Prolog

Suara gemerisik air terdengar tatkala air keluar dari shower yang tergantung di atas kepala seorang gadis berambut hitam. Lebam kebiruan di sekitar dada hingga pinggul pun terlihat jelas seakan mengatakan kalau itu memang masih baru. Lengan kanan menutupi pinggang kirinya yang terlihat meneteskan darah dari sela jemari.

Jung Eunbi, atau mungkin hampir semua orang yang menjadi fans memanggilnya dengan sebutan Eunha. Sebuah nama panggung yang seakan mendoakan dia agar dapat bersinar di alam semesta itu pun telah terkabul sejak lama. Tapi, menjadi bersinar sudah bukan keinginannya lagi. Dirinya merasa sudah tidak pantas untuk menjadi seorang bintang sejak saat itu. Saat dimana hal itu membuatnya tak bisa lagi membuka suara dengan bebas.

Eunha mengeratkan lengan di pinggang tatkala ingatannya kembali terulang. Ia ingat saat tangan besar menyeretnya menjauh dari kelompok saat suasana temaram. Ia ingat saat kain menutupi matanya. Ia ingat saat orang itu mulai menjamah dan memaksakan nafsu bejat pada dirinya. Ia ingat saat dia mulai berteriak maka saat itulah tubuhnya mulai mendapatkan luka ini.

Ia tidak tahu siapa yang melakukannya. Pria itu selalu melakukan hal bejat sejak lima bulan yang lalu. Ia selalu ingin memenjarakan pria itu, tapi ia sendiri bahkan tidak tahu siapa orang yang berani melakukannya. Pernah sekali ia bercerita kepada kakak kandungnya, tapi naas. Belum sampai sang kakak membawa masalah ke kepolisian, ia harus meregang nyawa karena kecelakaan mobil yang seakan memang telah direncanakan.

Sudah cukup ancaman yang diberikan. Sudah cukup ia mengetahui seberapa kejam pria itu. Sudah cukup ia menceritakan pada orang lain.

"Eunha, kau baik-baik saja?"

Kepalanya berputar cepat saat sebuah ketukan pintu kamar mandi terdengar diiringi sebuah suara. Ia bergegas mengambil handuk yang tergantung dan memakainya sebelum membuka pintu. Terkadang ia bersyukur karena pria itu selalu membuat luka dimana orang lain tak bisa melihatnya. Sepertinya ia tahu daerah mana saja yang cukup terbuka.

"Kau baik-baik saja?"

Eunha memberikan sebuah senyuman pada leader sekaligus orang yang bisa ia anggap sebagai kakak. Setidaknya, ia tak ingin membuat seluruh anggota grup yang telah dianggapnya keluarga itu pun menjadi khawatir. Setidaknya, ia harus tersenyum untuk mereka.

"Aku baik-baik saja, Eonni. Memangnya ada apa?"

Sojung mulai meneliti seluruh tubuh Eunha. Merasa tak ada yang janggal maupun luka, Sojung memberikan senyumannya pada Eunha. "Tidak, hanya saja tadi Yerin bilang kau terlihat pucat saat pulang."

"Aku baik-baik saja, Eonni."

"Baiklah, kalau begitu cepat pakai bajumu. Aku sudah membuatkan makan malam untuk kita."

"Umm."

Setelah mendapat respon positif dari member grupnya, Sojung pun pergi meninggalkan Eunha untuk menemui yang lain. Dan setelah itu akhirnya Eunha dapat bernafas lega. Entah mengapa ia selalu merasa was-was dengan sojung. Sifat keibuan wanita itu terlalu kuat sehingga dapat membuat rahasianya terbongkar.

Tak perduli bagaimana dirinya, ia hanya tak ingin siapapun terluka lagi. Eunha kembali meremat pinggang kirinya yang terbalut handuk putih. Beruntung Sojung telah pergi, jika terlalu lama mungkin ia akan menyadari kalau handuk yang Eunha kenakan mulai berubah warna menjadi merah. Eunha menggit bibirnya.

Setidaknya, selama ia bungkam atas semua ini, maka takkan ada yang perlu terluka karenanya.

To be Continue.

NP:

Entah kenapa saya merasa banyak yang mau rajam saya. 😂😂😂

Maaf, saya nubie dalam per Kpop-an dan fandom ini.
Jdi kalo jelek maaf.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top