3. Sadana

"Malu-maluin, anjir," semprot Malik menahan tawanya.

Sampai sekarang Malik meledeki kelakuan sahabatnya, padahal kejadian itu sudah hampir dua jam yang lalu.

"Gini ya, Mal. Kalau ditatap langsung itu dosa, jadinya zina mata. Lagipula Faye-nya nanti malu kalau gue liatin."

Malik menyemburkan tawanya. "Ngayal, lo. Yang ada dia jijik lo liatin!"

Kejadiannya bermula dari Sadana yang pergi ke kantin bersama Malik. Malik bilang, ia lapar. Karena Sadana sahabat yang baik, ia mengantarkannya ke kantin dengan embel-embel, "Gue traktir deh, Dan."

Kampret memang.

Lalu, tadi Faye menyapa Sadana. Sudah benar sih, Sadana sikapnya cool. Tapi, lama-lama dia jingkrak-jingkrak hingga hampir menyenggol cewek kelas 10 yang membawa bakso. Untung saja tak tumpah. Kalau tumpah kan, malu.

Si anak kelas 10 cuma nunduk malu-malu gitu sambil bilang, "Maaf, Kak. Saya yang salah."

Mentang-mentang ganteng. Sampai semua cewek luluh. Duh.

"Harusnya, tadi sekalian aja tumpahin. Terus ganti, sama temenin tuh cewek. Siapa tau lo bisa move on," ucap Malik, lagi-lagi menahan semburan tawa.

"Lo kalau mau ngatain sekalian gitu, nggak usah nyindir-nyindir," desis Sadana, malas.

"Ya habis, tingkah Lo mirip orang kebelet kawin."

"Anjir, astaghfirullah."

"Dan."

Sadana sibuk mencoret-coret lembar kosong di depannya. Mungkin menggambar tokoh animasi lagi.

"Ye, Dan. Gue mau ngasih wejangan, nih."

Sadana meletakkan pensilnya dengan suara keras.

"Awas aja lo ngeledekin lagi."

"Nggak, nggak." Malik menghembuskan napasnya yang berat. "Pertama, lo udah nyoba buat jadi cool. Seandainya cara ini berhasil, Faye bakal ngejar-ngejar lo balik kayak cewek-cewek di luaran sana."

Sadana menyimaknya dengan saksama.

"Tapi, Dan. Kalau cara ini gagal, Faye bakal lebih abai sama lo."

Terlihat guratan 'takut' di wajah Sadana.

"Dan berdasarkan apa yang udah lo lakuin--dari diem sampai ngode--Faye tetep lempeng aja tuh, sama lo-nya.

"Gue saranin, lo ada baiknya sering-sering deh, interaksi sama tuh bocah. Ya, kayak kemarin gitu. Gapapa dianggap agak 'aneh' yang penting dia merhatiin lo."

Sadana bertepuk tangan seusai Malik mengakhiri kalimat panjangnya. "Luar biasa, Lik. Lo hebat!"

Sedangkan Malik dengan pongahnya menyisir rambutnya ke belakang. "Malik, gitu lho. Soal pelajaran, lo boleh lebih pinter, tapi soal cewek? Tentu gue ahlinya!"

-part of Sadana 3, finished.
20 Oktober 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top