di sana dengan suaminya. Serta menerima penghormatan terakhir dari Mongyi sang dayang setianya.
Jae Woon lagi-lagi menggenggam tangan In Hyun kemudian mengajak mereka duduk di atas bantalan yang tersedia di sana.
Menatap pemandangan yang Indah di istananya itu membuat Jae Woon lebih banyak bersyukur. Selain disatukan kembali bersama dengan In Hyun. Kini dia dikaruniai dua anak yang cerdas dan juga lucu-lucu.
Hye-yun dan Soon Jae bermain di sana sementara Jae Woon dan In Hyun duduk sambil bersandar di dinding.
Harapan Jae Woon ketika di Joseon kini terwujud di zaman itu. Rindu yang selama berpuluh tahun akhirnya tercurahkan juga.
In Hyun bersandar di pundak Jae Woon. Teringat lagi kala dia mengembuskan napasnya yang terakhir di pelukan suaminya itu. Tapi kini dia memeluknya dalam keadaan sehat dan masih hidup.
Jae Woon tak melepaskan genggamannya pada tangan kanan In Hyun seolah takut ditinggalkan pergi lagi olehnya. Tangan kiri In Hyun mengusap pakaian Jae Woon tepat di dadanya seolah mencoba menenangkan detak jantung Jae Woon yang berdetak sangat kencang.
Dengan nada pelan. "Aku berjanji takkan pergi lagi meninggalkanmu, suamiku."
Jae Woon menatap In Hyun penuh rasa Cinta dan kerinduan. "Aku juga takkan membiarkanmu pergi lagi, istriku. Permaisuriku dan juga belahan jiwaku."
Keduanya pun saling berciuman meski kedua anak mereka tertawa melihat mereka lalu memburu keduanya untuk memeluk kedua orang tuanya itu.
"Permaisuri In Hyun. Saranghaeyo!"
"Kaisar Jeong Soon. Saranghaeyo!"
"Kim Hye-yun dan Kim Soon Jae. Kami berdua sangat menyayangi kalian!"
Tawa mereka pecah di sana memenuhi jurang lembah terkutuk. Tak peduli ada yang tahu atau tidak. Yang pasti, saat ini mereka sangat bahagia sekali. Kesedihan di Joseon terganti kebahagiaan di zaman modern.
True love will never go away or disappear. Because hearts are already bound to one another. So don't ever be afraid he will leave you. Be happy for those of you who have found someone who is always trying to make you smile, always holding your hand tightly and his warm hug can make your heart and feelings calm. His hands will always wipe your tears.
______THE END_______
Akhirnya selesai juga cerita ini.. Maaf ya ending'y emank gk terlalu gereget sih.. Soal'y waktu buat end-nya dalam keadaan down dan saya merasa harus menyelesaikan'y demi kalian readers tercintah 😘😁
Jadi jika ada ide tentang end.. In Syaa Allah akan diubah lagi.. Jhehe
Terima kasih buat semangat kalian serta kritik dan saran'y selama ini.. Dari KOJ sampai dengan SOL.
Tanpa kalian apalah diriku ini (ciee bicara'y udh kaya penulis terkenal aja) 😂😂
Sekian dan terima gaji.. Ehhh terima kasih..
Sampai jumpa di ceritaku yk lain'y.. 😘
End 11 September 2019
By* Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top