SC - 9

selamat pagi
assalamu'alaikum
masih ada kehidupan di sini? 😂
ini cerita tertinggal banget, padahal cuma tinggal ngetik. tapi penyakit malesnya bikin istighfar terus. abis ini mulai aktif lagi, aku usahain. kasian sama readers yang nunggu banget:(

jangan lupa mampir ke akun kedua aku, isinya khusus Taetzu.

@azzurayna_02

btw minta doa semoga PAS ku lancar besok! ❤🦋

Aku mau buat group isinya pembaca Taetzu, mau? jadi kalau aku lemot up, bisa langsung chat. Soalnya aku jarang buka wattpad kalau ga inget nulis. Lagi kobam baca manhwa daripada novel 😭👍🏻

-

Irene melirik ke arah dimana Tzuyu terduduk sembari menangis didepan foto seorang pria berwajah mirip dengan suaminya. Iris hitamnya mengeluarkan tatapan sinis penuh kebencian. Entah bagaimana perasaan kesal ini hadir hingga mengakar begitu dalam lalu menumpuk menjadi kebencian tak tertahankan, yang pasti, Irene sangat jengkel harus melihat sosok Tzuyu.

Sebagai seorang istri, dia bisa merasakan keanehan diantara hubungan suaminya dengan sang kakak ipar tersebut. Bentuk emosi dari tatapan Kim Taehyung kepada Tzuyu berbeda ketika dibandingkan dengan tatapan Kim Taehyung kepadanya. Dan Irene membenci hal itu.

Suara tangisan dari Nyonya Kim terdengar pilu. Memasuki usia tua yang mana kondisi tubuh serta kesehatan daya tubuh akan menurun dari kondisi sebelumnya, membuat Nyonya Kim jatuh pingsan beberapa kali.

Begitu berita kematian Kim Daehyung tersampaikan ke Shanghai. Huanzi beserta sang istri bergegas kembali ke Korea Selatan tanpa membuang-buang waktu.

Putra tunggal yang telah mereka rawat sebaik mungkin, mereka limpahi kasih sayang tak terbatas, harta, kebahagiaan, dan kedudukan—harus menerima takdir kematian lebih awal dari mereka sendiri sebagai orang tua.

Kim Taehyung menoleh ke sudut ruangan yang terhubung dengan pintu menuju balkon. Ia melepaskan jemari Soya—meminta putrinya kembali kepada sang Ibu. Sedangkan dia berjalan menuju sudut ruangan, membuka pintu kemudian melanjutkan langkah kaki.

Dari ambang pintu, Kim Taehyung menemukan punggung anak kecil laki-laki dibalut kemeja hitam tengah bergetar menahan isak tangis. Kaki panjangnya tanpa sadar berjalan mendekat. Sesampainya didekat pembatas balkon, Kim Taehyung mengulurkan tangan lalu mendarat di atas kepala Jeongin dengan lembut.

"Laki-laki memang harus terlihat kuat, tapi bukan berarti mereka tidak boleh menangis," tutur Kim Taehyung menjelaskan sekaligus memecah keheningan.

Jeongin sontak mendongak, menemukan sosok pria tinggi dengan paras nyaris kembar dengan paras mendiang sang Appa. Melihat Kim Taehyung seolah-olah ia melihat Appa-nya masih berdiri di sampingnya dan akan selalu berdiri disisinya ditemani Eomma.

"Ahjussi, boleh aku memelukmu?"

Sebelum menjawab, Kim Taehyung menaikan salah satu alis tebalnya yang rapi. Lalu merentangkan kedua tangan meminta anak tersebut tenggelam memasuki pelukan hangatnya. Seberapa benci hatinya terhadap mendiang kakak sepupu, Jeongin tidak lebih dari seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang masalah orang dewasa.

Kim Taehyung akan disimpulkan sebagai pria biadab jika serius ingin menggunakan Jeongin untuk terus menjerat Tzuyu agar tetap di sampingnya sepanjang waktu.

"Mengapa kau berlari ke balkon?"

"Aku tidak mau Eomma melihatku menangis. Saat melihat aku menangis, Eomma pasti juga akan menangis lebih sedih lagi."

"Kalau begitu menangis saja di depanku."

Menggumam sebagai respon pertanda setuju. Jeongin merasakan tubuhnya terangkat tinggi ke udara. Sepasang bola mata bundar dengan netra sama seperti milik Tzuyu—tampak melebar sempurna karena rasa terkejut.

Kim Taehyung melemparkan tubuh kecil keponakannya ke udara satu kali kemudian menggendongnya, pria itu berkata lemah lembut, "Aku tahu rasa sakitnya kehilangan orang tua dan perasaanmu saat ini, aku pun pernah merasakannya. Hanya satu pesan dariku, jangan putus asa, masih ada Eomma-mu yang harus kau buat bahagia."

"Te-tentu."

"Anak laki-laki dilarang keras untuk lemah. Katakan lebih tegas dan berjanjilah."

Menarik nafas panjang, Jeongin mengeluarkan ekspresi serius disertai tatapan penuh tekad, berseru semangat melupakan kesedihan untuk sesaat, "Aku berjanji akan selalu membuat Eomma bahagia!"

Mereka berdua tersenyum bersama-sama. Sejenak melupakan setiap masalah yang terbeban dalam pundak masing-masing. Menghabiskan waktu menikmati pemandangan menenangkan dari bulir-bulir salju berjatuhan.

Pada musim dingin tahun ini, Jeongin memanjatkan sebuah doa kepada Tuhan agar memberikan tempat paling indah bagi Daehyung. Setiap kenangan yang tercipta bersama Appa-nya akan selalu tetap bertahan meski termakan oleh laju waktu dan terkikis oleh kenangan baru dari tahun demi tahun mendatang.

Sibuk menikmati pemandangan salju tanpa mengeluarkan sepatah kalimat pun. Akhirnya Jeongin terlelap dengan sendirinya sambil memeluk erat leher Kim Taehyung. Kepala kecilnya bersembunyi dibalik lekukan leher pria dewasa tersebut. Mengistirahatkan diri sendiri usai menangis beberapa kali dengan sembunyi-sembunyi selama lebih dari dua kali.

Diantara keheningan dan kedinginan, Kim Taehyung masih bisa merasakan sumber kehangatan dari anak laki-laki yang saat ini memeluk dirinya begitu erat. Dia berjalan mundur tiga langkah, lalu menduduki kursi besi yang tersedia. Setelahnya merubah posisi tidur Jeongin agar lebih nyaman.

Sekali lagi, netra hitam Kim Taehyung meneliti fitur wajah Jeongin. Mungkin suatu saat nanti, ketika dia dan Tzuyu mempunyai keturunan laki-laki. Ciri fisik dan parasnya tidak akan jauh berbeda dari Jeongin—jika mengingat bahwa dirinya dan juga Daehyung memang terlihat mirip ketika dilirik melalui satu tatapan sekilas.

Merenung sejenak untuk mengenang memori masa lalu disaat dirinya dan juga Tzuyu masih menjalani hubungan sebagai kekasih. Dia pernah membayangkan kehidupan rumah tangga mereka kelak, mempunyai satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak laki-laki akan mirip dengannya dan anak perempuan akan lebih mirip dengan Tzuyu.

Akan tetapi mimpinya kandas karena ulah Kim Daehyung. Sehingga dia tidak bisa menikahi Tzuyu dan berakhir keduanya menjalani hubungan terlarang secara diam-diam meskipun telah mempunyai keluarga masing-masing.

Kim Tzuyu menikahi Kim Daehyung bukan atas dasar cinta atau kasih sayang, bahkan kepercayaan pun tidak. Sedangkan Kim Taehyung menikahi Bae Irene berlandaskan atas rasa bersalah sebab telah merenggut tiga nyawa keluarga Irene lewat kecelakaan tak disengaja bertahun-tahun silam.

Rumah tangga mereka tidak mempunyai persenan untuk berhasil atau melahirkan kebahagiaan murni. Sekat berupa status tak pelak mengendurkan cinta yang masih tersisa dan tersimpan dengan baik didasar hati, menunggu kapan waktunya tiba ketika cinta itu akhirnya akan keluar dan tumbuh kembali secara bebas.

"Appa ...."

Jeongin mengigau dalam pelukan Kim Taehyung. Anak kecil itu mengerutkan tubuhnya menjadi lebih mungil, menelusup lebih—memasuki pelukan hangat yang mirip dengan sosok Daehyung.

Suara pintu berderit mengalihkan atensi Kim Taehyung dari kegiatan menepuk lembut punggung rapuh Jeongin. Manik matanya memandang pintu yang terdorong dari dalam ruangan, sesaat kemudian Tzuyu muncul dengan kondisi wajah acak-acakan.

Surai coklat panjangnya tidak tertata rapi, sepasang mata bundar karamel yang kehilangan semangat dan sorot binarnya, hidung bangir memerah karena tangisan—juga karena suhu rendah pada musim dingin.

Perempuan itu tampak tertegun sebentar sebelum kembali tersadar dan berjalan mendekati kursi. Jemarinya membelai surai hitam sang putra, membuka bibir dan berkata, "Kau yang menemani putraku di sini?"

"Siapa lagi jika bukan aku? Tidak orang lain selain aku di sini tadi. Putramu menangis sendirian karena tidak ingin kau lebih tertekan saat dia bersedih."

"Terima kasih."

Pria di kursi terlihat menghela nafas lelah, dari semua anggota keluarga, mungkin hanya Kim Taehyung yang tetep memasang wajah datar tanpa ekspresi. Memangnya apa manfaat yang diperolehnya jika menangisi pria yang sudah merenggut cahaya hidupnya?

Namun berbeda dengan Tzuyu, perempuan tersebut menangis semenjak jenazah dipulangkan ke rumah. Hal yang paling dibenci Kim Taehyung tidak banyak. Tidak lebih dari dua.

Pertama, dia benci melihat perempuan yang dia cintai meneteskan air mata kesedihan, apalagi air mata kesedihan untuk menangisi pria lain terutama Daehyung si hama pengganggu menjengkelkan.

Kedua, dia tidak suka ketika Tzuyu seolah membentangkan jarak tak kasat mata pada hubungan keduanya. Yang mana memberikan kekecewaan serta perasaan takut kehilangan pada hati Kim Taehyung.

Cukup sekali mereka terpisah karena keadaan, tidak akan ada lagi perpisahan yang kedua kalinya. Dan Kim Taehyung pun tidak akan membiarkan takdir memisahkan mereka berdua sekali lagi. Karena kehilangan seperti saat itu sudah terlalu menyakitkan ketika harus kembali dirasakan dua kali.

"Jangan menangis lagi. Aku membenci air mata kesedihan yang keluar dari mata indah kesukaanku ini," ujar Kim Taehyung dengan suara pelan.

Tubuh tingginya beranjak dari kursi, tangan kanannya masih tetap menumpu badan Jeongin agar tetap stabil dan tidak terjatuh. Tangan lainnya dia pergunakan untuk meraih leher belakang Tzuyu, mendorongnya ke depan hingga perempuan tersebut tenggelam dalam pelukannya.

"Aku bisa menjadi lebih baik dari pada dia, jadi perhatikan aku saja. Buang dia dari hidupmu, lalu tetapkan aku sebagai satu-satunya untukmu .... karena hanya aku yang akan mencintaimu dan menjagamu."

Kim Tzuyu memeluk tubuh mantan kekasihnya yang sekarang telah berubah status menjadi adik iparnya. Orang-orang kerap kali menggunjing bahwa setiap pria atau wanita yang berselingkuh adalah sampah masyarakat, pengkhianat, dan manusia tidak tahu terima kasih karena berani mengkhianati pasangan mereka.

Tetapi, untuk pertama kalinya, Kim Tzuyu benar-benar bersyukur masih bisa menikmati cinta tulus Kim Taehyung yang dikemudian hari bisa perempuan itu gunakan demi kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan putranya. Meskipun sosok suami hilang dari rumah tangganya, Kim Taehyung tetap selalu ada dan bersedia menjaganya serta mencintainya.

Biarkan dia egois sesaat, melupakan bagaimana perasaan Irene sebagai istri andaikan mengetahui hubungan terlarang diantara dirinya dan Kim Taehyung.

Istri mana yang tak sakit hati mengetahui suaminya berselingkuh? Dengan kakak iparnya pula.

Kim Tzuyu mendekatkan wajahnya pada wajah lelap Jeongin. Ia mendekati telinga sang putra, berbisik sangat lembut yang hanya bisa didengar olehnya, Jeongin yang masih tertidur, dan Tuhan, "Ayahmu sedang memelukmu, sayangku. Kita tidak akan kesepian."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top